1. Pindah?

380 40 22
                                    

5 tahun sudah Alana dan Askara berteman. Bahkan mereka sudah sangat dekat seperti seorang saudara. Kini mereka berumur 13 tahun, umur yang beranjak remaja. 5 tahun sudah mereka lalui dengan banyaknya masalah. Alana juga berhasil membuat Askara yang awalnya terlihat pendiam sekarang sudah mulai percaya diri. Dan hari-hari Alana yang semula sepi, berkat Askara kini hidupnya mulai berwarna.

Seperti sore ini, Alana dan Askara sedang berdua di sebuah taman, tunggu berdua saja? Ya betul. Dulu saat mereka masih berusia 10 tahun, sudah pernah pergi ke mall berdua saja, tanpa pengawasan dari orang tua. Entah apa yang membuat mereka se-berani itu. Mereka saling percaya satu sama lain, bahwa mereka akan saling menjaga.

"Ana, aku boleh ngomong sesuatu nggak?" Tanya Askara memulai obrolan sore itu. Mereka berdua sedang tiduran dibawah pohon rindang.

Alana menoleh dan menatap wajah Askara yang saat ini berada di sampingnya. "Ngomong aja kali, biasanya juga langsung ngomong kok."

"Janji jangan ngamuk ke aku ataupun nangis, okey?" Ujar Askara sembari mengacungkan kelingkingnya.

Dengan jengah Alana membalas kelingking Askara, "Iyaa janjii Askaa gantengg." jawab Alana dengan nada yang dibuat lucu.

Askara tertawa sebelum membahas hal yang ingin dia bicarakan.

"Cepetan ih Askaraa!" kata Alana karena sudah kepalang penasaran.

"Jadi, aku besok mau pindah.." ucap Askara lirih.

"Hah?" jawab Alana, sebenarnya ia mendengar apa yang dikatakan Araska, tapi hanya kata itulah yang berhasil keluar dari mulut Alana. Dirinya terkejut bukan main.

Dengan wajah bingung bercampur terkejut, Alana bangun dari tidurnya dan memposisikan dirinya untuk bersandar pada pohon rindang yang melindungi nya dari panasnya matahari sejak tadi siang.

"Kenapa pindah? Mau pindah kemana? Terus kok mendadak sih?" tanya Alana berturut-turut. Sembari Araska ikut bersandar pada pohon itu.

"Rumah keluarga ku yang di Solo sudah selesai direnovasi, dan itu adalah rumah peninggalan Kakek ku. Aku juga nggak tau kenapa mendadak banget, karna jujur aja aku juga baru dikasih tau." jawab Askara to the point.

"Berarti kamu bakal tinggal di Solo?" tanya Alana yang raut wajahnya sudah berubah menjadi sedih dan memble. "Lucu" batin Araska.

"Maaf.." ujar Askara dengan menunduk.

Alana mengangguk penuh pengertian, "Nggak papa, itu udah keputusan kalian. Aku nggak berhak juga buat larang kalian. Tapi nanti kita harus tetap komunikasi ya?"

Askara mengangguk antusias.

"Jadi hari ini, hari terakhir kita main bareng ya?" batin Alana yang jauh dari lubuk hati nya, ia sangat sedih. Harus berpisah dengan orang yang sudah mewarnai hari-hari nya yang kelam tanpa warna.

"Ayo kita habiskan waktu, sebelum kita pisah!" ajak Araska seakan mengerti isi hati Alana.

Tentu saja Alana sangat mau!

Dan benar saja, mereka bermain hingga langit yang semula berwarna oranye sekarang sudah menjadi gelap, diantara mereka tidak ada yang sadar bahwa sekarang sudah jam 7 malam.

"Heh adek-adek! Ayo pulang, ini udah malem!" teriak Kak Alkan-kakak pertama dari Askara.

Sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing, mereka melakukan tos yang sudah dibuat mereka. "Dadahh Aska!"

"Dadahh Anaa!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kita pamit dulu ya, Alana. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik buat Askara. Semoga kita bisa ketemu lagi ya, cantik." ucap Mama Erin-Mama dari Askara. Perkataan nya sangat lembut, terlebih lagi saat memeluk dan membelai rambut Alana. Mama Erin yang sudah ia anggap seperti Mama nya sendiri. Bahkan hubungan nya dengan Mama kandungnya sendiri tidak sedekat ini. Tapi justru ia dekat dengan orang yang tidak memiliki hubungan darah dengannya. Sakit memang jika Alana mengingat itu.

Alana teringat saat dulu ia jatuh sakit, bukan Mama Jia yang merawatnya, tetapi Mama Erin lah yang merawat dirinya sampai sembuh. Alana bahkan masih ingat dengan percakapan mereka saat itu.

"Mama Erin, terimakasih udah rawat Ana.." ungkap Alana setelah Mama Erin menyuapi makanan dan meminum obat.

"My pleasure sayang. Mama sudah anggap Ana seperti anak Mama sendiri. Ana tau kan kalau anak Mama Erin cowok semua? Nah karna ada kamu sekarang, Mama ngerasa punya anak perempuan sekarang."
jawab Mama Erin sembari mengelus lembut rambut Alana. Berusaha agar Alana tertidur.

"Ana sayang Mama Erin." ucapnya sebelum benar-benar tertidur.

"Ana kangen Mama Jia." lanjut Alana kemudian, membuat Erin yang awalnya tersenyum, dan berubah menjadi senyuman getir mendengar lanjutan dari perkataan Alana.

Sangat sakit hati nya kala mendengar itu. Seorang anak yang seharusnya masih diberi banyak cinta dan perhatian, serta dimanja, malah dipaksa dewasa oleh keadaan.

"Mama Erin juga sayang Ana. Cepat sembuh cantik." lirih Erin sembari menyibak poni yang menutupi dahinya lalu mengecup dahi Alana.

Alana terkekeh mengingatnya, Alana belum benar-benar tertidur saat itu. Ia bisa mendengar lirihan Erin yang seketika membuat hatinya menghangat.

"Papa Wildan, Ana titip Aska ya Pa."

Papa Wildan tertawa mendengar penuturan Alana. "Siap cantiknya Papa. Nanti kalau Aska nakal, Papa laporin ke kamu okey? Nanti kamu harus marahin Aska loh!" jawabnya sambil mengusap pundak dan pipi Alana. Mata Wildan terlihat sangat tulus menyayangi Alana. Alana merasa beruntung bisa kenal dengan keluarga yang sangat baik. Yang tidak ia dapat dari keluarga nya sendiri.

Bagi Alana, mereka sudah seperti rumah kedua. Tempat dimana ia bisa mengadu, berkeluh kesah, dan saling mencintai. Setulus itu keluarga Askara pada Alana.

Setelah berpamitan, akhirnya mereka pergi ke tujuan mereka. Meninggalkan Alana yang kembali merasakan sepi.

Hati Alana sangat sesak sekarang. Kini tangisnya tidak dapat ia bendung lagi. Saat perasaan sesak itu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, tangis yang sedari tadi ia pendam didepan mereka, tumpah ruah.

"Semoga di lain waktu, kita dapat bertemu lagi." gumam nya masih dengan tangisan.

Dan dengan langkah yang lemas, ia berjalan menuju rumah nya. Ia telusuri setiap sudut di rumah nya. Dalam hati nya berpikir apakah ia akan merasakan hangatnya rumah, di rumah yang sudah sangat lama tidak ada canda tawa dari anggota keluarga.

Belum ada sehari Askara dan keluarganya pergi, Alana sudah merasa rindu.

Apakah perasaan rindu ini akan berlanjut sampai dirinya dewasa nanti?





haloo! haloo! apa kabar?

gimana chapter kali ini?? jangan lupa vote dan comment yaa, karna ini buat tugas sekolah kuu T_T

JARAK DAN CINTA [HIATUS]Where stories live. Discover now