Layaknya Boneka Mainan

35 29 90
                                    

Selama makan siang di rumah makan tadi, pikiran Emir tidak bisa tenang. Bahkan makan saja jadi tidak nikmat karena tidak fokus terhadap hidangan yang ada di hadapannya itu.

Pikirannya menelisik kejadian-kejadian sebelumnya yang membuat pelayan resto berkata tadi saat dia memesan makanan.

“Astaghfirullah…oh iya,” gumam Emir saat mengingat pernah mengisi pengajian yang temanya tentang istri sholehah dan idaman.

Bagi sebagian orang pasti menganggap Emir bisa mendapatkan istri yang sholehah dan idaman seperti ceramah yang pernah dibawakan. Akan tetapi setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing.

Siapa sangka Emir sang Gus muda yang terkenal dengan kealiman dan kesholehannya, justru mendapatkan istri yang berbanding terbalik dengannya?

Tapi ibarat nasi sudah menjadi bubur, Emir sudah menyetujui perjodohannya dengan Ghiska, jadi dia harus menerima seperti apapun sifat dan watak istrinya yang terpaut sembilan tahun itu.

“Kalau begini, aku harus melibatkan Ghiska dalam setiap rutinitasku.”

Emir segera mengambil gawainya yang diletakkan di saku baju. Dengan lihai dia mengetik pesan untuk Ghiska.

Emir mengusap wajahnya dengan kasar saat pesan singkatnya dibalas dengan begitu kasar oleh Ghiska

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।


Emir mengusap wajahnya dengan kasar saat pesan singkatnya dibalas dengan begitu kasar oleh Ghiska. Bibirnya pun tak henti melafadzkan istighfar.

Sepertinya memulai pembicaraan dengan Ghiska hanya akan membuat luka hati bagi pria penyabar itu. Jadi lebih baik dia tidak berkomunikasi.

Meskipun berat, akhirnya sepulang dari toko Emir mampir ke supermarket terdekat. Dia sudah biasa berbelanja kebutuhan sehari-hari sebenarnya, hanya saja dengan statusnya sekarang yang sudah beristri tentu membuat orang-orang yang melihatnya akan merasa aneh.

Dengan sigap Emir mengambil semua bahan makanan dan beberapa sayur serta buah. Ada beberapa kebutuhan kamar mandi dan tentunya titipan Ghiska yakni pembalut.

Langkah Emir melambat saat melihat ada banyak wanita sedang berada di rak bagian pembalut.

“Aish, kenapa harus banyak orang sih,” gumam Emir sambil pura-pura memilih tisu.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya rak bagian pembalut kosong. Tidak ada satu orangpun yang berada disana. Dengan cepat Emir mengambil pembalut dengan warna pink seperti pesanan Ghiska.

Tapi satu hal membuat Emir tertegun, ada dua jenis pembalut dengan warna pink tersebut. Satu dengan wings dan satunya lagi non wings.

“Ini Ghiska biasanya pakai yang mana ya?”

Sebisa mungkin sudah menghindari percakapan dengan Ghiska, akan tetapi ada saja hal-hal yang membuatnya harus menghubungi istrinya itu.

Setelah  beberapa menimbang, akhirnya Emir memutuskan untuk menelpon Ghiska. Dia berharap semoga saja istrinya itu segera mengangkat telepon agar dia cepat pergi dari rak yang biasanya berisi para wanita.

Imam untuk Putri Sultan जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें