"Tetap saja, membunuh tak dapat dibenarkan," Percival mencoba mempertahankan prinsipnya. "Setidaknya kalau bisa kita tangkap dulu, siapa tahu kita bisa dapat informasi siapa yang sudah menghidupkannya."

"Itu pun kalau‐"

Ucapan Jese terpotong sebab teriakan dari luar terdengar sangat keras dan terlalu serentak sampai-sampai mereka nyaris terjengkang.

"Sepertinya ada sesuatu di luar."

Bangunan sekolah dan asrama sudah tak lagi berbentuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bangunan sekolah dan asrama sudah tak lagi berbentuk. Semuanya nyaris ambruk dengan api di mana-mana. Gerbang asrama terbuka sangat lebar, dari sana terlihat tak hanya sekolah dan asrama tetapi juga seluruh Westminster nyaris hancur. Atau lebih buruknya lagi di seluruh dunia sebab awan gelap benar-benar menutup langit biru sepenuhnya. Langit kelabu bahkan dihiasi semacam batu-batu hitam yang perlahan berjatuhan ke bumi dengan lesatan kencang yang memicu api dari gesekannya ketika mendarat.

Singkatnya, dunia sedang kiamat.

Padahal mereka baru saja masuk ke gudang satu jam yang lalu sementara itu dalam waktu sscepat itu dunia telah mengalami kejadian yang tidak masuk akal.

"Apa-apaan ini?!"

Jajaran staf dan guru berusaha mengungsikan para siswa menjauhi bangunan yang sudah nyaris ambruk. Sementara itu empat sekawan yang baru keluar gedung terkejut saat menyadari lobi yang mereka gunakan untuk keluar barusan telah ambruk sehabis dihantam batu hitam gelap yang meluncur secepat kilat.

"Kita nyaris mati," gumam Percival penuh rasa syukur.

Seth berjalan ke tengah halaman sekolah dan menyentuh tanah basah di sana. Kawan-kawannya lantas menyusul dengan muka penasaran. "Apa yang kau lihat?" Tanya Reginald yang mulai ikut menunduk.

"Ini tanah yang sama yang kutemukan di jasad Mr. Portman," jawab Seth dengan nada sedikit bergetar.

Ketiga pemuda yang berdiri mengelilingi Seth membeku dalam beberapa detik yang sunyi seolah mereka berada di dunia lain dan tuli bersamaan sementara di sekitar mereka sedang penuh jeritan dan keributan hujan batu dengan kecepatan tinggi.

"Kita harus menemukan Mr. Portman, aku yakin dia telah melakukan sesuatu yang menyebabkan ini semua." Seth berdiri dan menyadarkan mereka bahwa situasinya sangat buruk.

"Tapi bagaimana kalau kita terbunuh?!" Percival ragu dan ketakutan.

"Maka kita harus membunuh Mr. Portman lebih dulu," Jese kembali mengingatkan akan prinsipnya.

"Kau-"

"Kita harus segera mencarinya lebih dulu sebelum seluruh dunia dihancurkan," potong Seth yang tak ingin adanya debat tak berguna di antara kedua temannya.

"Tapi bagaimana cara kita menemukan Mr. Portman?" Reginald meragukan rencana itu.

Seth menunjuk tanah yang terlihat berbeda dan membangun jalinan alur jejak yang panjang. "Kita ikuti tanah itu."

Dengan bermodalkan jejak tanah, mereka mulai menyusuri kawasan sekolah dan tak memedulikan teriakan teriakan para staf sekolah yang meminta mereka untuk segera mengikuti rombongan pengungsi. Seth di depan, memimpin dengan rasa panik yang terus menjalar seraya memegang selang air dengan tekanan tinggi yang dia ambil dari barak pengrajin besi milik ekstrakurikuler kerajinan besi di Institu Pascal. Seth takut, benar-benar takut bilamana Mr. Portman telah dibangkitkan dengan cara yang tak lazim hingga akhirnya menyebabkan semua kemacauan ini.

"Kau mencariku?"

Mereka bertiga lantas menengadah dan menemukan Mr. Portman melayang-layang di udara dengan bebatuan gelap nan keras yang mengelilinginya bagai miniatur sabuk asteroid. Mereka hanya berjarak sekitar sepuluh meter.

"Siapa yang menghidupkanmu?" Seth langsung maju tanpa ragu.

Mr. Portman tersenyum miring. "Kau tak perlu tahu, sebaiknya kau cepat mati saja."

Setelahnya, beberapa batu besar mulai diarahkan oada mereka berempat. Seth langsung menyalakan tuas selang air pada tekanan paling tinggi yang mampu memecah batu-batu itu. Kemudian ia melempar bubuk cabai yang entah sejak kapan sudah ada di tangannya, tak ada yang memerhatikan bahwa Seth lebih dari siap untuk menghadapi mayat hidup itu.

"Reginald cepat!" Bentak Seth menyadarkan teman-temannya yang sejak tadi bengong menatap aksinya.

"Apa?!" Reginald kebingungan.

"Berikan petasan dan korekmu!"

Reginald segera merogoh sakunya dengan panik sebelum akhirnya melempar kedua benda yang dibutuhkan Seth pada cowok kurus itu. Setelahnya, Seth menyalakan petasan dan melemparnya pada Mr. Portman. Pria yang sahrusnya sudah lama mati itu lantas meledak dengan darah dan daging yang muncrat kemana-mana.

"Aaarggghhh!" Ketiga teman Seth memekik terkejut melihat peristiwa mengerikan itu.

Kemudian Seth memutar sesuatu di jam tangannya, sekeliling mereka berempat tiba-tiba mengalami alur mundur bahkan kembali ke keadaan semula kecuali mereka berempat dan jasad Mr. Portman yang kini telah mati dua kali. Semuanya kembali pada malam ketika Jese menceritakan masalah dasi Mr. Portman.

"Kita harus singkirkan jejak mayat hancur ini."

Tema day 4: Apocalypse

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tema day 4: Apocalypse

Dies Iræ [DWC NPC 2024]Where stories live. Discover now