6. Luka Lili

325 54 11
                                    

Guys, I'd like to say thank you so much. Terima kasih banyak buat kalian yang sudah ngikutin buku kedua ini. Honestly aku nggak berharap banyak dari buku kedua ini. Terima kasih yaaa. Sending out lots of love :*

HAPPY READING!!!

===

Yes of course,There is difference betweenwhat I feel and what I show.And there are very few people who understand this.- Sahil Verma, life Tales

===

Daren tampak tertunduk lesu di lorong rumah sakit. Pria itu tak mempedulikan orang-orang yang memandanginya dengan tatapan heran karena kemeja putihnya kini menjadi merah berlumuran darah. Darah Lili. Darah adiknya.

Pria itu berjongkok di lorong rumah sakit dengan muka yang tertunduk ke telapak tangannya. Setelah bertahun-tahun, air mata pria itu jatuh juga. Dia menangisi adik perempuannya, Yara.

Kurang dari 2 jam yang lalu gadis itu masih berceloteh mengenai banyak hal dengan senyum manis yang tak pernah pudar dari wajah cantiknya. Kini gadis itu harus berjuang antara hidup dan mati. Apakah Yara akan meninggalkannya tanpa tahu siapa dia sebenarnya?

Daren sudah curiga ada sesuatu yang tak beres ketika Lili selalu menolak untuk diantar hingga ke depan rumahnya. Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan. Hal itu membuat Daren khawatir dengan Lili. Daren semakin khawatir ketika dia melihat bagaimana kakaknya memperlakukan gadis itu. Ada sesuatu yang tak beres dengan lelaki itu. Dia sangat posesif pada Lili. Dia bahkan tak segan menyakiti Lili dengan menyeret pergelangan tangan gadis itu. Padahal menurutnya Arion tak perlu berbuat sejauh itu jika niatnya hanyalah untuk menjaga adiknya dari lelaki brengsek.

===

Flashback

Daren memilih untuk menunggu selama beberapa saat di dalam mobilnya. Dia berencana menunggu 30 menit dan akan menghubungi Lili untuk memastikan adiknya itu baik-baik saja. Namun belum genap 30 menit Daren duduk di dalam mobilnya, dia melihat Arion keluar dari gang bersama seorang laki-laki dan perempuan. Mereka nampak tergesa-gesa masuk ke dalam sebuah mobil. Yang menarik perhatian Daren adalah tangan pria itu tampak berlumuran cairan merah pekat. Daren yakin betul itu adalah darah. Sudah berkali-kali dia melihat darah.

Daren melihat Arion menelepon seseorang sebelum memasuki mobil. Entah siapa yang ditelponnya. Namun raut wajahnya nampak sangat panik. Kaosnya juga berlumuran darah.

Ketika mobil Arion melaju dengan kecepatan tinggi, Daren tak membuang waktu lagi. Dia segera berlari kembali ke rumah Lili dan mendapati pintu depan terbuka. Dia berlari masuk ke dalam rumah dan memanggil-manggil Lili, namun tak ada jawaban.

"Lili?" sekali lagi Daren memanggil dengan suara lebih keras. Tetap tak ada jawaban.

Daren berjalan perlahan ke arah dapur. Di sana dia melihat Lili. Tergolek di atas genangan darahnya sendiri. "Lili!"

Daren segera berlari ke arah gadis itu. Mata Lili perlahan terpejam. "Lili. Sayang. Bangun." ucap Daren panik. Tak ada respon. Tubuh Lili sangat lemah. Saat itu Daren bisa melihat pisau dapur masih menancap di ulu hati Lili.

"Yara, please. Bertahan." ucap Daren sambil menelepon ambulans. Petugas ambulans memberitahunya bahwa sudah ada penelepon yang meminta ambulans ke alamat itu dan mereka sedang dalam perjalanan. Daren tak memikirkan siapa penelepon itu. Dia tak punya waktu untuk berpikir. Dia segera membopong tubuh Lili ke depan rumah.

Apapun yang terjadi Yara harus selamat. Yara harus hidup.

===

Daren segera menguasai kembali dirinya. Dia harus segera mengabarkan berita ini kepada Sagara.

Princess In DistressWhere stories live. Discover now