Hari ini cukup melelahkan baginya, jadwal mata kuliah yang padat, ditambah rapat organisasi yang lumayan memakan waktu.
Biasanya, ketika membaca buku, Manna akan terlarut dalam bacaannya dan tentu saja akan terjaga. Namun sekarang berbeda, matanya terasa sangat berat dan bahkan beberapa kali menjatuhkan kepalanya pada jendela bus tanpa disadarinya,
Manna juga tidak sadar jika seseorang sudah duduk di kursi kosong di sampingnya, seorang pria yang memangku tasnya diatas paha sambil memainkan ponsel, dia juga mengenakan headphone di kepalanya, menjadikannya tidak mudah terdistraksi dari suara-suara ataupun hal-hal di sekelilingnya.
Sekarang Manna sudah benar-benar tertidur, bahkan sebelah wajahnya menempel pada jendela bus dengan mulut yang sedikit terbuka. Buku di pangkuannya hampir terjatuh tapi masih tertahan oleh sebelah paha dan tasnya,
Tiba-tiba bus berguncang karena melalui jalan yang berlubang, Manna membuka mata dan tersentak karenanya, detik itu juga bukunya jatuh dari pangkuannya
"hah, aku siapa? Aku dimana?" katanya linglung, napasnya ngos-ngosan.
Manna melihat sekeliling bus dan ke luar jendela dengan panik, memastikan dimana keberadaan dirinya.
Beberapa saat menatap ke luar, dia bernapas lega setelah menyadari bahwa dia belum melewatkan halte tujuannya.
Di luar, langit senja terlihat sangat oranye dari biasanya. tak ingin melewatkannya, Manna mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mengambil beberapa foto langit dari dalam bus.
Dia mengeceknya sebentar, dilihat kurang bagus dan buram karena memotretnya saat bus sedang berjalan, lalu mencoba lagi, dia akan memotret sekali lagi tapi dia urungkan, karena langit senja yang indah itu terhalang oleh pepohonan yang rimbun di tepi jalan.
Saat ingin mencoba sekali lagi, bus malah berhenti. Manna menghela napasnya kesal, karena lagi-lagi dia gagal mengambil gambar senja yang disukainya itu.
Tapi sedetik setelahnya, dia tersadar bahwa dia harus turun di halte ini, segera dia berdiri dan menenteng tasnya,
Menyadari Manna yang sepertinya akan turun, pria yang duduk di sampingnya menggeser kakinya, memberikan jalan keluar
"permisi" kata Manna
Setelah kepergian Manna, pria itu menggeser tubuhnya untuk berpindah tempat duduk ke kursi yang diduduki Manna sebelumnya.
Merasakan kakinya menginjak sesuatu, dia kemudian mengeceknya
"loh novel gue?" katanya sambil menepuk-nepuk sampul buku yang terinjak oleh kakinya
"eh, perasaan tadi gue nggak baca novel" katanya. namun acuh, pria itu langsung memasukkannya kedalam tasnya.
~o~
Dosen baru saja meninggalkan kelas, dan beberapa menit lagi kelas selanjutnya akan dimulai lagi. Beberapa mahasiswa memilih untuk membawa bekal karena jeda pergantian mata kuliah hanya sepuluh menit, tidak mungkin sempat pergi ke kafetaria untuk makan, ditambah masih harus mengantre.
pukul dua siang, waktu yang sangat bagus untuk tidur siang. Setelah menguras otak selama hampir dua jam membahas mata kuliah morphology, Manna akhirnya memilih tidur sampai dosen mata kuliah selanjutnya datang, meskipun perutnya keroncongan karena tadi pagi dia hanya sarapan dua lembar roti dan sekarang dirinya juga tidak membawa bekal seperti yang lainnya.
Dia meletakkan sebelah tangannya di atas meja sebagai bantalan dan menggunakan sebelah tangannya yang lain untuk menutupi wajahnya dengan buku. Perlahan Manna memejamkan matanya, beberapa detik saja kesadarannya sudah menurun dan lelap.
YOU ARE READING
ABIMANNA
Teen FictionDengan hati berdebar, Manna duduk di kursi dekat jendela kafe, menatap keluar hujan yang membasahi jalan. Diantara tetes-tetes air, dia melihat seseorang mendekat dengan payung biru muda besar, ketika pintu kafe terbuka, angin membawa masuk aroma ta...
AWALNYA
Start from the beginning