"Lo berdua mikir kayak gua juga nggak?" tanya Ragas. Nathan dan Sera mengangguk bersama.
"Kayaknya, bakal ada benih-benih cinta yang tumbuh diantara mereka," celetuk Ragas lagi.

Sera dan Nathan terkekeh. "emang keliatan sih," ujar Sera. "Yahh, we will see how it goes," tambah Nathan membuat Ragas dan Sera mengangguk. Giu dan Putra memang terlihat manis sejak awal meski keduanya kadang bertengkar tidak jelas, tapi Ragas, Sera, dan Nathan tahu mereka saling membutuhkan satu sama lain.

Entah itu di kelas, atau di luar kelas, atau bahkan di luar sekolah seperti ini. Perhatian-perhatian kecil yang Putra berikan pada Giu, dan omelan penuh kepedulian dari Giu untuk Putra, membuat teman-temannya yang lain langsung menyimpulkan rasa gemas mereka untuk pasangan yang duduk sebangku itu.

Chemistry Giu dan Putra sudah cocok sejak awal.

"Guys, sini!! Semuanya udah siap!" teriak Giu dari sana. Sera, Ragas, dan Nathan cepat-cepat membereskan kartu uno mereka dan berjalan menghampiri dua temannya yang sempat berdrama gemas tadi.

"LET'S GOOOO!!!" seru Ragas meregangkan tubuhnya.

Mereka bercanda tawa sambil memanggang daging dan beberapa jagung, menggoreng kentang, dan masih banyak lagi makanan-makanan mentah yang Giu siapkan dari rumahnya.

Setelah usai acara makan-makan yang seru itu, Giu mengajak teman-temannya untuk berkumpul di dalam. Semerbak wangi ruangan khas kerajaan itu langsung menusuk indera penciuman mereka ketika langkah kaki mereka menuntun masuk ke dalam sana.

Giu mempersilakan teman-temannya duduk di sofa ruang tamu. Ada satu televisi berukuran besar di sana, juga besarnya ruangan khusus untuk tamu itu sama seperti besarnya aula gedung istana merdeka saja. Ditambah pemandangan dua tangga putih yang meliuk untuk menghubungkan antara lantai satu dengan lantai dua.

Belum lagi interior rumah yang serba putih dengan pion-pion emas itu, sudah seperti istana di negeri dongeng saja.

"Lusa nanti gue mau ke Thailand," ujar Nathan, menolak ajakan Ragas untuk mereka bermain lagi setelah ini.

Terdengar keluhan dari yang lain. Giu ikut bergabung setelah dirinya ke dapur untuk menyuruh para pelayannya menyiapkan minum dan beberapa camilan untuk mereka. "Gue juga besok mau langsung ke Selandia Baru buat susul mom sama dad," tambah gadis itu.

Ragas makin cemberut mendengarnya. "Gua kayaknya bakal jadi yang paling nolep diantara kita berlima," katanya.

"Ah, enggak kok. Gue juga nggak ada rencana kemana-mana liburan inii," sanggah Sera. Putra mengangguk. "samaa!" serunya.

"So, ini terakhir kita semua kumpul sebelum semester dua?"

Pertanyaan Sera itu membuat mereka saling menatap. Kemudian tertawa juga karena tak tahan rasanya berada di atmosfer canggung yang sesaat tadi. Lalu para pelayan di rumah Giu datang membawakan beberapa makanan dan camilan.

Kuncir yang Giu pakai jatuh begitu saja ke bawah saat gadis itu membantu para pelayannya meletakkan makanan di atas meja di hadapan mereka. Hingga membuat rambut gadis itu terurai sempurna. Putra yang melihatnya langsung meraih kuncir itu dan memakainya di tangan seperti gelang.

"Eh!" Giu menyadari rambutnya yang terurai panjang itu. Putra menyodorkan tangan kirinya yang dipakaikan gelang kuncir tadi. "Jatoh tadi," katanya.

Giu mengangguk saja. "yaudah nanti aja," katanya masih sibuk menata beberapa snack yang para pelayannya siapkan.

"Gila ini banyak banget, Gi," seru Ragas langsung mencomot sebungkus permen karet. "Thank you yaa!" katanya lagi.

Giu tertawa. "You're welcome! Ayo dimakan guys! Ini stock bulanan gue sebenernya, banyak banget ya? Tapi kenapa badan gue segini-segini aja." Gadis itu terlihat cemberut saat mengingat berat badannya yang tak kunjung naik walau dirinya telah makan banyak camilan tiap hari.

Alpha Centauriحيث تعيش القصص. اكتشف الآن