"Tapi tadi pas gua baru masuk, dia ngeliatin ke arah lo mulu, Nath. Pas keluar juga dia sempet lirik-lirik lo, kan?" ujar Ragas. Putra langsung setuju karena memang tadi dia juga melihat Arabella melirik Nathan terus-terusan. Ragas menunjuk Nathan dari kursi depan. "Kalau sampe beneran dia temen lu, beliin gua dua bungkus permen karet," katanya.

Seperti biasa, respon Nathan hanya terdiam tanpa ekspresi. Tapi otaknya berputar keras, berpikir dimana agaknya dia bertemu dengan gadis bernama Arabella itu? Tapi, ah sudahlah. Nathan benar-benar tak ingat apapun sekarang. Cowok itu menatap ketiga teman dekatnya lagi, mereka sudah berganti topik obrolan sekarang.

"Eh pulang sekolah main skuy! Gua bawa kamera nih," kata Ragas memamerkan kamera hitam yang ia bawa dari rumah. Ragas itu memang suka memotret, dan hasil jepretannya tak pernah gagal. Ragas juga mengoleksi banyak kamera di rumahnya yang beberapa di antaranya dibelikan oleh sang Abang.

Putra menghela napas. "Yaelah, baru juga masuk udah main aja," ujarnya langsung kena pukul Giu. Gadis itu selalu tidak sependapat dengan Putra. Giu malah ingin bermain lagi bersama mereka. "OKE GAS BANGET!!! Ke rumah gue yukk pulang inii," ajaknya dengan penuh semangat. Ragas mengangkat jempolnya ke udara. "BERANGKAAATT!" serunya.

Sementara Putra masih dalam tekadnya untuk tidak main tadi. Putra berharap Nathan juga memiliki pendapat yang sama dengannya. Lalu mereka bertiga kompak menatap Nathan. Dan jawaban dari cowok itu adalah sebuah anggukkan. "Ayoo," ucapnya. Putra lemas mendengarnya. Nathan memang sudah berubah sekarang. Lama-lama, Nathan juga akan tertular virus gila nya Ragas, cerewetnya Giu, dan rempongnya Sera.

Lalu kalau sudah begitu, siapa yang akan menemani kewarasan Putra di antara mereka? Tidak ada.

Giu langsung mengangkat tangan heboh. "Yeayy ayo kita berempat aja! Putra nggak usah diajak! Huuu!" Giu berseru meledek Putra. Ragas juga ikut ber-huu ria. Bahkan Giu menyuruh Nathan untuk ikut meledek Putra. "Huu!" Nathan menurut. Nah, kan! Nathan sudah tertular virus hebohnya Giu. Putra geleng-geleng saja mendengarnya. "Sialan," desis Putra.

Ragas tertawa. "Ayo lah, Put. Lo jangan kayak Nathan awal-awal masuk yang diajak mainnya susah banget. Liat noh anaknya sekarang udah manut-manut aja. Lu kaga seru bener," ujar Ragas. Putra menatap ke belakang. "Nath, lu jangan mau diajak gila sama mereka," bisik Putra pada Nathan. Giu langsung menoyor kepala Putra pelan. "Jangan hasut temen guee!!" katanya sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Putra berdecih. "Yehh, elu yang jangan hasut temen gua!" katanya. "Apaan sih? Orang Nathan temen gue kok?" Giu tak mau kalah. "Nathan temen gua kaliii. Ngaku-ngaku lo!" Putra juga tak mau kalah.

"Lo yang ngaku-ngaku!" tuding Giu lagi.

Sementara Nathan yang jadi objek ributnya mereka sekarang sudah menoleh ke arah pintu, menunggu kedatangan teman sebangkunya yang sedari tadi belum muncul juga. "Sera mana sih? Lama banget," ucap Nathan pelan tapi berhasil buat Giu sama Putra yang tadi lagi berantem jadi pada diem.

"Katanya mau sekalian balikin golden pinnya. Mungkin lebih baik gitu daripada Pak Alwi yang ngambil dari Sera," kata Ragas mengingat dirinya tadi sempat bertemu Sera dan mengobrol sebentar dengan gadis itu saat ingin masuk ke dalam kelas. Giu seketika sedih. "Kasian, Sera. Dia pasti sedih banget," ucapnya.

"Nanti ajak dia main please biar dia nggak terlalu sedih banget," usul Giu lagi. Ragas langsung mengangguk. "Emang itu tujuan gua ngajak main juga!" serunya. Putra jadi ikut sedih. Cowok itu akhirnya berdehem pelan dan mengatakan kalau dia ikut main bersama mereka nanti.

"Tapi gua mau balik dulu, Mami nyuruh gua balik cepet hari ini. Nanti gua nyusul ke rumah Giu," kata Putra. Ragas, Giu, dan Nathan mengangguk paham. Saat itu pun, Arabella si nenek lampir itu kembali masuk ke dalam kelas. Ragas langsung memutar kembali tubuhnya menghadap ke depan, Giu dan Putra pura-pura membaca buku, dan Nathan memiringkan ponselnya untuk bermain game. Mereka tak ingin ketara sedang membicarakan gadis itu tadi.

Alpha CentauriWhere stories live. Discover now