"Awh. Shit!" desisnya ketika rasa sakit menjalar ke seluruh wajahnya. Gadis itu memegang pipinya yang sakit.

"Kenapa kenceng banget sih gue namparnya?" rutuknya sembari menahan rasa sakit.

"Ini bukan mimpi ya berarti?"

"Ini gue serius jadi Hanna?"

"Yang bener aja!"

"Terus nasib gue gimana?"

"Gue abis jatuh dari tangga, kan?"

"Masa iya, mati?"

"Tapi kalo gak mati, kenapa bisa kepental jauh ke sini?"

Gadis itu terus bergumam dan mendumel sendirian. Sedikit tidak terima dengan takdir yang membuatnya entah hidup lagi atau bagaimana ini sebagai Hanna.

Tunangan cowok gila yang mudah berpaling hati.

Mana di akhir jadi stress sebelum akhirnya bunuh diri, lagi!

"Terserah deh. Yang jelas gue gak bakal seputus asa Hanna asli kalo Regan mutusin pertunangan demi Agis!" kalimat penuh tekad itu keluar.

"Keluarga Sutedja kan kaya. Hidup bahagia itu karena duit bro, bukan cinta!" kedua tangan Hanna terentang, seolah ia bebas.

Tawa menggelegar Hanna terdengar memenuhi ruangan.

Persetan dengan masuk ke novel. Ia akan hidup dengan baik di sini!

Tapi, tak lama kesenangannya itu hilang. Wajahnya berubah murung ketika ia teringat dengan keluarganya di rumah.

"Mama, Papa, sama Bang Bagas gimana, ya?" gumamnya sedih.

Perasaan kehilangan begitu jelas ia rasakan ketika teringat ketiga anggota keluarganya yang di akhir ingatannya tampak mengkhawatirkannya yang jatuh dari tangga.

Pikiran sedih mengenai keluarganya berakhir membuat Hanna menangis dan tidur setelah puas menumpahkan kesedihannya.

••••

Bangun dari tidurnya, fokus pertamanya jatuh pada ponsel yang tanpa sengaja tersentuh tangannya ketika ia meregangkan badan.

Ponsel dengan logo apel tergigit itu entah sejak kapan ada di samping bantal.

Penasaran, Hanna segera berkutat dengan benda pipih itu dan mulai mengubek-ngubek isinya.

Notifikasi i-message itu mengalihkan atensinya. Dengan sekali tekan, ia langsung bisa melihat deretan list kontak yang bertukar pesan dengan Hanna. Dari mulai yang baru saja pesannya masuk, hingga yang pesannya hanya dibaca dari beberapa waktu lalu.

Ditekannya satu kontak dengan nama 'Felia' yang menjadi kontak teratas dengan tiga pesan belum terbaca.

Felia

|p
|bsk berangkat pagi
|gue mau nyontek, hehe

nyontek apa?|

|lah, lupa lo?
|tugas fisika
|sejak kpn lo lupa tugas bjir
|momen langka

Hanna mengerutkan keningnya. Karena penasaran gadis itu melangkah menuju meja belajarnya.

Rapi.

Satu kata itu benar-benar menunjukkan kondisi meja belajar milik Hanna yang tertata dan enak di lihat.

Meja dengan lampu belajar yang masih mati, kotak alat tulis yang terisi lengkap berbagai jenis alat tulis, lalu jejeran kertas post it yang beraneka warna, serta beberapa buku, ipad, dan macbook yang dibiarkan di sana.

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang