🌷LOVE SHOOT ; PROLOG (SATU)🌷

86 8 0
                                    

NIKEN  menghela nafas, saat lagi-lagi dirinha kembali gagal memasukkan bola besar itu kedalam ring yang menggantung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NIKEN  menghela nafas, saat lagi-lagi dirinha kembali gagal memasukkan bola besar itu kedalam ring yang menggantung. Berjalan lesu dengan nada sorakan berserta ejekan menjadi irama rajutan langkahnya. Lalu, nada perintah dari guru olahraga yang menyuruh untuk menghadap padanya. Bahkan, sebelum Niken disuruh menghadap pada pak Dawam selaku guru olahraga, Niken sudah menyiapkan telinga untuk mendengar segala ocehannya kali ini.

"Nilai kamu saya berikan dibawah KKM ya, Niken. Nanti kamu minta tolong dengan temanmu yang bisa bermain bola basket." Beruntung rasanya Pak Dawam tidak memberikan ocehan yang memalukan untuk Niken didepan anak-anak kelas. Selesai Pak Dawan berbicara, bapak guru dengan perawakannya yang atletis itu meniti peluit kembali yang lalu berteriak disegala penjuru lapangan basket, membuat Niken menyingkir dan berjalan menuju bangku tribun lapangan.

Mungkin ada beberapa alasan mengapa Niken tidak menyukai pelajaran olahraga;

1. Pembelajaran ini berada di jam yang paling keramat, disaat matahari sedang naik dengan panas yang terik-teriknya. (Jam Lima, Enam dan Tujuh). Sudah bisa dibayangkan saat anak kelas mulai masuk kedalam kelas, bau badan mereka yang merekah hingga sudut kelas lalu air conditioner sudah seperti tak ada fungsinya lagi.

2. Adanya pelajaran yang menurut Niken bisa melakukannya, tetapi Niken malu melakukannya -roll depan dan roll belakang. Dulu, bagian memalukannya adalah saat Niken mencoba roll belakang dirinya malah melakukan sikap lilin secara spontan.

3. Dan juga ... Bola basket, ini salah satu olahraga yang menguji kemampuan Niken. Lebih baik jika dirinya bisa melakukannya dengan baik, nyatanya sejak SMP Niken tak pernah bisa melakukannya dengan benar, bahkan untuk mendapatkan nilai diatas 75, semuanya berada dibawah rata-rata.

Ketiga alasan itu mungkin sudah cukup menjadi alasan Niken jika suatu saat dimasa depan saat dirinya tiba-tiba tidak hadir dalam pembelajaran olahraga. Niken duduk di tribun melihat anak-anak kelasnya yang bermain-main ditengah lapangan setelah pengambilan nilai selesai. Kakinya ia bawa berselonjor dan memberikan pijatan kecil di bagian lutut, sementara tangan kanannya meraih botol minum dan menegaknya.

Matanya tak sengaja menyorot mata Rama yang berjalan menuju tribun dimana Niken duduk. Tidak heran, sebab semua botol minum berkumpul menjadi satu disebrang sana yang hanya bersela lima bangku dari tempat dimana aku duduk.

Lelaki yang Niken kenal dengan nama Ramadhitya Biantara Cakara setelah hampir dua tahun bersama dalam ruang kelas yang sama. Jujur saja, Niken bukan tipe orang yang bisa mengakrabkan diri apalagi dengan anak laki-laki di ruang kelasnya, mungkin hanya beberapa saja. Misalnya Niando sepupunya atau Andra yang menjabat ketua kelas.

Anak-anak seperti Rama mungkin hanya sekelibat pernah berbicara dengannha saat ada kerja kelompok, selebihnya ... mungkin tidak ada.

Berjarak dua bangku dari bangku yang Niken tempati, ia bisa melihat Rama dengan ujung kelopak matanya yang sedang menegak air minumnya yang menyisakan setengah botol. Kemudian, mata mereka saling bertatap. TIDAK! Rama terlebih dahulu yang menatap Niken, karena Niken membalas tatapannya setelah merasakan seseorang menatapnya dengan wajah penasaran.

The Way I Love HerWhere stories live. Discover now