Tangan Juan hampir turun ke pinggang Via, tapi saat kemudian ia tersadar, yang ia lakukan ini tidak benar. Dengan kemudian ia menyingkirkan tubuh Via. Via yang merasakan pergerakan itu membuka matanya. Netra mereka saling bertubrukan, Juan menatap Via canggung.

"Maaf, g-gue gak sengaja," kata Juan gugup, Via membuang wajahnya, Juan berpikir Via marah terhadap dirinya, tapi yang sebenarnya Via malu menatap ke arah cowok itu.

"Aku, ke kamar duluan pak bos," Via berdiri dari duduknya di lantai, tapi kakinya terasa linu karena telapak kakinya yang tertusuk mainan Azka tadi. Juan yang melihat itu tanpa basa basi segera menggendong Via dan berjalan menuju kamar tamu. Via menyembunyikan wajahnya di leher Juan, Via dapat menghirup wangi khas cowo ini yang entah kenapa candu untuk dirinya.

Sedangkan Juan yang merasakan itu hanya bisa menahan dirinya, agar tidak lepas kendali.

"Tidur, besok lo harus kerja!" Perintah Juan setelah meletakkan Via di atas kasur.

"Kerja?" Kening Via berkerut.

"Iya, pekerjaan lo ada 2 sama gue, sebagai sekretaris dan sebagai orang yang mengurus gue di apartemen, makanya gua ajak lo tinggal di sini," jelas Juan berusaha se tegas mungkin, padahal dirinya sangat gugup saat ini. Via mengangguk.

"Terima kasih bos," Via tersenyum manis menatap Juan.

Juan yang semakin takut lepas kendali pun, segera keluar dari kamar tamu tanpa memberi respon kepada Via.

Melihat Juan yang sudah keluar, mata Via memandangi langit-langit kamar dengan memikirkan yang hanya dirinya saja yang tau. Kemudian bibirnya tersenyum dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Tak lama kemudian ia terlelap.

***

"Ti Pia, ata mau antu," Via sedang sibuk memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci, tiba-tiba saja Azka datang mendekatinya.

"Hati-hati, lantainya licin nanti jatuh," baru saja mulut Via selesai berbicara, tapi anak itu sudah terjatuh sehingga kue bolu yang di pegangnya terlempar memasuki ember yang berisi air bewarna biru.

"Huaaaaaaa tue ata Ti Pia!" Azka menangis, ia menangis bukan karena merasakan sakit, tapi ia menangis karena kue bolu yang ia pegang merupakan kue bolu terakhir yang tertinggal di atas piring. Kue bolu yang Via bikin saat subuh-subuh tadi. Via meringis melihat itu, dengan segera ia menggendong Azka dan membawanya keluar dari tempat pencucian, dengan berjalan sedikit terpincang-pincang karena kakinya masih ngilu.

Di apartemen hanya ada mereka berdua, Juan sudah pamit berangkat ke kantornya yang di perusahaan properti. Sekarang saatnya, Juan yang menggantikan posisi Fano, Juan yang mengurus perusahaan kakak iparnya.

"Cup cup cup, Azka jangan nangis ya, Ti Pia bikinin kue lagi," Via menenangkan Azka yang tantrum. Via geleng-geleng kepala, melihat Azka yang tantrum,

"Sama aja kayak om nya, tantrum waktu bolu terakhirnya habis,"

***

Di ruangan Juan tidak hanya ada dirinya, tapi juga ada teman-temannya. Tambah satu anggota lagi, yaitu Zay.

"Gak punya circle ya, kok ikutin teman-teman gue terus," kata Juan menatap Zay dengan sinis.

"Cowok kok main circle-circle an," jawab Zay menatap Juan tak kalah sinis.

"Minimal punya teman sendiri lah,"

"Minimal kalau jadi cowok manly dikit lah,"

Kepala Zico, Dion dan Rafly bolak balik menengok ke arah Juan dan Zay.

"Minimal-" ucapan Juan terpotong.

"MINIMAL JANGAN KAYAK BOCAH LAH!" Zico, Dion dan Rafly berbicara serentak menatap keduanya dengan sinis.

Ponakan Crush (END+ TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang