01. Ranting yang rapuh

49 3 0
                                    

Kuroo berkali kali menghela napas kasar menatap bangunan dihadapanya.
Universitas khusus kedokteran yang ada di rusia, bukan tanpa alasan saat ini Kuroo tengah menunggu kepulangan mahasiswa terakhir disana.

"Mbak Yaku!" pekiknya saat melihat gadis bergamis cream dengan hijab phasmina itu keluar dari gerbang univ.

"Ada apa lagi kak?" tanya gadis itu. Keduanya tak berani saling menatap saat ini. "Saya kan sudah bilang, saya masih ada satu tahun lagi disini." lanjutnya.

"Kamu bisa bertukar pelajar ke indonesia, saya sudah berkonsultasi dengan pihak fakultas." ucap Kuroo dengan wajah yang menunduk.

"Kenapa seenaknya saja kak, saya tidak bisa lagian ada rumah sakit yang siap menampung masa kaos saja." ucap Yaku padahal itu hanyalah omong kosong saja.

"Bagaimana cara meyakinkan mu mbak, saya benar benar ingin menjadikanmu istri. Apa yang kamu takutkan mbak?" pertanyaan itu sontak saja membuat Yaku menghela napas kasar.

"Saya tidak punya jawaban untuk pertanyaanmu, saya permisi assalamualaikum." balas Yaku lalu pergi meninggalkan Kuroo.

"Waalaikumsalam."

Suga baru saja sampai di gedung pelatihan olahraga milik Bokuto.

"Sug." Suga menoleh dan tersenyum saat mendapati Iwa yang memangilnya. "Idih, dah bener nih mobil." Iwa menunjuk mobil Daichi yang baru saja di parkirkan.

"Untung aja bisa bener." balas Sugawara dengan wajah kesal. "Banyak banget rusaknya, aku lupa harus servis tiap bulan." lanjutnya membuat Iwa tertawa.

Keduanya berjalan masuk bersama ke gedung olahraga itu. Sesekali bercerita ringan karna tujuan mereka juga satu arah, hanya beda ruangan saja. Iwa harus ke gym dan Suga harus ke ruang kesehatan.

"Kamu sama Oikawa sendiri bagaimana Wak?" tanya Suga dan Iwa menggeleng kecil.

"Tunggu kak Kuroo." balasnya dan Suga menganguk saja.
"Nanti makan siang diluar yok, bosen makan di kantin mulu."

"Gak bisa kayaknya Wak, aku harus menyiapkan menu pelatihan untuk atlit baru belum lagi dua atlit yang suka membuat kepalaku pusing." keluh Suga dan Iwa paham dengan keluahanya.

"Yasudah, jangan capek kamu ya ntar kak Daichi nyalahin seluruh gedung kalau kamu sakit." ledek Iwa lalu lari menuju gym, rasanya Suga ingin menjambak rambut berbalut hijab itu sayangnya sahabatnya sudah ngacir duluan.

"Awas kamu Wak!" pekik Sugawara namun Iwa nampaknya tak mendengar teriakan itu.

Suga sampai disana dan menyapa beberapa dokter gizi lainya. Dirinya duduk ditempat miliknya lalu membuka leptop menatap beberapa data kesehatan milik atlit mereka.

"Astagfirullah, kenapa berat badan mereka malah bertambah. Jika begini saat latihan mereka akan cepat lelah." Suga menatap salah satu dokter gizi lalu mendekatinya.
Namun sebelum sempat memangilnya sialnya Suga malah tersandung dan jatuh.

"Miss Suga tidak apa?" sebuah uluran tangan dihadapan gadis itu. Gadis itu mendongak demi melihat tangan siapa itu, namun saat dia lihat seorang laki laki dengan cepat dia menunduk dan berdiri sendiri.

"Tidak apa, saya tersandung kaki sendiri." terdengar tawa dari laki laki itu.

"Kamu sangat lucu miss." Suga hanya tersenyum cangung lalu melalui laki laki itu.
Laki laki itu menoleh dan tersenyum menatap pungung Suga yang menjauh mendekati dokter yang memang ingin dia hampiri.
"Cantik." lirihnya.

Disisi lain Iwa tengah memberikan arahan pada atlit wanita disana untuk memperkuat pertahanan mereka. Ini hanya latihan dasar namun para wanita itu sudah kelelahan.

Ya HabibatiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora