10. Beautiful Night

Start from the beginning
                                    

 Dia sudah melepas masker dan kacamata, kini menatapku dan berkata, "Di bawah sini ada cafe, di dalam banyak orang jadi kau tidak perlu khawatir." Jelasnya seolah mengerti apa yang ada di pikiranku. 

 Aku mendekat, mengikutinya berpegang pada pagar pembatas. Tak lama setelah itu, satu letupan mulai terdengar, dan kembang api pun mulai terlihat.

 "Wah…"

 "Peserta festival bukan hanya dari Korea, tapi juga negara lain."

 Aku mengangguk, "Oppa, apa setiap tahun kau melihat itu dari sini? Tempat ini strategis sekali."

 "Lihat di sana!", tunjuknya.

 "Wah, cantik sekali!"

 Warna warni bercahaya begitu cantik menghiasi langit malam, di bawahnya terpantul cahaya di air sungai. Ditambah sosok berwajah tampan di sisi kananku yang kini sedang tersenyum melihat kembang api itu. Sungguh malam terakhir di Korea yang begitu indah, meski aku berharap ini bukan yang terakhir kalinya. 

 "Romantis sekali, seperti di drama-drama yang pernah ku lihat."

 "Romantis?", tanyanya sambil menahan tawa, dan aku menjadi salah tingkah. "Apa kau tidak mau mengabadikannya?"

 Aku mengambil ponsel, lalu memberikannya pada Jong Hoon oppa. Dia mulai mengambil gambar dan juga merekam.

 "Oppa, kau pandai mengambil gambar." Pujiku ketika melihat hasilnya, padahal kamera ponselku tidak terlalu bagus.

 "Ayo duduk di sebelah sana."

 Kami duduk di sebuah sofa, di depannya ada sebuah meja bulat kecil dengan sebuah lilin aromaterapi. Dia menyalakan lampu-lampu tumblr putih di sekeliling kami. Tak lama setelah itu seseorang datang dengan membawa sebuah nampan, membuatku sedikit terkejut. 

 "Satu macchiato, satu lotus latte, pizza bread, orange pound cake, dan opimo pastry."

 Setelah semua tersaji di meja, pria berseragam krem itu pun pergi. Aku menatap Jong Hoon oppa, membuka mulut ingin bertanya padanya tapi dia malah menjelaskan tanpa ku minta.

 "Aku yang memesan semuanya. Ini cafe milikku. Dan maaf jika aku tidak bertanya lebih dulu apa yang ingin kau minum atau makanan apa yang kau inginkan."

 "Wah, kau sungguh pandai membuat orang bingung dan terkejut."

 Dia tertawa, "Minumlah, udaranya mulai dingin."

 Rasanya sangat menyenangkan, menikmati suasana malam yang indah dengan minuman hangat dan makanan yang enak. Hingga aku terlena dan  melupakan bahwa kini aku terpisah dari rombongan, seharusnya itu menjadi sebuah masalah. Aku memeriksa ponsel, tak ada satu pun pesan atau telepon masuk. Nomor kak Ana saja masih tidak bisa di hubungi.

 "Sampai jam berapa jadwal rombongan tur kalian malam ini?", tanyanya sambil memetik gitar.

 "Kalau tidak salah jam sebelas malam."

 "Kalau begitu tunggu saja mereka di dekat pintu keluar atau di tempat bus terparkir sebelum jam sebelas. Nikmati saja sisa liburanmu ini. Bukankah ini malam terakhirmu?"

 Jong Hoon oppa ada benarnya, mungkin ini akan menjadi pertama dan terakhir kalinya. Entah nanti aku akan bisa datang lagi atau tidak.

 "Apa kau benar-benar akan kembali besok?"

 "Tentu saja, kau kan tahu jika ini malam terakhir aku berada di sini."

 "Mungkin saja kau berubah pikiran dan ingin tinggal."

 Dahiku berkerut, "Bagaimana bisa? Tur sudah berakhir. Dan aku harus kembali. Meski rasanya berat."

 "Kenapa?", tanyanya sambil meletakkan gitar. "Apa karena kau gagal bertemu Lee Yunki? Dan juga Kim Ae Ra?"

 Aku menatapnya yang kini juga menatapku. "Kau tahu?"

 "Jika kau ingin tinggal, aku akan membantumu." Ucapnya sembari bangun.

 Aku menanggapi ucapannya dengan senyuman sambil menggeleng. Kemudian menyusulnya yang kini melangkah mendekat ke tangga. Sebelum turun, dia berhenti untuk mengenakan tudung hoodie dan memakai masker.

 "Mau melihat festival lampion dulu?"

 "Festival lampion?"

 Sepertinya itu juga akan menjadi pengalaman baru yang menyenangkan karena aku sama sekali belum pernah melihat festival lampion secara langsung meski di Indonesia tentu saja ada. 

 Kami berjalan cukup jauh, melewati keramaian dan sesaknya wisatawan. Tiba-tiba Jong Hoon oppa memegang tangan kiriku, membuatku sangat terkejut. Belum sempat aku bertanya, dia sudah menarikku untuk mengikuti langkahnya.

 "Oppa", Panggilku ketika kami sudah jauh dari keramaian. Tapi dia masih memegang tanganku.

 "Hm?"

 "Apa tidak apa-apa jika kita kesana?"

 Kulihat cukup banyak orang di tepi sungai yang melihat lampion-lampion itu. Ya, lampionnya berada di sungai, tadinya aku membayangkan bahwa itu adalah lampion terbang seperti di film tangled. Ternyata lampionnya cukup besar dan bentuknya bermacam-macam.

 Aku mengikuti kemana Jong Hoon oppa melangkah, tentu saja dengan tangan yang masih belum dia lepaskan. Sejujurnya jantungku semakin berdebar tak karuan karena ini pertama kalinya untukku, sungguh aku tak berbohong. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya dengan seorang pria, sekalinya di pegang malah langsung di pegang seorang idol papan atas, hehe.

 Kami berhenti di tepi sungai, tempatnya agak jauh dari yang lain.

 "Oppa, bisakah lepaskan tanganku sekarang?"

 "Hm?", Dia menoleh, lalu melihat ke arah tangan kami dan segera melepaskannya. "Maaf, aku tak bermaksud apa-apa."

 "Tidak apa-apa. Aku hanya khawatir jika teman tur ku melihat, bagaimana aku harus menjelaskan siapa dirimu?"

 Jong Hoon oppa mengangguk. "Kau benar, maafkan aku."

 Kami mengambil beberapa foto dan video. Lagi-lagi sejenak kulupakan bahwa aku saat ini sedang terpisah dari rombongan. Jong Hoon oppa sepertinya juga sangat senang, meski aku tahu mungkin dia sedikit kurang nyaman dengan masker dan hoodienya. 

 "Pasti sangat sulit untuk artis terkenal sepertimu bisa menikmati hal-hal seperti ini."

 "Ya, kau benar. Tapi dulu tidak begitu."

 "Ah, bukankah kau bilang kau suka pergi sendirian? Kau suka melakukannya saat tur ke luar negeri?"

 Dia masih memandang ke arah sungai. "Dulu aku sering pergi dengan adikku. Keluar bersama adikku sangat menyenangkan. Seperti melihat festival ini tahun lalu."

 "Kau punya adik?", tanyaku antusias.

 "Setengah jam lagi jam sebelas." Ucapnya sambil melihat jam di layar ponsel. "Sebaiknya kau segera ke pintu keluar." 

 "Baiklah."

  Sesuai arahan Jong Hoon oppa, aku duduk di dekat pintu keluar. Sementara Jong Hoon oppa mengawasi di belakang, tak jauh dariku. Katanya untuk berjaga-jaga jika mungkin ada orang jahat yang mengganggu sebelum aku bertemu dengan rombongan tur. Ah, kenapa aku merasa seperti orang yang sedang kencan diam-diam, lalu pacarku menjagaku memastikan aku kembali dengan selamat. Astaga, ngelantur!

 Sekitar lima belas menit aku menunggu, tapi rasanya lama sekali. Kak Ana tampak terkejut ketika melihatku, begitupun dengan yang lain. Mereka segera berlari menghampiriku.

 "Cinta, kamu kemana aja?!"

 "Kakak yang kemana aja? Aku hubungi kok nggak aktif?"

 "Lho, bukannya nomor kamu yang nggak aktif?"

 "Masa sih?"

 Aneh, padahal ponselku aktif dan datanya juga tidak ku nonaktifkan. Apa mungkin sinyal tempat kak Ana berada tadi yang kurang bagus?. 

 "Cin, kok bengong?"

 Aku hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. Sebelum beranjak pergi, aku menoleh ke belakang mencari keberadaan Jong Hoon oppa. Sepertinya dia sudah pergi.

   

My Idol, My AhjussiWhere stories live. Discover now