Entah kenapa suasana taman ini masih sama meskipun semua nya telah berubah dan pergi.

"Kak Hayllen ingat sesuatu?"tanya Karin tiba-tiba.

Hayllen tersadar bahwa mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti.

Hayllen mengangguk. "Tempat ini punya banyak kenangan aku dan juga Langga"ucap Hayllen yang matanya sudah berkaca-kaca.

Karin mengusap punggung Hayllen pelan Karin paham sangat paham kondisi Hayllen saat ini Karin juga akan selalu menangis setiap di melewati kamar Abangnya Langga.

"Kak kita duduk di situ ya"Karin menunjuk kursi besi yang cukup untuk di duduki dua orang, Hayllen mengangguk pelan.

Kedua gadis itu keluar dan melangkah duduk di kursi panjang itu mata Hayllen tertuju pada kotak coklat yang di pegang oleh Karin.

Karin terdiam menatap langit-langit. Dia menghembus nafas pelan.

"Kak, buka kotak ini ya kak tapi janji jangan sedih"

Karin memberikan kotak coklat itu pada Hayllen. Hayllen hanya menatap kotak itu dengan nanar apa isi kotak ini?.

Tangan Hayllen bergerak membuka kotak coklat itu perlahan tapi pasti kotak terbuka memperlihatkan sebuah gambaran kecil, satu buah surat, dan juga sebuah kalung liontin kupu-kupu.

Tangan Hayllen bergerak membuka kotak coklat itu perlahan tapi pasti kotak terbuka memperlihatkan sebuah gambaran kecil, satu buah surat, dan juga sebuah kalung liontin kupu-kupu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata sendunya berkaca-kaca ketika tangan mengambil sebuah surat yang sangat jelas itu adalah tulisan tangan Langga sendiri

Tangan Hayllen beralih memegang kalung Liontin kupu-kupu itu satu titis air mata berhasil jatuh dari pelupuk mata Hayllen kala membaca gulungan kertas yang ada di kalung.

Haya, Lang mau ngasih kalung ini buat kamu meski nanti bukan aku yang akan memasangkan nya di leher cantik kamu.

Haya kenapa Lang ngasih kalung liontin kupu-kupu buat kamu ya kerena ulat bulu perlu menumpuk banyak luka untuk menjadi kupu-kupu cantik.

Hayllen menggenggam erat liontin kupu-kupu itu air matanya sudah tak dapat terbendung lagi.

Grep

"Kak, udah ya jangan nangis bang Lang ga suka gadis cantik dengan kepang dua nya ini sedih"ucap Karin memeluk Hayllen erat.

'gadis cantik dengan kepang dua nya' itu julukan Hayllen dari Langga sudah sangat lama Hayllen tak pernah mendengar itu.

Setelah kepergian Langga entah mengapa Hayllen sangat membenci untuk mengepang dua rambutnya Hayllen teringat waktu dulu jika dia tak sempat untuk mengepang rambutnya maka Langga lah yang mengepangkan.

"Kak ayo kita pulang"ucap Karin merenggangkan pelukan mereka dua.

Hayllen mengangguk pelan. Melangkah kan kakinya dengan lemas ke arah mobil.

Waktu berlalu begitu cepat yang hanya menyisakan kenangan Hayllen memeluk erat kotak coklat pemberian kenangan terakhir dari Langga yang masih tersisa untuk nya.

Karin memperhatikan raut wajah Hayllen dari kaca spion depan. Dari raut wajah Hayllen Karin tau bahwa Hayllen begitu mencintai dan menyayangi Abangnya Langga.

Jika dapat memilih Karin ingin dia saja yang pulang bertemu dengan bunda bukan
Abangnya Langga.

"Non udah sampai"

Baik Hayllen maupun Karin tersadar dari lamunan mereka.

"Eh, makasih ya pak" Karin dan juga Hayllen keluar dari mobil mereka dua berpegangan tangan masuk ke rumah Renzi.

Terlihat Renzi dan juga Bagas tengah asik berbicara, kedua laki-laki itu refleks menoleh dan tersenyum akan kedatangan Karin dan juga Hayllen tunggu lebih tepatnya hanya Bagas yang tersenyum.

"Karin aku kamar aja ya mau istirahat"cicit Hayllen pelan.

Kaki Hayllen mulai menaiki tangga dengan sangat lesu, sadar akan ada yang tidak beres Renzi menyusul Hayllen ke lantai atas tanpa mengucapkan sepatah kata.

Karin dan Bagas saling pandang namun mereka dua tidak menghiraukan hal itu mereka berdua asik bercerita kadang juga tertawa bahagia.

Mata Renzi menatap Hayllen yang nampak sedang kesusahan untuk memasang kan sesuatu di lehernya di depan sebuah cermin.

"Kok susah banget sih pasangnya"geram Hayllen dengan kalung yang tidak bisa terpasang di lehernya.

Sudah beberapa kali Hayllen mencobanya namun hasilnya nihil kalung itu tidak bisa terpasang yang membuat Hayllen emosi sendiri menghentak-hentakkan kaki nya.

Renzi yang sedari tadi memperhatikan Hayllen dari ambang pintu kamar tersenyum tipis sangat tipis nyaris tak terlihat. Renzi melangkah kakinya untuk menghampiri Hayllen yang sedang berdiri di depan cermin mengambil ahli kalung itu menyibak rambut Hayllen kesamping kemudian memasangkannya.

Renzi menatap dari pantulan cermin kalung itu begitu cantik di leher Hayllen. Hayllen menggenggam kalung yang sudah terpasang di lehernya.

"Kalo butuh bantuan bilang"

"By the way kalung Lo bagus"

"By the way kalung Lo bagus"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HAYALAN S2Where stories live. Discover now