BAB 24 - SungTaro Tour

786 64 14
                                    

***

.

.

.

Wonbin memandangi hairdryer yang ada di tangannya, lalu pandangannya beralih ke arah cermin besar yang memantulkan refleksi indah dari sosok sempurnanya. Tiba-tiba dia merasa berdebar, bukankah kejadiannya sama seperti kemarin. Di dalam kamar mandi ada Eunseok yang masih membersihkan diri, dan Wonbin yang duduk sembari mengeringkan rambutnya. Hoodie masih menjadi pilihannya untuk melawan dingin udara pada malam hari, namun berbeda dengan kemarin, malam ini Wonbin malah memilih celana selutut untuk pakaian tidurnya. Sudah menjadi rahasia keluarga jika Wonbin mungkin tidak bisa lepas dari kebiasaannya memakai pakaian pendek ketika akan tidur, bahkan setelan baju tidurnya pun semua tidak ada yang panjangnya melebihi lutut, jika itu kemarin, mungkin Wonbin terpaksa, tapi Wonbin tidak bisa lagi untuk malam ini, sedingin apapun udara tidak akan menghalangi Wonbin untuk memakai celana pendek.

“Bina.”

Panggilan itu membuat Wonbin reflek menengok, mungkin pemandangannya sama seperti kemarin, Eunseok memakai celana training Adidas berwarna hitam dan kaos Deus lengan pendek berwarna putih. Cowok itu bergegas untuk duduk di antara kedua kaki Wonbin dan menatap pantulan wajah mereka di permukaan cermin, kedua alis Eunseok menukik kala dirinya merasa telah menangkap sesuatu.

“Kenapa pake celana pendek?”

Eunseok mendongak untuk melihat wajah Wonbin yang mencebik, telinganya memerah.

“Kakak juga pake kaos.” jawabnya.

“Kakak kalo dingin bisa peluk kamu.”

Pernyataan dari Eunseok membuat Wonbin menoleh.

“Aku juga bisa.”

Yang lebih tua menaruh kembali kepalanya pada paha si manis, memandangi wajah cantik itu dari bawah. Dia nggak nyadar kah rambutnya masih basah.

“Bisa apa?” tanyanya menaik turunkan alis, berniat untuk menggoda kekasih manisnya.

“Bisa peluk diri aku sendiri.” Sebuah tarikan dari sudut bibirnya membuat Eunseok memasang wajah datar.

“Kakak gak bisa tidur tanpa guling.”

Wonbin mengangkat kedua lengkung lembut alisnya, “Kemarin bisa, tuh.”

Si cowok batu tertawa kecil, “Kakak kira kamu notice gaya tidur kakak yang meluk angin.”

Perkataan itu membuat Wonbin kembali menerawang saat-saat kemarin, memang sih Eunseok bisa tertidur, namun rasanya tidur cowok itu kurang lelap, terbukti dari Eunseok yang kerap kali akan menggigau dan mencari-cari keberadaan guling, rasanya lucu kalau diingat kembali.

“Jadi, kakak mau peluk kamu sampai pagi.” lanjut yang lebih tua membuat Wonbin memicing menatapnya.

“Udah Kakak jangan nyender di paha aku, berat tau, rambut kakak juga masih basah.”

Si batu cuma ketawa dan nurut waktu Wonbin mengangkat kepalanya, dia suka waktu Wonbin jadi cerewet kaya gini, dia suka Wonbin semakin terbuka dan banyak bicara ke dia. Rasanya hangat, melihat Wonbin dengan telaten mengeringkan rambutnya, hati-hati membelai setiap helai surai coklat miliknya, pemandangan yang Eunseok lihat dari refleksi kaca itu akan tersimpan selalu di antara banyaknya memori yang akan dia buat bersama Wonbin. Membayangkannya saja sudah menyenangkan dan mendebarkan.

Secret of Song   |   SeokBin Where stories live. Discover now