nilai tertinggi tapi aku tetap Nol di mata ayah

16 16 0
                                    

Aku melangkah menuju kelas di mana Aku mendapatkan informasi bahwa kelas akan dimulai saat ini, dan aku melirik arloji di tangan kiri kurang dari 5 menit kelas akan dimulai.

Sudah sangat ramai di dalam kelas, aku langsung melangkah masuk. Melihat sekelilingku sebentar dan mencari di mana bangku kosong berada yang akan aku duduki. Dan aku melihat bahwa ada bangku kosong di pertengahan ruangan. Tak masalah, toh selama ini juga aku tak suka memilih tempat, asal itu nyaman bagiku. Why not?

kakiku melangkah ke arah itu, dan duduk. Aku menaruh tas di mejaku.

Kemudian aku melihat Krystal yang duduk sendirian di bangku sampingku dekat jendela kelas. Cahaya mentari pagi menyelusup lewat jendela itu, berkat itu wajah gadis itu seperti bak lukisan. Hidungnya mancung disertai dengan bentuk tulang rahangnya yang sempurna. Kulitnya terlihat mengkilap bak berlian yang terkena sinar matahari, rambutnya yang berwarna hitam pekat tertiup angin yang berlarian lewat jendela kaca terbuka.

Tangannya yang menyangga wajahnya membuat ia terlihat semakin cantik.

"Selamat pagi, semuanya." Suara sapaan itu membuyarkan ku dari menatap Krystal tadi. Aku segera mengalihkan pandangan dan melihat ke suara itu.

Ternyata itu adalah dosen, laki-laki dewasa yang terlihat berwibawa datang dengan sebuah laptop yang dijinjingnya. Ia mengerah ke meja dosen yang tertera di hadapan sana.

"Baiklah, kalau begitu kita mulai tentang materi pagi hari ini yaitu Kardiovaskuler dan Respiratori." Ucapnya kembali, ia menjelaskan dengan tenang dan penuh wibawa.  Adrian melihat bahwa dosen ini tidak akan membosankan jika mengajar.

Ia kemudian menyalakan proyektor dan disambungkan ke dalam laptopnya. Arche tak mempunyai kelopak mata ganda,  adrian bisa melihatnya dengan jelas. Namun ia terlihat tampan diusia tuanya meskipun wajahnya tidak menunjukkan keriputan yang mendominasi.

Adrian melihat layar proyektor, di mana sebuah materi tentang Kardiovaskuler dan Respiratori tertera di sana. Setelah Arche menjelaskan materi tersebut lalu memberikan tugas kepada mahasiswa-mahasiwanya, kemudian Arche memanggil salah satu nama mahasiswa yang menurutnya menarik perhatian.

"Adrian stevano maju ke depan!" Perintah Pak Arche yang memanggil namaku saat aku menyelesaikan tugasku.

Aku langsung melangkah mendekati Pak Arche sesuai perintahnya. Dengan sedikit gugup aku memberanikan diri bertanya kepadanya, "maaf, Pak. Apa saya melakukan kesalahan?"

Arche mengulas senyuman di bibirnya sembari menepuk pundak  Adrian dan berkata,  "Dengar! Kalian harus mencontoh teman kalian yang ada di depan saat ini, karena meskipun tidak masuk dia tetap mengerjakan tugas yang saya berikan dengan baik, dan selalu dapat nilai tertinggi. Banyak mahasiswa yang menyepelekan kelas kuliah dan beralasan bahwa dia sibuk dan malah meminta nilai seenaknya juga. Ingat, ini kuliah tempat menuntut ilmu bukan ajang pencarian jodoh di sini. Kuliah itu membentuk karakter kalian, terlebih lagi kuliah menentukan masa depan kalian mau seperti apa." Pak Arche malah sudah lebih dulu menceramahi seluruh mahasiswa di kelas itu dan membuat mereka tersenyum masam.

Aku terkejut mendengar itu, nilai tertinggi? tidak mungkin! aku menatap semua orang bingung.

"Eum, maaf Pak sebelumnya tapi...apa saya tidak salah dengar? Bukankah saya yang selalu dapat nilai rendah?" tanyaku pada Pak Arche tidak percaya.

"Jangan merendah, banyak orang pintar bersekolah di sini, tetap saja mereka tidak mendapatkan nilai tertinggi seperti mu. Kau sangat cerdas, Adrian. Kenapa kau tak mau mengakuinya?" lanjut Pak Arche menjelaskan kemudian ia menyerahkan nilaiku, dan memperlihatkannya pada semua orang.

Aku masih terdiam di sana, seketika kelas riuh oleh suara tepuk tangan dan teriakan. "Ajari aku nanti ya hyung!" Teriak salah seorang mahasiswa dan aku hanya bisa membalas dengan senyuman.

"Bolehkah aku kembali duduk, Pak?" tanyaku pada Pak Arche. Ia pun mempersilakan ku dan aku pun kembali ke mejaku.

xxx

Saat jam istirahat, aku memilih untuk ke ruang musik. Ya, Ruangan ini tenang tak ada yang kesini kecuali saat ada acara kampus.

Aku mulai menekan jari-jari ku pada tuts piano. Aku memulai intro lagu berjudul 'Younha - Pray School 2015 Ost'.

"geudaega gireul ilheosseul ttae"
"bicceuro bichwo juri"
"barame maeum heundeullil ttae"
"na geudaeui son jaba juri

"geudaereul wihae gidohapnida
jikyeo dallago gidohapnida"

"naui baraemi daheul su issge
dathyeojin muni seoseohi yeollyeo"

"sangcheoe ulgo ttaeron jichyeoseo"
"jeolmange gathyeo apeuji anhgil"
"maeumeul dahae geudaeui wiroga doegil"
"oneuldo naneun gidohapnida"

Aku mulai menyanyikan lagu 'Younha - Pray School 2015 Ost'. Jari-jari ku pun masih menari-nari di atas tuts piano berwarna hitam dan putih itu.

Aku masih bernyanyi dan semakin terbawa dengan suasana musik yang aku mainkan.

"geudaereul wihae gidohapnida"
"jikyeo dallago gidohapnida"

"geochireun bada godoen i sesang"
"hanghaereul tteonan geudaereul wihae"

"sangcheoe ulgo ttaeron jichyeoseo"
"jeolmange gathyeo apeuji anhge"
"maeumeul dahae geudaeui wiroga doegil"
"oneuldo naneun gidohapnida."

Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang ikut bernyanyi atas lagu yang ku mainkan saat ini. Aku pun menolehkan kepalaku ke sumber suara itu—ternyata Krystal mendengar ku bernyanyi dan ia juga ikut menyanyikan lagunya. Tepat di sebelahku gadis itu berdiri masih melantunkan lagunya tepat berdiri di sebelahku sembari menatapku lekat.

" Aku senang bisa melihat mu mendapat nilai tertinggi di kampus ini "  ucap nya sesaat setelah lagu yang kami nyanyikan berakhir, aku  menghela nafas panjang.

" Mau sebagus apapun nilaiku, aku tetap nol dimata ayah tidak ada yang mengubahnya ," ucapku sambil menunduk . Tanpa ku sadari air mata ku sudah jatuh membasahi pipi dan kacamataku .

Gadis itu kembali mendekapku, dan entah kenapa aku merasa tenang di sisi nya . "Aku di sini tenanglah, sayang. "

"Deg!"

Detak jantungku berhenti, sesaat setelah  krystal mengucapkan kata sayang untukku .

Pipiku? Kenapa terasa panas? dan detik itu juga aku tidak bisa bernafas.  " sadarlah adrian, dia tidak mungkin menyukaimu! " Rutuk ku pada diriku sendiri  .

Kubalas peluknya erat, tenang itulah yang kurasakan sekarang. "Gomawo, soojungie"lirihku  kubisikan sesuatu ke telinga krystal lembut " Sarange soojung -ah  ".

5 menit aku memeluk nya  dan aku berusaha menahan ini semua, menahan agar tidak berteriak karena debaran jantungku sangat cepat saat aku di dekat nya.

Kulepas pelukan krystal padaku,ia tersenyum simpul padaku . " Aku juga mencintaimu Adrian- ah" seketika aku kikuk mendengar pernyataan nya .

"A-apa? K-kau bi-bilang?" Jawabku gugup , wajahku makin memerah dan makin panas . Buru buru kupalingkan wajah ku ke arah lain.

Tapi , krystal memang kedua pipiku dan secara tidak langsung dia meminta ku untuk menatap nya." Kim Adrian stevano.... Mau sampai kapan cinta dalam diam padaku seperti ini? aku sudah meminta izin pada ibu mu, kita ke taman malam ini apa kau mau? tanya krystal pada ku .

"Aku.... " Ucap ku sambil menunduk, kemudian aku  menatap nya lagi. " Aku mau ke taman dengan mu malam ini." Lanjut ku sambil tersenyum pada krystal. 

" Ini saat nya aku menyatakan semua yang telah ku pendam selama ini,"ucap ku dalam hati.

Aku hanya ingin bahagia Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon