12. Bunga dan Boneka

201 27 7
                                    

Sometimes you have to let go of the pictures of what you thought it would be. Like and learn to find the joy in the story you're living.

- Anonymous

=== HAPPY READING ===

Kepercayaan yang kita bangun dan pegang teguh selama berbulan-bulan, akan sulit digantikan dengan pemahaman baru yang hanya sekali saja kita dengar. Begitu juga dengan Lili.

Empat hari setelah sesi konsultasinya dengan dr Yasmin, Lili masih saja sulit mencerna apa yang dimaksud oleh dokter itu. Baginya apa yang selama ini Arion lakukan padanya adalah salahnya juga. Dia merasa ikut andil dalam perbuatan nista itu.

Setiap malam Lili masih dihantui dengan mimpi buruk tentang Arion dan Sadewa. Tak satu malam pun di rumah sakit dia lalui tanpa mimpi buruk. Mimpi buruk yang datang dari kenangan paling pahit selama hidupnya.

Baru saja dokter memberitahu Lili bahwa kondisinya sudah cukup stabil untuk melakukan rawat jalan. Artinya dia diperbolehkan keluar dari rumah sakit dan kembali pulang.

Pulang kemana?

Rumah yang selama ini dia tahu adalah tempat dimana dia hampir diakhiri hidupnya. Masih bisakah dia menyebutnya rumah? Lili tak sanggup jika harus kembali ke rumah itu. Kenangan yang terbangun bersama tumbuh kembangnya di rumah itu terlalu menyakitkan.

"Dokter udah keluar?" tanya Daren yang baru saja memasuki kamar Lili.

Dengan sigap Lili segera memasang senyumannya. "Udah, Kak. Katanya aku udah boleh pulang." jawab Lili sambil memberikan kertas yang diberikan oleh perawat.

Daren membacanya dan tersenyum. "Syukurlah kamu udah boleh pulang." Daren mengecup kening Lili seakan itu adalah hal yang sangat lumrah.

Di sisi lain, Lili cukup terkejut dengan perlakuan Daren. Mereka berdua memang dekat. Namun mereka tidak pernah melakukan kontak fisik melebihi berpegangan tangan. Meskipun Daren sudah mengatakan bahwa dia melihat Lili seperti adik perempuannya, namun tetap saja Lili merasa perlakuan Daren terkadang berlebihan. "Iya. Syukurlah." ucap Lili canggung.

"Sebentar lagi Kak Saga nyampe sini. Kamu pengen dibeliin sesuatu?" tanya Daren.

Lili menggelengkan kepalanya. Raut wajahnya kembali murung. Otaknya terlalu ramai dengan pikiran-pikiran negatif. Tentang Arion yang hingga kini belum diketahui keberadaannya. Tentang Sadewa yang meskipun sudah ditahan namun belum bisa melepaskannya dari mimpi buruk. Juga tentang Mama. Lili merasa bersalah kepada mamanya. Dia tidak menyangka Ajeng juga akan ikut ditahan. Padahal selama ini Ajeng tak pernah menyentuhnya sama sekali. Bahkan wanita itu tak pernah memarahinya meskipun dia melakukan banyak kesalahan.

Maafin Lili, Ma.

Selain itu Lili juga disibukkan dengan rencana untuk bertahan hidup sebelum dia bisa mendapatkan pekerjaan full time. Untuk sementara dia bertekad akan menguatkan diri kembali ke rumah. Rumah dimana dia hampir direnggut nyawanya oleh Sadewa. Dia harus bisa menghadapi ketakutan dan traumanya. Dia akan menyelesaikan sekolah supaya bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak. Mungkin nanti dia akan mengikuti pelatihan. Pelatihan untuk menjadi asisten rumah tangga atau baby sitter profesional. Itu pun jika dia berhasil menabung untuk membayar biaya pelatihannya. Sementara ini, dia akan fokus untuk mencari pekerjaan part time tambahan dulu. Selama ini dia bisa bertahan dengan pekerjaan part time yang hanya cukup untuk membayar biaya sekolahnya saja. Sekarang dia harus mulai memikirkan bagaimana dia akan makan dan membayar biaya tagihan listrik dan air juga.

Hal itu bukannya tidak membuat Lili takut. Tentu saja Lili takut. Sebagian besar remaja seumurannya tidak harus memikirkan hal-hal itu. Tapi dia harus menanggungnya seorang diri. Dengan trauma yang dia alami, tentu saja Lili takut hidup sendirian. Tapi dia tak punya pilihan lain selain terus melangkah. Entah langkahnya akan membawanya kemana nanti. Misteri yang menakutkan. Ketidakpastian yang menyeramkan.

Princess In DistressWhere stories live. Discover now