Bab 1 Berbeda

11 1 0
                                    

Konnichiwa 🌹
Setelah lama gak ada kabar Yesha came back nieh bawa cerita baru. Jangan lupa bintangnya dan komen yuk bagi keseruan kamu baca cerita ini 🤩

HAPPY READING ❤️

.
.

"Kekurangan yang ada dalam dirimu bukan menjadi penghambat untuk terus berkembang."
-Fatih Nathaniel-

Manusia selalu menginginkan kesempurnaan, dan itu pasti. Tapi, percaya tidak hanya karena satu kekurangan yang dimiliki membuatnya dibenci dan ditelantarkan?

"Sekeras itukah semesta? Adakah bahagia untukku?" Matanya terpejam sembari mengingat potongan-potongan cerita menyedihkan dihidupnya.

Langit yang cerah dibarengi dengan kicauan burung-burung liar yang berterbangan menyambut alam pagi. Kakinya melangkah menyusuri lorong sekolah yang sunyi karena semua siswa sudah berada di dalam kelas.

"Sudah sampai. Ini kelasnya, mari masuk." Ujar laki-laki tua berseragam guru.

"Terima kasih." Balasnya.

Dengan tenang lelaki itu melangkah masuk ke sebuah ruangan yang bertuliskan 12-1 di atas pintu masuk. Kehadirannya langsung disambut tatapan dingin oleh semua siswa di kelas tersebut.

"Teman-teman, kita kedatangan murid baru di semester pertama ini. Mungkin cukup mengejutkan karena ada murid pindahan di kelas 12 ini." ucap Bu Guru membuka obrolan.

Semua siswa fokus menatap ke depan tanpa ada suara apa pun. Lelaki berjas abu itu memerhatikan seisi kelas tampak seperti kelas pada umumnya namun ada sesuatu yang membuatnya tertarik.

"Kenapa dengan gadis itu?" batinnya melihat seorang gadis yang matanya tertutup dengan kain merah.

Setelah Bu guru menuliskan namanya di papan tulis. Beliau pun mempersilahkannya untuk memperkenalkan lebih jauh.

"Pagi semua, kenalkan nama saya Fatih. Pindahan dari sekolah Garuda. Saya harap bisa berteman dengan kalian semua. Salam kenal." ucapnya diakhiri senyuman.

Senyuman yang menampilkan lesung pipi itu membuat sebagian murid perempuan bersorak takjub dengan paras murid pindahan tersebut. Setelah dipersilahkan untuk duduk, lelaki itu melangkah menuju kursi paling belakang dekat dengan jendela yang memang hanya kursi itu saja yang kosong.

Ketika melangkah menuju kursinya ia sedikit melirik gadis berkain merah itu. "Apa dia bercanda?" Gumamnya.

Tak lama pembelajaran pun dimulai. Saat guru sedang menjelaskan di depan, perlahan Fatih berbisik pada teman sebangkunya. "Kenapa dengan dia?"

Teman sebangkunya melirik. "Jangan dipikirkan. Jauhi saja dia kalau kamu tidak mau terlibat masalah."

"Oh, oke. Oiya kenalin gua Fatih." Lelaki itu mengulurkan tangannya.

Teman sebangkunya menyambut uluran tangan itu. "Farelian. Salam kenal."

Masih dengan pertanyaan yang sama, Fatih membatin melihat gadis di depannya. "Bagaimana dia bisa belajar kalau matanya saja ditutup dengan kain?"

Waktu terus berjalan hingga kini menunjukkan pukul 09.50 WIB semua siswa berhamburan ke luar kelas untuk istirahat. Berbeda dengan Fatih yang saat ini berada di ruang guru bertemu dengan wali kelasnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Semesta dalam Air Mata Where stories live. Discover now