17 - Rencana Kabur

Začať od začiatku
                                    

BLAM!

Pintu mobil ditutup keras-keras, Nera berjalan memasuki sekolah dengan langkah cepat. Begitu masuk kelas, Nera segera duduk di tempat duduknya menelungkupkan kepala. Di depan mejanya, duduk Taksa, Candra dan Gabriel.

"Udah aman, nggak ada di sana lagi" Ucap Gabriel. Arah duduk dan tatapannya seolah berbicara dengan Candra, tapi aslinya dia berbicara dengan Nera.

"Radius satu kilo meter, ada orang-orang mencurigakan nggak?" Tanya Nera masih dengan kepala terlungkup.

Candra membuka ponsel, scroll-scroll seolah bermain sosial media, sebenarnya dia sendang mengamati rekaman CCTV di area sekitar sekolah yang dia dapatkan dari seorang kakak kelas yang paham IT.

"Di depan gerbang selatan ada tukang siomay, kata anak-anak siomaynya murah banget, kek nggak niat jualan"

"Halah, ngincer anak kartel narkoboy dia" Kata Taksa.

"Berani banget buset, anak baru pasti, idealisme-nya masih tinggi" Timpal Gabriel.

"Fokus cok! Waktu gue nggak lama" Maki Nera.

Hari ini Nera sengaja membuat dirinya tidak diantar supirnya itu, karena Nera tahu, Diego selalu menunggunya di sekitar sekolah dan datang di depan gerbang saat jam pulang sekolah. Kalau yang mengantarkannya adalah salah satu anak atau cucu Agraham, mereka pasti tidak cukup waktu luang untuk menunggunya hingga pulang.

"Aman nih" Kata Candra.

Bel masuk berbunyi, seorang guru memasuki kelas, belum juga guru itu membuka kelas, Nera lebih dulu ijin keluar, untuk ke toilet. Nera tidak mungkin menggunakan cara yang sama ketika pertama kali keluar dulu, yang pasti CCTV di sana sudah diganti baru.

Meski begitu, seperti mata, CCTV memiliki titik buta, ada beberapa titik yang bisa dipakai untuk 'menghilang' salah satunya di dekat kamar mandi lantai 1 yang juga dekat dengan gudang. Nera beberapa kali berpapasan dengan siswa atau guru, anak itu memakai masker dan hoodie yang terlihat seperti orang sakit. Jadilah mereka tidak melanjutkan pertanyaan saat Nera bilang mau ke UKS.

Nera memasuki gudang dengan sedikit mungkin membuka pintu, sebatas satu garis merah samar di lantai, melalui alur buta CCTV, dan menempel di sudut kiri ruangan dekat pintu, tepat dibawah CCTV. CCTV di gudang ini tipe yang hanya menyorot ke depan, jadi tempat Nera berdiri adalah titik buta.

Nera membuka karpet usang, dibawahnya ada sebuat pintu kayu yang akan membawa menuju lorong bawah tanah sekolah. Nera turun melalui tangga, menyalakan flash ponsel, dan berjalan menyusuri lorong.

Sekolah ini milik salah satu keluarga yang merupakan bagian dari 'para bangsawan', penjagaannya sangat ketat dengan sistem pendidikan yang sangat bagus, jadilah banyak orang kaya dan ternama yang memasukkan putra-putra mereka disini. Tapi perlu juga diingat, orang-orang licik akan melahirkan keturunan licik. Anak-anak ini di 'rantai' dengan banyaknya peraturan dan pengawasan ketat, jadilah ide-ide brilian justru berkembang untuk meruntuhkan 'rantai' itu, seperti yang Nera lakukan sekarang.

Informasi titik buta dan lorong ini dirinya dapat dari Gabriel, yang kata Nera sebagai langkah awal untuk berteman, padahal sih... nggak gitu.

Gabriel sudah pro masalah kabur-kaburan, makannya bapaknya punya trust issue dengan anaknya yang satu ini.

Di ujung lorong, Nera melihat sebuah cahaya, itu adalah lubang gorong-gorong yang besar, cukup untuk keluar meski harus menunduk. Lubang ini berujung di kawasan hutan belakang sekolah, di dekat sungai yang airnya sedang surut dan berwarna hijau jernih. Burung berkicau terbang di atas Nera, dirinya sempat terpaku, hingga suara truk yang lewat di jalan sebrang sungai menyadarkan dirinya kembali.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Where stories live. Discover now