O.9 Hogsmeade

62 8 2
                                    




"Cepatlah Helysa!" Seru Pansy yang berdiri di ambang pintu kamar. Hari ini adalah jadwal kunjungan mereka ke Hogsmeade sebelum libur natal seminggu lagi. "Ck, berisik! pergi saja duluan sana!" Ujar Helysa, tidak bisakah Pansy melihat bahwa ia masih memilih pakaian? salahnya sendiri tidak membangunkan Helysa sehingga gadis itu telat bangun.

"Kau yakin menyuruhku pergi duluan?" Pansy mengerutkan alisnya, biasanya Helysa paling tidak suka ditinggal. "Ya, Daphne sudah menunggu di bawah, pergilah!" Helysa mengambil salah satu pakaiannya dari lemari dan membawanya ke kamar mandi untuk berganti baju.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa nanti!" Pansy berbalik dan pergi menuruni anak tangga untuk menyusul Daphne yang menunggu di Common Room.

Tak berselang lama Helysa keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian rapi, gadis itu berdiri di hadapan cermin untuk menyisir rambutnya. Setelah selesai dengan semua persiapannya, akhirnya Helysa menuruni anak tangga utuk turun ke common room.

"Aku sudah berfikir kalau kau kabur." Helysa mendengus saat mendengar ucapan Draco yang sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. "Jangan banyak basa basi." Helysa bersedekap, menatap Draco, entah apa yang merasuki pikirannya tapi Helysa merasa Draco terlihat—ekhm kau tau apa yang ia maksud—Dengan setelah baju musim dingin hitam.

Draco berdiri dari posisi duduknya, "Aku menunggumu sangat lama kau tahu?" Draco mulai melangkah keluar dari common room diikuti oleh Helysa. "Tidak ada yang memintamu untuk menunggu." Sinis Helysa. "Ayolah, jangan terlalu kaku." Draco merangkul pundak Helysa, membuat gadis itu mengaduh kaget.

"Lepaskan tanganmu!" Protes Helysa. "Bagaimana kalau aku tidak mau?" Ujar Draco jahil, lelaki itu mendekatkan wajahnya pada wajah Helysa. "Draco!" Helysa mendorong wajah Draco agar tidak dekat-dekat. Draco terkekeh, senang menjahili Helysa.

Jalanan menuju Hogsmeade sepi dan penuh salju, mereka berdua mungkin murid terakhir yang berangkat. Saking tebalnya salju di jalanan Helysa hingga tidak sengaja tergelincir dan membenamkan sebelah sepatu bootsnya kedalam salju.

"Aduh!" Seru Helysa kaget. Draco dengan sigap menahan lengan Helysa agar gadis itu tidak terjatuh. "Watch your step." Ujar Draco. Helysa menyingkirkan anak rambutnya yang menutupi wajah.

"Kemarikan tanganmu." Draco mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Helysa. "Kalau kau jatuh, aku yang repot." Helysa mendelik, gadis itu hendak melepaskan tangan Draco tapi anehnya ia tidak berani. Helysa merasakan jantungnya berdebar lebih cepat, ia juga bisa merasakan perasaan canggung saat jemarinya menggenggam tangan hangat Draco.

Helysa menatap Draco saat mereka berjalan dalam senyap. "Kau menikmati menatapku seperti itu?" Helysa gelagapan saat Draco sadar ia sedang menatapnya. "Aku tidak—" Helysa berusaha menyangkal. "Mengakulah, tidak usah malu, lagipula banyak gadis yang suka memperhatikanku diam-diam." Draco berkata dengan senyum miring, seolah-olah bangga dengan fakta itu.

Helysa merotasikan bola matanya malas, rasanya ia ingin muntah mendengar perkataan Draco yang menggelikan. "Kau harusnya senang, Helysa." Ujar Draco, Helysa menatap lelaki itu dengan tanda tanya. "Kau yang pertama." Draco berujar sambil mengangkat tangannya yang menggenggam jemari Helysa.

Helysa menatap Draco dengan tatapan menyelidik, "Pembohong." Mana mungkin orang yang sangat terkenal di asrama slytherin dengan ketampanannya itu tidak pernah menggandeng seorang gadis? Draco terkekeh dan mengangkat bahunya sebagai jawaban. Helysa lalu menarik tangannya hingga terlepas dari tautan jemari Draco, tepat saat mereka sampai di jalanan Hogsmeade yang ramai.

"Ada tempat yang ingin kau kunjungi?" Draco memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana saat Helysa melepaskan genggamannya.

"Bukankah aku disini untuk menemanimu?" Helysa mengangkat alisnya heran. "Lupakan, kau bisa pergi ke tempat yang kau mau asalkan bersamaku." Draco mengangkat bahunya. Helysa hampir tersedak mendengar perkataan Draco yang terasa ambigu.

"Perkataanmu konyol." Helysa terkekeh kecil, sedikit salah tingkah. Draco tertawa menanggapi Helysa, "Terserah, aku hanya tak ingin membuatmu tidak nyaman." Ucapnya.

"Kau mau butterbeer?"

***

Three Broomstick bahkan sangat ramai walau dilihat dari luar. Hal itu membuat Helysa ragu untuk masuk ke dalam. "Draco." Helysa menahan lengan Draco yang hendak masuk ke dalam Three Broomstick. Draco menaikkan alisnya, "Kenapa?" Tanyanya. Helysa dengan ragu menjawab, "Terlalu ramai." Ucapnya pelan.

Draco terkekeh, "Kenapa? Kau tak malu kan?" Lelaki itu menarik tangan Helysa agar ikut masuk bersamanya, gadis itu mau tak mau mengikuti langkah Draco.

Helysa bisa merasakan jantungnya berdebar, bagaimana kalau ia bertemu Pansy, Daphne dan Blaise disini? Helysa rasa ia bisa mati. Ketiga sahabatnya itu tak memiliki ide sama sekali bahwa Helysa akan menghabiskan waktunya di Hogsmeade bersama Draco.

Mereka berdua memilih tempat duduk paling pojok, menghadap jendela yang menyuguhi pemandangan jalanan bersalju. Draco memanggil pelayan dan memesan dua gelas butterbeer sementara Helysa menghela nafasnya dengan resah. "Kau gila Draco, ini terlalu ramai!" Protes Helysa saat gadis itu merasakan beberapa orang mencuri pandang kearah mereka.

"Apa kau tidak tahu rumor yang beredar tentang kita?" Tanya Helysa gemas. Entah rumor apalagi yang akan tersebar saat orang-orang melihat mereka minum berdua di Three Broomstick. "Rumor? Rumor apa?" Draco mengernyitkan alisnya bingung, tak punya ide sama sekali apa yang Helysa bicarakan.

"Kau—bisa-bisanya kau tidak tahu!" Helysa berseru dengan gemas. Draco mengangkat bahunya, ia benar-benar tidak tahu. Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan meletakkan dua gelas butterbeer. Helysa menatap pelayan itu, memastikan benar-benar pergi dari area meja mereka.

"Memang rumor apa yang kau maksud?" Draco mengambil salah satu gelas butterbeer dan menyesap isinya. "Rumor kalau kita berpacaran." Jawab Helysa, "Uhuk!" Draco terbatuk, hampir menyemburkan minuman di mulutnya ke wajah Helysa.

"Kau bercanda?" Draco menyeka mulutnya. Helysa merotasikan bola matanya malas, "Kau pikir aku orang yang suka bercanda?" Sarkas Helysa. Draco terkekeh, "Kalau begitu siapa yang menyebarkan rumor itu?" Tanyanya. "Kau tahu lelaki di perpustakaan kemarin? Aku rasa dia mengintip kita—

"HELYSA?!"

Helysa menoleh dengan kaget dan bertambah kaget saat melihat Pansy, Daphne dan Blaise berdiri tepat di samping tempat duduknya dan Draco. "Ah sial!" Helysa meringis, bisa-bisanya hal yang paling tak ia inginkan terjadi. Gadis itu memalingkan wajahnya, tak mau menatap ketiga temannya, rasanya ia seperti tertangkap basah melakukan sesuatu yang salah.

"Demi merlin!" Pansy berseru setelah keheningan beberapa saat, bahkan sebenarnya mereka bertiga kehilangan kata-kata. "Bagaimana bisa—apa yang aku lewatkan? Kenapa kau bersama Malfoy? bukannya seharusnya kau menyusul kami?" Daphne bahkan tercekat saat bersuara.

Helysa menggaruk tengkuknya, "Uhm... well.." gadis itu berdiri dari duduknya. "Aku punya beberapa alasan..." Ujarnya sambil menarik tangan Draco agar ikut berdiri. "Sebaiknya kita bicarakan ini nanti, okay?" Helysa memberikan senyum manisnya sebelum pergi menarik Draco dari hadapan ketiga temannya.

"HELYSA!"

pure;blood | Draco Malfoy x OCWhere stories live. Discover now