Error

36 3 2
                                    

"Selamat pagi, Gavin," sambut Nines membuat Reed terjaga dari tidurnya. Hujan semalam ditambah tubuh yang remuk dihantam perkerjaan tak kenal waktu membuat Reed ..., ah, sudahlah. Ia bahkan tidak mau repot memikirkan bagaimana android itu bisa masuk ke apartemennya. Dirinya menarik selimut untuk kemudian bersembunyi di balik benda hangat itu. Lalu ia membalikan tubuh, membelakangi Nines yang telah siap dengan seragam lengkapnya. Itu membuatnya terlihat semakin menyebalkan. "Pergi sana," ucap Reed dengan suara parau. Jika saja Nines tahu berapa banyak tenaga yang Reed kerahkan hanya untuk mengucapkan dua kata itu. "Gavin, aku ingin menginformasikan bahwa kita ada rapat di kantor satu jam lagi," ia yang terus-terusan bicara masih saja mengganggu. "F*ck off," sahutan parau itu terdengar lagi. "Maaf aku masuk ke apartemenmu tanpa ijin," terang Nines sambil melangkah mendekat lalu naik ke atas ranjang, "Tapi kau harus tahu bahwa kasus yang kita ambil sangat penting. Kau harus siap sewaktu-waktu," Nines memutuskan bahwa ia harus sedikit memaksa tanpa memikirkan bahwa kondisi fisik manusia itu ada batasnya. Reed sudah bekerja selama berhari-hari dengan hanya meminum kopi sebagai asupan energi. Ia butuh istirahat, sangat tidak lucu jika Nines sampai membopong Reed yang pingsan karena kurang tidur.

Ya sudahlah, Reed tahu bahwa kehancuran alam semesta bahkan tidak mampu menggoyahkan pengabdian Nines pada pekerjaan. "Oke ... bangunan aku setengah jam lagi," ucap Reed pasrah. "Baiklah, Gavin," sahut Nines yang padahal sudah berada dalam apartemen Reed sejak satu jam yang lalu.

Pengingat selama tiga puluh menit telah disetel.

Nines sudah dalam mode siaga ketika mendapati ponsel Reed bergetar di atas meja di sisi ranjang. Ketika diperiksa, ponsel itu menerima panggilan dari Hank. Tumben, seseorang pasti sudah meretas ponsel Hank dan membuat telepon scam. Karena tidak mungkin orang tua itu sudi untuk mengingatkan Reed tentang pekerjaan. Kurang-lebih begitulah teori yang dibuat program analisa super canggih milik Nines. Ponsel itu berhenti kemudian bergetar lagi, terus seperti itu hingga tiga kali berturut-turut. "Berikan padaku," suara Reed mengalihkan perhatian. Ia duduk di atas kasur tanpa mengenakan atasan, rambutnya masih acak-acakan ketika tangannya terulur untuk menyambut ponsel yang diserahkan Nines. Reed menunduk ketika bicara di telepon sangking malasnya untuk mengangkat kepala.

"Kau sudah membaca beritanya?" tanya Nines ketika Reed mengakhiri panggilan, sedangkan yang ditanya tidak menjawab. Bagaimana bisa seseorang yang tidur seperti mati membaca? "Berita apa?" sahut Reed lalu bangkit membelakangi Nines. Ponselnya yang berisik memaksanya untuk mengorbankan tiga puluh menit waktu tidurnya yang tersisa, kemudian saat ini robotnya ingin main tebak-tebakan. Jika saja Reed tidak sedang mengantuk, Nines pasti sudah kehilangan kepalanya. "Connor dibebas tugaskan. Mulai hari ini CyberLife menghentikan peredaran android RK800," singkat Nines, matanya menangkap setiap gerak-gerik Reed yang berjalan gontai ke kamar mandi. "Huh," sesingkat itu reaksi dari Reed yang terlihat tidak terkejut sama sekali. Kemudian pintu kamar mandi ditutup.

Pengingat dimatikan.
.
.
.
Satu minggu sejak absennya Connor hingga CyberLife benar-benar menarik android itu dari kantor DPD.

Rapat itu telah selesai. Dikira apa, ternyata hanya sebuah arahan lebih lanjut mengenai penanganan kasus yang sebagian besar masih tentang virus misterius yang menjangkit para deviant. Kasus itu memang cukup mendesak, membuat semua polisi yang ada kelebihan beban. Di sisi lain, berita tentang salah satu teman yang tidak akan lagi bertugas di kantor lebih menyita perhatian. Berita mengenai keluarga yang tidak akan mereka temui lagi itu terasa lebih penting ketimbang masalah yang sebenarnya. Khususnya bagi Hank, dekorasi meja kerjanya kini didominasi dengan tempelan-tempelan print out berita mengenai android yang sudah dianggap anak baginya.

Seluruh anggota DPD yang ada kembali ke meja masing-masing. Termasuk Nines yang sedang berjalan beriringan dengan personel lainnya. "Kau mau ke mana?" tegur Nines ke Reed yang nyelonong begitu saja menuju pintu keluar. "Pulang," sahut Nines tanpa berbalik. Jari tengahnya yang mengacung mengisyaratkan bahwa tidak ada yang bisa mengganggunya lebih jauh lagi.

White (Detroit Become Human Fanfiction (BL))Where stories live. Discover now