Luka dan obat?

372 31 0
                                    

°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°

———————

Pipinya membiru, sudut bibirnya berdarah tapi mulutnya terkunci rapat tidak ada suara ringisan ataupun tangisan.

(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ

"Bangun" sandi.

Dhito masih tidak bergeming.

Dugh

"Kau tidak tuli kan? Ku bilang bangun sialan!!" Bentak sandi.

Perut dhito di tendang kuat.

Yuni, Raka, dan Avelia hanya duduk  menonton adegan itu sambil memakan biskuit.

"Papa dia dan temannya tadi juga menghinaku pa" adu avel lagi.

"Apa yg anak ini katakan padamu sayang " tanya sandi.

"Tadi kan pa dia dan temannya itu bilang kalau avel ini anak tidak tau malu, manja, pokoknya kasar sekali pa" bohong avel.

Sandi langsung memandang dhito sinis.

"E-eng-enggak pa dhito dan Nand—"

Plakk

Bugh

"Uhuk uhukk"

Tanpa mendengar penjelasan dhito sandi dengan emosi menampar dan menendangi tubuh ringkih dhito.

"A-a-am-p-pun pa-pa" mohon dhito.

Bugh bugh bugh

"Rasakan ini dasar anak sialan, cacat, dasar jalang tidak tau diri"

Deg

Luka fisiknya memang sakit tapi sakit di hatinya lebih buruk lagi.

"Am-pun a-a-am-p-pun pa-pa uhuk am-pun"

Yuni dan avel menyeringai jahat melihat dhito di pukuli.

Darah tercecer di lantai tempat dhito terbaring lemah.

Sett

Rambut dhito di tarik kasar
"Dengar ini baik-baik sialan!! Sampai kau berani mengganggu avelia lagi, Mati kau !!" Ancam Sandi.

Dhito mengangguk lemah.

Brukh

"Ayo kita jalan-jalan" Sandi.

"AYO PA" Raka/Avelia.

Mereka ber-iringan berjalan keluar rumah meninggalkan dhito terbaring tak berdaya dengan tubuh penuh lebam dan darah.

2 jam setelah dhito di tinggal keluarga Atmajaya jalan-jalan bibi pun pulang dari belanja bahan-bahan dapur.

Cklekk

"DEN DHITO!!!" Bibi Wira.

Bibi terkejut melihat kondisi dhito yg mengenaskan.

" Aden Aden bangun den hiks Aden "

Bibi Wira mencoba mengangkat tubuh lemah dhito ke kamarnya untuk di obati.

"Hiks Aden, Aden kenapa bisa begini den hiks" bibi Wira.

"Bi-bi ta-di dhi-to bi uhuk kin pa-pa marah bi" lirih dhito.

" Udah-udah hiks Aden jangan memaksakan diri den hiks" bibi Wira.

"Iya Bi maaf dhito nyusahin bibi lagi" dhito.

"Aden bilang apa hiks bibi gk pernah hiks merasa direpotin sama den dhito hiks, sekarang Aden istirahat aja jangan kemana-mana dulu ya den" ucap bibi Wira.

Dhito mengangguk kepala pelan lalu tertidur.

(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ (⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ

Hari ini adalah hari yg paling di hindari oleh dhito.

Ya hari ini adalah hari ulang tahun Avelia.

Seperti tahun-tahun sebelumnya acara pesta di gelar dengan cukup mewah di halaman belakang rumah keluarga Atmajaya.

Tapi hari ini lebih special, karena tuan dan nyonya Anantara hadir setelah bertahun-tahun tidak datang ke acara putri kecil Atmajaya.

"KAKEK NENEK" Pekik avel.

"Avel sayang selamat ulang tahun ya, ini kado dari kami berdua" nyonya Dila.

"Sehat selalu ya cucu Kakek" tuan Anan.

"Dhito mana?" Tanya nyonya Dila.

"Ihh nenek ini kan ulang tahun avel kok malah nanyain dhito sih !"

"Avel sayang jangan gitu ya dhito kan saudara avel juga" ucap nyonya Dila memberi pengertian ke avel.

"Terserah nenek pokoknya ini hari ulang tahun avel, nenek sama kakek harus prioritasin avel eh sama kak Raka gk boleh yg lain" ucap avel kesal.

"Iya deh iya ayo udh mau mulai nih acaranya" tuan Anan.

"Heem ayo nek kek" avelia.



#Di sudut lain

"Aden" bibi Wira.

"Iya Bi " lirih dhito.

"Den dhito istirahat saja biar bibi yg urus acaranya, Aden masih sakit" bibi Wira.

"Ak-aku t-ti-tidak apa-apa bi su-dah baikan" ucap dhito.

Dari arah acara ada yg mendekati bibi Wira dan dhito. 

Dejavu.

Seperti beberapa tahun lalu bedanya kini remaja yg menghampiri mereka sudah berubah menjadi pria gagah nan tampan.

"Hallo"

"Kakak—"










14-02-2024

Black roses ( REVISI )Where stories live. Discover now