3

1 1 0
                                    

Di hari itu, Chester mengajak Hazel mengunjungi tempat wisata kota Jakarta, seperti Monas, dan Museum Nasional. Dan sepanjang hari itu, Hazel sangat antusias seperti anak kecil, dan Chester seperti pengasuhnya. Meminta foto disana sini. "Foto aku disini!" Seperti itu. Hazel juga mengajak Chester selfie bersama. "Say cheese!" Bahkan terkadang, Hazel meminta seseorang yang lewat untuk memotret mereka berdua. 

Sedangkan Chester? Hanya bisa pasrah mengikutinya. Namun, ia tidak protes—justru senang, bahkan merasa bahagia saat Hazel di dekatnya. Suatu perasaan yang tidak pernah ia rasakan saat bersama Aireen. Hal itu terus berlanjut sampai minggu seterusnya, dan mereka mengunjungi banyak tempat seperti Dufan, TMII, Taman Suropati, dan yang lainnya setiap minggunya. Dan seringnya mereka menghabiskan waktu bersama, membuat Chester dan Hazel semakin dekat, semakin nyaman dengan satu sama lain, dan perlahan cinta tumbuh di antara mereka. Namun hal ini membuat Aireen curiga dengan Chester yang selalu pergi setiap hari Minggu ketika Aireen mengunjunginya. Ketika Aireen menanyakannya lewat pesan singkat, Chester hanya membalas 'sedang hangout bersama temanku'. Dan 'teman' yang dicurigai Aireen, adalah si gadis Prancis, Hazel.

Hari ini adalah minggu ke 7 Hazel di Jakarta. Seminggu lagi Hazel akan kembali ke Prancis, atau seperti itulah perkiraan Aireen. Hari ini, Aireen kembali ke rumah Chester dan seperti biasa, Chester tidak ada di rumah. Ia kemudian bertanya kepada satpam, dan setelah diberitahu kemana Chester pergi, Aireen segera menyusul ke tempat Chester.

Seperti biasa, Chester menjemput Hazel, dan mengajaknya ke suatu tempat, namun Chester belum memberitahunya kemana mereka akan pergi. "Kali ini kau mengajakku kemana?" Chester tersenyum, tangannya masih setia memegang stir mobil. "Kau akan tahu nanti. Hari ini akan kubuat berkesan untukmu, yang akan membuatmu merindukan Jakarta." Sebenarnya bukan hanya itu, namun Chester memiliki niat lain selain membuatnya terkesan. Chester kemudian memarkirkan mobilnya, kemudian keluar dari mobilnya, berjalan ke sisi kiri mobil, dan membukakan pintu untuk Hazel. Ia mengulurkan tangannya, menunggu Hazel untuk memegangnya. "Come on, Princess." Hazel tersenyum tanpa ia sadari, dan menggenggam tangan Chester, lalu keluar dari mobil. 

Baru Hazel sadari, kalau mereka berdua berhenti di sebuah gereja besar, Gereja Katedral Jakarta. "Wow...sungguh megah." Ucap Hazel dengan kagum. "Kau belum melihat bagian dalamnya. Ayo kita masuk." masih menggenggam tangan Hazel, Chester berjalan diikuti dengan Hazel disampingnya beriringan masuk ke dalam gereja, namun berhenti sebelum memasuki gereja. "Kenapa berhenti?" Chester mengangkat tangan Hazel yang ia genggam. "Hazel, aku ingin mengatakan sesuatu." Ibu jarinya mengelus punggung tangan Hazel dengan lembut. Jantung Hazel berdebar kencang, menunggu apa yang akan dikatakan Chester. "Katakan...saja." Chester menarik napas dalam, sebelum menatap lurus ke mata Hazel.

"Hazel, honestly I...I like—"

"Chester!" Keduanya serentak menoleh ke sumber suara, dan genggaman tangan seketika mereka lepaskan. "Hahh...ternyata disini kau rupanya. Aku mencarimu sejak tadi!" Aireen berhenti di samping Chester, yang memandangnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Aireen menoleh ke arah Hazel. "Oh, you must be Hazel, right?" Aireen menggapai tangan Hazel, dan menjabatnya. "Halo! Aku Aireen, kekasihnya Chester. Nice to meet you!" Hazel memang sudah tahu jika Chester memiliki kekasih, tetapi sekarang rasanya berbeda ketika ia melihatnya sendiri, di situasi yang seperti ini. "A-ah, nice to meet you too. Kalian berdua memang terlihat serasi." Kedua perempuan itu tersenyum satu sama lain, namun tak lama kemudian, Aireen menarik tangan Hazel, dan membuatnya terlihat seperti ia memeluknya.

"Indirectly, kau menjauhkanku dari Chester. Jadi, kuharap kau paham dengan apa yang ku maksud." bisiknya di telinga Hazel yang tentu saja tidak bisa didengar Chester. Untuk sesaat ekspresinya tegang, namun Hazel kembali tersenyum saat menarik diri dari Aireen.

Chester bertanya pada Aireen, mengapa ia mengejarnya sampai kesini. "Kau berjanji akan mengajakku ke grand opening cafe di Kemayoran, dan sekarang cafe itu sudah hampir dibuka." Chester menepuk pelan dahinya, lupa jika sudah membuat janji dengan Aireen. Sial...rencanaku berantakan hanya karena grand opening, batin Chester. Aireen menatap Hazel, sembari merangkul lengan Chester. "Hazel, aku senang bisa bertemu denganmu. Tapi Chester mau aku pinjam dulu, ya? Bye bye!" Chester langsung ditarik pergi oleh Aireen begitu saja, meninggalkan Hazel sendirian di depan gereja. Chester menatap Hazel sekali lagi sebelum Aireen membawanya lebih jauh, dan hanya dibalas senyuman oleh Hazel. Tapi Chester melewatkan satu detail penting—air mata Hazel yang mengalir di pipinya. Saat itu, Hazel sadar apa yang harus ia lakukan.

Sejak saat itu, Hazel sebisa mungkin menghindari Chester, atau hanya berbicara seadanya selama seminggu. Chester juga tidak bisa terlalu lama berkomunikasi dengan Hazel, karena Aireen yang selalu menempel dengannya. Dan sehari sebelum keberangkatannya ke Prancis, Hazel membereskan barang-barangnya, serta memastikan tidak ada yang tertinggal. "Kau yakin tidak ingin memberitahu Chester soal keberangkatanmu?" Tanya bibinya yang menyandar di pintu, memperhatikannya. "I'm sure, Auntie. Aku tidak ingin menganggu waktunya dengan kekasihnya lagi. Aku sudah cukup mengambil waktunya beberapa minggu ini."

Hazel mengangkat baju di kasurnya, dan menemukan foto-fotonya bersama Chester dibawah bajunya. Ia mengambil salah satu foto, dan ingatannya kembali pada saat mereka bersama. "Chester anak yang baik," Bibi menghampirinya, dan melihat foto di tangannya. "Dia menyukaimu, aku tahu itu. Dan kau juga sama, iya kan?" Hazel menggelengkan kepalanya. "Apa yang kau bicarakan, bi? Chester sudah memiliki kekasih." Bibi menoleh ke arah Hazel, dan melihat jejak air mata di sana. Tapi ia tidak mengatakan apapun soal itu. "Kau tidak bisa membohongi perasaanmu," Bibi mengelus kepala Hazel dengan lembut. "Aku tidak memaksamu. Tapi masih ada waktu, kabari dia soal keberangkatanmu." Hazel tidak menjawabnya dan hanya mengangguk, dan kembali menatap foto-fotonya. Aku tidak ingin ini menjadi perpisahan kita, Chester.

Adrian & AdrienneΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα