"Lo sepupunya Rianti? Berarti lo bos gue dong,"

"Lo inget?" Tanya Juan terkejut.

"Ga inget sih, tapi Rianti tadi cerita kalau gue tuh kerja di perusahaan lo," jelas Via menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dengan tangannya yang di infus.

"Tapi emang iya ya?" Tanya Via sekali lagi. Juan menganggukkan kepalanya.

"Aduh, maaf ya pak kalau selama ini saya kurang sopan," Via menyatukan kedua telapak tangannya menghadap Juan yang duduk di dekat brankar.

"Pak pak, emang gue bapak lo?" Kata Juan.

"Kemarin saya tawarin, bapak nyuekin saya"

"Apa sih bapak-bapak, gue bukan bapak lo" ujar Juan risih sendiri di panggil bapak oleh Via.

"Kan bapak sendiri yang nyuruh saya menggunakan bahasa formal"

"Cukup, lo panggil gue bos aja, gausah pake embel-embel bapak!" 

Kepala Via berdenyut mendengar suara-suara yang masuk kedalam kepalanya. Via tidak mengetahui suara siapa itu, Via melihat bayangan seseorang di benaknya, Via mendesis merasakan kepalanya yang semakin sakit.

Juan yang melihat Via kesakitan segera memanggil dokter.

"Pasien mencoba mengingat secara perlahan tentang ingatannya, jadi jangan biarkan dia terlalu berpikir dengan keras, karena itu akan berdampak dengan kesehatannya," jelas dokter setelah memeriksa kondisi Via. Juan mengangguk mengerti.

Juan menatap Via yang sudah tertidur dengan tenang. Ia akan mengembalikan ingatan Via secara perlahan, dengan cara mengulangi kembali kenangan yang pernah mereka lakukan.

***

1 bulan berlalu, Juan selalu rutin mendatangi rumah Via setelah gadis itu di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Via tetap menyambut Juan dengan baik, untuk menghargai sepupu dari sahabatnya sekaligus bosnya itu. Selama satu bulan ini juga Via belum di perbolehkan masuk kerja oleh Juan.

Biasanya Juan selalu datang sendiri ke rumah Via, tapi hari ini ia tidak datang sendirian. Ia membawa Azka. Anak itu baru sembuh kembali setelah demam tinggi cukup lama.

Saat sampai di pintu rumah Via, Juan menurunkan Azka dari gendongannya, lalu tangannya menggenggam tangan mungil Azka, setelah itu ia mengetuk pintu di depannya ini.

Pintu terbuka memperlihatkan Hamid dengan setelan rumahannya. Kaki mereka melangkah masuk ke dalam rumah setelah Hamid mempersilahkan.

"Kakak lo mana?" Tanya Juan, karena tidak melihat keberadaan Via.

"Di dapur, lagi bikin kue," Jawab Hamid menunjuk dapur. Juan mengangguk kakinya melangkah menuju dapur, tangannya masih menggenggam tangan Azka, dan anak itu mengikuti langkah kaki Juan.

Genggaman tangan mereka terlepas saat Azka melihat sebuah benda yang menarik perhatiannya, kemudian anak itu jongkok dan mengambil posisi merangkak untuk mendekati sebuah mainan kunci yang berbentuk bola.

"Azka, ayo sini," Juan memanggil Azka karena merasa tidak menggenggam tangan mungil itu lagi.

Via yang mendengar suara itu, segera berjalan keluar dari dapur, kemudian ia melihat pria jangkung yang berdiri membelakanginya, ia bisa menebak, itu adalah Juan, sepupu temannya. Kemudian matanya beralih menatap anak kecil yang sedang merangkak ke arahnya. Hati Via merasa bahagia melihat anak itu.

"Ti Pia, Ti Pia" Azka memanggil Via dengan semangat saat matanya melihat keberadaan Via. Azka sangat merindukan Ti Pia nya.

Via mengabaikan sakit di kepalanya saat sebuah ingatan rusak masuk kedalam otaknya.

Ponakan Crush (END+ TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang