DFD 11 - Disaster Wave in the Croix

6 2 0
                                    

11 February 2024

-: Day 11 - Daily for Diary :-

-: Day 11 - Daily for Diary :-

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.



Baru saja aku sampai di Istana Veroxz, seorang prajurit datang dan membawa kabar buruk dari wilayah sekutu yang baru saja tertimpa bencana tsunami, wilayah itu bernama Croix. Wilayah yang memang dekat dengan bibir laut. Sebagian mata pencaharian penduduk di sana adalah seorang nelayan dan petani garam. Tsunami, gelombang air dahsyat itu telah melahap hampir sebagian wilayah Croix, dan mereka meminta bantuan pada kerajaan kami agar ikut serta menolong para korban bencana di wilayah mereka.

Tentu saja, kami tidak bisa tinggal diam. Ayahku bahkan sudah memerintahkan sebagian pasukannya untuk bersiap-siap dan berangkat ke sana. Aku sendiri ditugaskan untuk mengatur barang-barang yang akan dibawa serta sebagai bentuk bantuan yang lain untuk para korban bencana. Ada kain, pakaian, bahan makanan, obat-obatan, dan lain-lain.

Tidak hanya aku, tapi ketiga saudaraku yang lain juga turut membantu.

"Ayah! Semua persiapan sudah selesai, haruskah kita berangkat sekarang?"

Frost Verriz, selaku raja sekaligus ayahku itu mengangguk singkat. Lantas mulai memimpin jalannya pasukan. Kak Fighter dan Kak Frasco juga turut serta memimpin dengan menjalankan kuda mereka tidak jauh dari posisi ayah. Sementara aku, ibunda, dan Firio memimpin pasukan di barisan belakang.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke sana. Kami hanya menempuh perjalanan sekitar 5 jam lamanya untuk sampai di Croix.

Begitu sampai di sana, aku tidak bisa menahan rasa sesak dalam dada. Karena kondisi wilayah pasca tsunami benar-benar mengerikan. Teriakan sakit dan tangisan pilu terdengar di mana-mana. Lumpur dan air menyatu dengan darah. Rumah-rumah rusak dan barang berharga hanyut entah ke mana. Hanya raga dan kewarasan mereka saja yang masih tersisa. Itupun dengan kondisi nelangsa tak tentu arah.

Istana tempat tinggal raja itupun juga tidak luput dari tsunami yang berhasil memporak-porandakan wilayah ini. Syukurnya Raja Croix dan keluarganya selamat, tidak kurang suatu apapun.

Aku dan ketiga saudaraku segera saja membantu mengungsikan para korban selamat dan luka-luka ke tempat yang lebih aman. Kami mendirikan tenda pengungsian dan mulai membagi tugas. Sementara ayah menghadap langsung pada Raja Croix untuk sekadar berbincang ataupun membahas mengenai progress pembangunan ulang wilayah ini.

Ternyata, tidak hanya Veroxz yang dimintai bantuan. Amer dan Moran juga turut serta membantu. Aku bahkan bisa melihat Alarick dari kejauhan, yang tampak sedang berbicara dengan beberapa prajuritnya. Dengan baju kain sederhana berwarna putih dan celana bahan beserta tas kecil yang dililitkan pada pinggang, Alarick tampak lebih seperti masyarakat biasa berparas tampan. Sebagai seorang pangeran, tentunya sikap Alarick yang mau berbaur dengan masyarakat seperti ini patut diapresiasi.

"Fialova! Apa yang sedang kau lamunkan? Cepat bantu Ibu!"

Aku tersentak dan spontan menghampiri ibunda yang tampak kesulitan membawa keranjang berisi buah-buahan. "Mau dibawa ke mana semua ini, Ibunda?" tanyaku sembari mengambil alih keranjang itu dari tangan ibu.

"Tentu saja mau dibawa ke tenda pengungsian. Kita harus membagikan buah-buahan ini secara merata pada para korban. Ah! Ibu lupa! Bawa ini."

Aku mengernyit bingung saat ibu memberikan satu lagi keranjang yang tadi dibawanya padaku.

"Ibu harus menyusul Ayahmu terlebih dahulu dan memberitahukan kondisi para korban di sini. Kita tidak bisa diam saja sementara jumlah korban selamat terus saja berdatangan ke tenda pengungsian. Setidaknya harus ada tindakan lebih lanjut. Apakah kita menambah tenda pengungsian baru di sini, atau membuatnya di tempat lain. Karena tidak mungkin kalau dijadikan di satu tempat, itu akan merepotkan."

Penjelasan ibunda membuatku mengerti sekarang. Memang, kami juga membagi tim untuk mencari para korban selamat di lokasi bencana. Kebanyakan dari mereka yang tertimpa reruntuhan dan tenggelam dalam arus tsunami sudah tidak terselamatkan. Sebagian yang masih bertahan, pasti saat ini tentang menunggu bala bantuan.

"Baiklah. Aku mengerti, Ibu. Aku akan meminta para pelayan kita untuk membantuku membagikan buah-buahan ini. Ibu tenang saja. Serahkan yang di sini padaku."



-: Disaster Wave in the Croix :-

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

-: Disaster Wave in the Croix :-

Daily for Diary ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin