Chapter 11

8.2K 532 1
                                    

Kendall membeku ditempat melihat tangan Kenneth yang lebam dan berdarah.

Author POV

"Kenneth?" tanya Kendall lebih meyakinkan diri sendiri.

"Kendall?" Tanya Kenneth tidak kalah kaget.

Kendall langsung menghampiri Kenneth dan melihat tangannya. "What's happening to you?!" Teriak Kendall. Kendall sangat khawatir dengan sepupunya ini.

Carter yang melihat kekhawatiran Kendall terhadap Kenneth menjadi kecewa. Rahangnya mengeras melihat Kendall yang sangat perhatian kepada Kenneth.

"Apa yang terjadi Rio?" Tanya Kendall kepada temannya, Rio.

"Tadi dia menonjok tembok. Tidak tahu kenapa." Jawab Rio.

Kenneth yang dari tadi memendam emosi bertambah emosi melihat Carter yang berbaring di UKS.

Kendall dapat melihat raut kemarahan di wajah Kendall. Kendall memeluk Kenneth, "jangan kayak gitu Ken." Bisik Kendall sambil mengusap punggungnya.

"Ms, ms obatin Carter aja. Biar saya yang obatin Kenneth. Thanks Rio." Ucap Kendall lalu membawa Kenneth untuk duduk di ranjang UKS.

"After this, tell me. What's going on." Ucap Kendall sambil mengobati lebam pada kepalan tangan Kenneth.

Carter yang melihat Kenneth dan Kendall hanya bisa menahan rasa marahnya. Entah mengapa ia sangat panas melihat Kendall yang sangat perhatian kepada Kenneth. Dia juga iri kepada Kenneth yang di perhatikan oleh Kendall.

Apa yang terjadi sama aku?, tanya Carter dalam hati.

Setelah mengobati tangan Kenneth, Kendall menangkup tangannya di wajah Kenneth. "You know that i will always be there for you. Tolong jangan bikin aku khawatir Ken." Ucap Kendall lalu memeluk Kenneth.

Kenneth tidak mungkin memberi tahu Kendall mengapa ia sangat emosi pagi ini.

"I know, i'm sorry Ken. Tapi kamu juga buat aku khawatir terus. Empat hari berturut turut lagi." Sindir Kenneth sambil mengeratkan pelukannya.

"Hehe sorry Ken." Ucap Kendall lalu melepaskan pelukannya.

Mereka tidak menyadari ada seseorang yang melihat mereka penuh kekesalan dan keirian.

"Ayo masuk kelas." Ajak Kendall karena Kendall telah bolos satu kelas dan sekarang tinggal kelas terakhir sebelum mereka pulang.

"Ms. Lis, aku sama Kenneth duluan ya. Carter aku duluan." Ucap Kendall lalu berjalan menuju kelasnya bersama Kenneth.

Jadi gini rasanya dicueki? Bicara aja susah dan selalu dihalangi. Bagaimana mau menjelaskan semuanya?, tanya Carter frusfasi dalam hati.

Bel pulang sekolah berbunyi Kendall dan Kenneth pun segera pulang.

"Ken, aku aja yang nyetir ya." Ucap Kendall melihat tangan Kenneth yang masih lebam.

"Aku udah gapapa kok Ken. Udah aku aja yang nyetir." Jawab Kenneth.

"Aku juga sekalian lagi mau nyetir. Udah lama ga nyetir." Ucap Kendall.

Kenneth mengangguk pasrah. Jika Kendall sudah keras kepala, maka dia tidak bisa membantahnya.

Kendall pun masuk ke dalam kursi pengemudi.

Dalam perjalanan, Kendall berfikir. Dia sadar bahwa dia tidak membuat orang lain khawatir karena tigkahnya empat hari belakangan ini. Dia tidak boleh terlarut larut dalam kesedihan.

Dia harus kuat. Kalau dia terus terusan sedih seperti itu, banyak orang yang akan khawatir dan masalah juga tidak akan terselesaikan. Ya dia tidak boleh seperti itu lagi. Tidak boleh berdiam diri di kamar.

My PrincessWhere stories live. Discover now