O.5 Quidditch

98 13 0
                                    

"Lysa!"

"Lysa!"

"Helysa!"

"What?" Helysa menoleh dengan agak kaget kearah Pansy yang duduk di sebelahnya. "Berhenti melamun! aku memanggilmu berkali-kali!" Pansy mengomel dan menyentil dahi Helysa. "Ouch! How dare you, Parkinson!" Helysa mengusap dahinya yang terasa sakit, kalau bukan Pansy yang melakukannya sudah pasti Helysa akan memantrainya.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Profesor Snape bisa marah besar melihatmu tak memperhatikan!" Pansy memelankan suaranya, takut terdengar oleh Profesor Snape yang sedang menjelaskan tentang ramuan di depan kelas. Helysa tertegun, sebenarnya apa yang ia pikirkan sedari tadi? gadis itu kemudian menelan ludahnya saat tersadar.

"Kau gila Lys." Helysa bergumam, tangannya meremat perkamen yang ia pegang. Sedari tadi ia membayangkan akan kejadian malam sebelumnya saat ia bersama Draco di menara astronomi, ia terus terfikirkan saat Draco menarik pinggangnya mendekat ketika mereka bersembunyi dari prefek.

Helysa bisa merasakan pipinya menghangat kala ingatan itu berkelebat kembali dalam pikirannya. gadis itu terus membayangkan ketika netra safirnya menatap wajah Draco dari dekat. Helysa mengangkat wajahnya, matanya memandang seisi kelas, mencari keberadaan lelaki bersurai pirang itu.

"Dan itu adalah Amortentia—Miss Selwyn!" Helysa terlonjak di kursinya begitu Profesor Snape memanggil namanya. Helysa berusaha tetap tenang begitu Profesor Snape menghampiri bangkunya dan Pansy.

"Yes Profesor?" Profesor Snape dengan wajah datarnya memandang Helysa dengan tajam. "Fungsi Amortentia!" Desis Profesor Snape, meminta Helysa untuk menjelaskan. "Menyebabkan obsesi pada sang peminum Sir, amortentia juga memiliki aroma yang mengingatkan seseorang dengan apa yang ia sukai." Helysa dengan lancar menjelaskan dibawah tatapan tajam Profesor Snape.

"5 points for Slytherin!"

Helysa menyunggingkan senyum, senang dapat menjawab Profesor Snape dengan mudah. Gadis itu menatap Hermione yang duduk di depan dengan tatapan mengejek. Tiba-tiba matanya menangkap kehadiran Draco yang tengah menatap kearahnya. Draco tersenyum lalu mengangkat alisnya ketika mata mereka bertemu. Helysa berdeham, cepat-cepat memutus kontak mata mereka.

***

Pertandingan Quidditch antar asrama akan berlangsung beberapa hari lagi, oleh karena itu para pemain sedang gencar-gencarnya berlatih, termasuk tim Quidditch Slytherin.

"Mau menonton latihan?" Daphne mengedikkan dagunya, menunjuk pada para anggota Quidditch yang berjalan melewati mereka. "Ide bagus!" Wajah Pansy berubah menjadi sumringah, sedari tadi ia, Helysa dan Daphne hanya duduk-duduk di bangku koridor, mengobrol santai.

"Pergilah," Ujar Helysa, ia sama sekali tidak mempunyai minat untuk melihat latihan. "Ayolah Helysa, kau tidak pernah menonton Draco latihan kan?" Ujar Daphne sambil menarik-narik jubah Helysa. "Kau bercanda? Untuk apa aku menonton Draco latihan!" Helysa mendelik, kenapa pula Daphne harus membawa-bawa Draco.

"Hei setidaknya kau harus melihatnya, dia sangat keren ketika bermain Quidditch." Ujar Daphne semangat. "You sounds like you like him so much, Daph." Helysa berujar dengan wajah mengejek. Daphne tertawa, "Aku hanya sebal, selama ini kau selalu mengolok-olokku ketika aku membicarakan Draco, setidaknya kau harus tahu kalau dia keren dan tidak semenyebalkan yang kau pikirkan!"

Helysa tersenyum masam, tak tahu apa yang terjadi, tapi ia bisa merasakan hatinya panas. "Oh ayolah Lys, kau harus mempunyai hiburan, kau terlalu banyak belajar!" Pansy menarik lengan Helysa agar berdiri. "Kau harus menikmati masa mudamu di Hogwarts!" Helysa hanya bisa pasrah saat tangannya digaet oleh kedua temannya dan ditarik ke lapangan Quidditch.

"Nah duduklah disini Helysa, ini tempat terbaik untuk menonton latihan Quidditch." Daphne menuntun Helysa yang pasrah untuk duduk di tribun tengah. Helysa yang dipaksa duduk hanya bisa menurut keinginan temannya itu.

Baiklah, Helysa memandang sekitar, rupanya bukan hanya mereka yang datang untuk menonton, tapi banyak sekali murid-murid dari asrama lain yang datang menonton. "Tim Quidditch slytherin itu populer Lys, jangan heran." Pansy menjelaskan ketika Helysa memasang raut bingung.

"Bagus, sekarang apa?" Helysa bersedekap, baru duduk sebentar dia sudah ingin pulang ke asrama. "Sabarlah sebentar Lys, mereka sedang siap-siap." Pansy menujuk ke pinggir lapangan, tampak anggota tim sedang briefing. Helysa bisa melihat jelas mereka dari tribun, Daphne benar, tempat ini paling strategis.

Sementara itu di pinggir lapangan. "Hey Malfoy," Adrian menyikut lengan Draco dan menunjuk ke arah tribun, "Helysa Selwyn datang, bagaimana menurutmu, apa aku harus menghampirinya?" Adrian tersenyum, siapa pun tahu ia memiliki ketertarikan pada Helysa. "Kau konyol, ia tak akan mau denganmu." Terrence yang mendengar perkataan Adrian tertawa.

"Aku yakin Selwyn akan lebih menyukaiku, Adrian." Terrence memasang wajah meledek pada Adrian, nampaknya bukan hanya satu orang yang menyukai Helysa disini. "You two are riddiculous! Helysa tak akan mau bersama salah satu dari kalian." Draco menonjok lengan kedua orang itu, sungguh menggelikan melihat mereka memperebutkan Helysa.

"Oh ya? lantas ia mau bersamamu Drake?" Adrian balas menonjok lengan Draco, "Definietly," Draco memandang ke arah Helysa yang duduk diapit Pansy dan Daphne, gadis dengan surai biru keabuan itu menatapnya balik dengan wajah bingung. Senyum miring terbit di wajah Draco, "Kau percaya diri sekali, Drake." Ujar Terrence, tapi kemudian ia terdiam saat mendapati Helysa yang tengah beradu pandang dengan Draco.

"Pansy, aku rasa mereka tengah membicarakanku?" Helysa memegang tangan Pansy, meminta gadis itu agar menatap ke arah pandangannya. "Ayolah Lys, disana ada Adrian Pucey dan Terrence Higgs, mereka pasti kaget kau datang." Ujar Pansy. Helysa berdecak, "Mereka konyol!" Helysa sendiri sadar akan ketertarikan beberapa lelaki padanya termasuk Adrian dan Terrence, tapi ia tak menyukai mereka sama sekali.

"Sepertinya Draco juga memandang kearahmu, Lys." Daphne benar, Draco tengah memperhatikan Helysa dari jauh, mata mereka bertemu dan Draco tersenyum ke arahnya. "Wow, apa maksudnya itu Lys?" Giliran Pansy yang memegang tangan Helysa, Draco yang selalu berwajah tak ramah itu melayangkan senyuman pada sahabatnya.

"Mungkin dia menganggapku aneh karena disukai oleh Pucey dan Higgs." Helysa mengibaskan tangannya tak peduli, walau sebenarnya ia merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Daphne mengangkat bahunya, "Masuk akal." Tadinya ia sudah berfikir bahwa Draco juga menyukai Helysa.

Tiba-tiba sorakan kencang terdengar begitu para pemain mulai menaiki sapu terbang masing-masing dan mulai meluncur
terbang. Helysa bisa mendengar dengan jelas teriakan para gadis untuk Draco Malfoy, termasuk Daphne disebelahnya. "Ini yang aku maksud dengan Draco itu keren Lys," Daphne menatap Draco di tengah lapangan dengan mata berbinar.

"Oh ayolah, dia bahkan belum mulai bermain!" Protes Helysa. Bludger dan golden snitch mulai dilepas begitu para pemain siap diatas sapu masing-masing, sorakan menyemangati semakin terdengar keras. Latihan kali ini juga merupakan seleksi anggota baru, tim quidditch slytherin tengah mencari seorang chaser.

"Blaise mendaftar menjadi chaser." Bisik Pansy pada Helysa. "Pantas saja kau sangat ingin menonton." Helysa balik berbisik sambil tersenyum miring, ia mengerti kenapa Pansy ingin sekali menonton latihan kali ini. Pansy memukul lengan Helysa, "Diamlah!"

"WATCH OUT!"

Helysa terkaget saat seseorang yang duduk tak jauh darinya berteriak sambil menunjuk ke depan, gadis itu reflek menoleh ke depan dan berubah panik ketika melihat bludger meluncur deras ke arah mereka bertiga. "LYS, MENUNDUK!" Pansy berteriak, tapi otak Helysa masih berusaha mencerna situasi.

"LYS!" Daphne berteriak panik saat bludger yang meluncur deras itu menghantam tubuh Helysa hingga gadis itu terlempar dari area tribun. Semua orang berseru panik saat tubuh Helysa meluncur deras dari tribun yang terletak jauh dari tanah. Helysa bisa merasakan perutnya sakit terhantam Blugder tapi ia tak menghiraukannya, gadis itu hanya bisa berteriak panik saat tubuhnya semakin dekat dengan tanah.

Adrian dan Terrence yang melihat Helysa jatuh buru-buru menerbangkan sapu mereka untuk menyelamatkan gadis itu, tapi seseorang lebih dulu memotong gerakan mereka.

pure;blood | Draco Malfoy x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang