O.6 Hospital wings

105 13 0
                                    

Tepat sebelum tubuh Helysa menghantam tanah dan remuk seseorang lebih dulu menyambar tubuhnya dengan sapu terbang. Helysa yang tadi sudah pasrah akan hidupnya dan menutup matanya kini kembali membuka matanya saat merasakan tubuhnya melayang. Mata gadis itu mengedip bingung tapi ia bisa melihat seseorang yang menerbangkan sapu yang ia tumpangi dengan jelas.

"Draco?" Helysa terperangah, ia dengan mudah bisa mengenali siapa yang ada didepannya hanya dengan melihat rambutnya. "Pegangan Selwyn!" Sentak Draco. Helysa dengan reflek memeluk lelaki itu saat ia menerbangkan sapunya dengan cepat. "Bludger itu mengejar kita!" Seru Helysa saat matanya menangkap kehadiran bludger di belakang mereka.

"Apapun yang terjadi, jangan jatuh." Ujar Draco sebelum ia menambah kecepatan sapu terbangnya. Draco menerbangkan sapunya diantara menara-menara stadion, menghindari bludger yang mengejar mereka lalu secara tiba-tiba Draco melakukan manuver, sapu mereka meluncur deras ke bawah, "Draco!" Helysa panik, gadis itu mengeratkan pelukannya pada pinggang Draco, ia sekarang tidak berani membuka matanya.

"Bersiap melompat."

"APA?" Helysa reflek membuka matanya."DARI ATAS SINI?" gadis itu berujar panik, mereka masih jauh dari atas tanah. Draco menggenggam tangan Helysa yang melingkar di pinggangnya, "Sebentar lagi." Draco menunggu hingga sapunya lebih dekat dengan salah satu menara agar bisa melompat ke tribun.

"Sekarang!" Draco melepas sapu terbangnya dan menarik Helysa untuk dipeluk, memastikan gadis itu aman saat terjatuh. Mereka berdua mendarat keras di lantai tribun sementara bludger itu menubruk masuk ke dalam menara dan tersangkut disana.

"Syukurlah."

Seruan-seruan terdengar dari tribun, orang-orang berseru khawatir dan berlari ke arah Helysa dan Draco. "Helysa!" Pansy dan Daphne ikut berlari ke arah Helysa, "Kau tak apa-apa?" Helysa mengangguk, berusaha bangun dari posisinya tergeletak di lantai kayu. "Draco." Gadis itu berjongkok di sebelah Draco, mengecek kondisinya. "Are you alright?" Helysa meraih tangan Draco dan membantunya duduk.

Anggota tim Quidditch berlarian menghampiri mereka, "Sepertinya kau harus pergi ke hospital wing, Drake." Ujar Blaise yang ikut berjongkok di sebelah Draco saat melihat temannya itu meringis kesakitan. Helysa menatap Draco dengan khawatir, lelaki itu tadi mengorbankan tubuhnya untuk menghantam lantai duluan agar Helysa tidak terluka.

***

"Kau yakin tidak terluka?" Pansy menangkup pipi Helysa dengan tangannya, sedari tadi ia sibuk memastikan keadaan sahabatnya itu. "Aku baik-baik saja Pans!" Helysa menyingkirkan tangan Pansy dari wajahnya dengan muak. "Syukurlah! kalau Mr. Selwyn tahu kau terluka, pasti aku yang akan dimarahi." Pansy menghela nafasnya lega.

Pansy dan Helysa sekarang berada di common room, setelah kejadian yang menggemparkan tadi, Helysa dituntun oleh Pansy untuk kembali ke asrama, sedangkan Daphne pergi untuk mengikuti kelas Herbologi. Lalu apa yang terjadi pada Draco? ia dibawa oleh Blaise dan Theo ke hospital wing untuk di cek keadaannya.

Helysa menatap perapian dalam diam, ia memikirkan keadaan Draco. Apakah ia baik-baik saja? Helysa merasa bersalah, karena menyelamatkannya, Draco jadi terluka.

"Bludger tadi pasti dimantrai." Helysa berujar setelah hening beberapa detik, Pansy mengangguk. "Tapi aku tidak mengerti Lys, kenapa kau yang jadi sasaran?" Pansy menatap Helysa, "Berani sekali dia, kalau ketahuan, orang tuamu akan membuatnya dikeluarkan dari Hogwarts."

"Tunggu saja, akan aku cari pelakunya sampai dapat." Ucap Helysa dengan intonasi dingin lalu berdiri dari duduknya. "Aku pergi." Ujarnya singkat lalu berjalan untuk keluar dari common room meninggalkan Pansy. "Dasar, ia suka sekali meninggalkanku sendirian." Pansy menggelengkan kepalanya.

"Tapi ini sedikit aneh, saat Helysa jatuh aku bisa melihat Adrian dan Terrence yang terbang untuk membantunya tapi Draco?aku tidak menyangka ia akan menolong Helysa, bahkan sampai ia sendiri terluka." Pansy menopang dagunya dengan tangan, kemungkinan-kemungkinan mulai muncul di kepalanya. "Jangan-jangan—"

"Hei Helysa! kau mau kemana!"

***

"Take a breath Helysa." Helysa mengembuskan nafasnya, ia menatap pintu besar di hadapannya agak gugup. Gadis itu lalu merapikan rambutnya untuk kedua kalinya. "Tunggu." Gerakan tangan Helysa berhenti begitu ia menyadari sesuatu. "Untuk apa aku melakukan ini semua?" Helysa nampak tercengang sendiri, Sedari tadi ia berdiri di depan pintu Hospital Wings. Ayolah, dia hanya akan melihat keadaan Draco kenapa ia peduli penampilannya.

Helysa buru-buru mendorong pintu Hospital Wings, membuatnya berderik terbuka. Helysa mengintip kedalam sebelum masuk, ruangan besar Hospital Wings sepi, hanya ada satu ranjang yang terisi, ranjang tempat Draco berbaring. Helysa menghampiri Draco yang sepertinya tengah tertidur.

"Malfoy?" Bisik Helysa pelan untuk memastikan, tapi tampaknya tidur Draco terusik. "Get out! jangan menggangu!" Sentak Draco sambil membalikkan badannya memunggungi Helysa. Gadis itu berdecak, baik saat sadar atau
pun tidur Draco tetap menyebalkan. "Ya, ya aku pergi." Ujar Helysa dengan kesal.

"Tunggu, kenapa suaramu berbeda Blaise?" Draco akhirnya menghadapkan badannya ke arah Helysa, matanya sedikit terbuka untuk mengintip. "Blaise kau bilang?!" Helysa berkecak pinggang, Draco mengira dirinya adalah Blaise yang itu? "Oh lihat siapa yang datang." Draco terkekeh, nampaknya ia sudah sempurna bangun.

"Sebuah kehormatan, Selwyn." Ujarnya dengan intonasi menyebalkan. Helysa menghela nafas, si pirang ini mulai lagi. "Jangan terlalu percaya diri, Malfoy, aku datang kesini hanya untuk berterimakasih." Helysa menatap Draco, ayolah ia datang kesini baik-baik tapi si pirang itu malah bersikap menyebalkan.

"Hanya itu?" Draco menaikkan alisnya, balik menatap Helysa. "Hanya itu kau bilang? apa yang kau harapkan?"Alis Helysa mengerut heran, apa yang ada di pikiran Draco. "Imbalan mungkin?" Ujar Draco santai, Helysa menatap lelaki itu tak percaya, jadi ia membantunya untuk mendapat imbalan? "kau konyol!" Helysa menatap Draco tajam, rasa kesal mulai berkumpul di hatinya.

"Fine, apa yang kau inginkan." Helysa mengalah saat Draco balik menatapnya dengan ekspresi 'apa aku salah?' yang menyebalkan itu. "Kau ingin aku belikan sesuatu?" Draco tersenyum, "Aku tidak ingin imbalan seperti itu, Selwyn, kau tahu? aku kaya." Giliran Draco yang bersedekap, bedanya ia sambil tersenyum.

Helysa merotasikan bola matanya malas mendengar jawaban Draco. "Lalu apa yang kau mau?" Draco tersenyum, "Lusa kita akan pergi ke Hogsmeade bukan?" Draco menghentikan  kalimatnya sambil beranjak duduk, "Kau harus menemaniku selama disana."

"Apa?" Helysa meragukan pendengarannya sendiri. "Ayolah Selwyn, kau pasti mendengarnya." Draco tertawa. "Aku serius, Malfoy." Protes Helysa. "Kau harus menemaniku selama di Hogsmeade, it's that clear?" Draco mengangkat sebelah alisnya. "Tapi kenapa?" Helysa masih tidak mengerti atas permintaan Draco.

"Kau bisa menjadi pembantuku, mungkin membawakan barang-barangku." Draco mengedikkan bahunya acuh sementara Helysa menatap Draco tidak percaya. "Apa kau bilang? Pembantu?!" Helysa jelas kesal dengan permintaan semena-mena Draco, ayolah, Helysa masih punya harga diri yang tinggi.

"Bercanda Selwyn." Draco meringis gelagapan saat melihat wajah Helysa yang menggelembung marah, "Hanya menemaniku, tidak lebih." Lanjutnya. "Tidak mau!" Helysa bersedekap, "Aku bukan house elf yang bisa kau perintah seenaknya Draco!" Helysa yang sudah kesal berbalik pergi, perkataan Draco sangat menyinggung dirinya.

"Hei Selwyn, jangan marah, aku hanya bercanda!"



pure;blood | Draco Malfoy x OCOnde as histórias ganham vida. Descobre agora