" em, maaf tuan. aduh gimana ya bilangnya " mbak tami menggaruk tengkuk yang tidak gatal itu dirinyabinggungr harus di mulai dari mana, jika tidak izin nanti yang mengurus orang rumah siapa.

James meneguk teh hangat yang di buatkan oleh mbak tami tadi. " hm?. "

" saya mau izin pulang ke kampung beberapa hari, tadi saya di kabari oleh tetangga saya bahwa simbok di rumah habis kecelakaan. saya binggung mau balik kampung atau engga, kalo tuan mengizinkan saya balik besok pagi, kalau tidak emm yasudah " izin dengan suara yang sedikit bergetar mbak tami memang jujur apa adanya, di rumah simbok sendirian tidak ada yang menemani.

Rigel anak itu sudah memantau mbak tami yang izin untuk pulang kampung, di mansion sebesar dan semegah ini hanya mbak tami-maid, yang di kenal dekat oleh Rigel. jika tidak ada mbak tami sepi hidupnya, katanya Rigel.

James dan Gabriel sudah bertatapan tak berarti, mereka mengizinkan saja tapi. " yasudah boleh, jika belum sembuh jangan kembali ke mansion, tentang gaji mbak tenang saja saya sudah mengaturnya. " walaupun James orangnya kaku seperti itu hanya kau-saya terus menerus, dirinya di beritahu oleh Gabriel harus memanggil mbak tami dengan sebutan mbak. mau bagaimana pun juga umur mereka terpaut lumayan, ya tuaan mbak tami dikitlah. dari itu, sekaya apapun kalian jangan lupakan sopan santun ketika dengan orang tua, karna itu sangat penting sekali untuk kehidupan.

Gabriel tersenyum mendapati suaminya yang sedikit berubah, dahulu jika ada orang yang izin untuk pulang kampung suaminya tidak mengizinkan walaupun dengan alasan apapun itu, entah dari yang masuk akal atau tidak kalau tidak boleh ya tidak boleh.

Rigel, anak itu sudah melengkungkan bibirnya matanya sedikit berkaca-kaca mendapati Daddy nya-James, mengizinkan mbak tami pulang ke rumah. dirinya ingin ikut.

" huweeeee.. aaaaaa "

" loh adek kenapa nangis sayang " Gabriel panik anak itu yang tadinya anteng duduk dengan Soren serta memakan biskuit tetiba menangis dengan keras, menangis nya juga setelah mbak tami pamit kebelakang untuk beberes baju miliknya.

Gabriel menimang Rigel bak bayi kecil yang menangis. di tanya ada apa anak itu bukannya menjawab malah semakin keras menangis. " nda mauu.. hikss. "

tangan kecil Rigel menghapus hidung kecil yang sudah berlumuran dengan ingusnya, biar tangan tangan Rigel sendiri.

" ngga mau kenapa sayang? "

" bude tami mau pulang.. nanti adek sendili di sini ngga ada yang menemani.. adek mau ikut Papa " wajahnya sudah memelas seperti meminta belas kasihan.

" tanya Daddy dulu boleh apa tidak " Rigel di turunkan dari gendongan Gabriel dan lantas berlari menuju ke James yang duduk di kursi tunggal yang ada di ruang keluarga.

" Daddy... adek mau ikut bude tami pulang.. " tangan kecil Rigel memeluk kaki James yang teramat besar itu, Rigel itu setara dengan paha James.

" tidak " bomm! Rigel menangis semakin kencang. Gabriel mendekat ke arah Rigel tapi terlebih dahulu sudah di tepis oleh Rigel. entah setelah James berkata seperti itu Rigel seperti hancur sehancur hancurnya. Rigel kamu anaknya Gabriel sama James bukan mbak tami 🥲.

Gabriel menjauh dari Rigel karna anak itu di tolong bukannya mendingan malah berteriak menjadi jadi, lalu Soren serta Hugo mendekat. lagi-lagi hal yang sama di lakukan oleh Rigel, anak itu sudah berteriak seperti monyet yang melihat saudara kembarnya. terakhir Leo yang sendari tadi diam saja karna tidak di keluarkan untuk bertampil. apa yang di lakukan Rigel pemirsa? Leo di lempar biskuit 5 biji oleh Rigel.

oke, semuanya terdiam tidak berkutik. Gabriel, James, Soren, Hugo, Leo. mereka tidak ingin menolong Rigel, biar saja anak itu menangis hingga diam dengan sendirinya. Rigel sudah tidak menangis di tempat awalnya tadi anak itu menaiki sepeda kecilnya dan kembali menangis. sedikit aneh tapi jika Rigel tak apa.

𝐑𝐢𝐠𝐞𝐥 𝐅𝐨𝐫𝐚 𝐆.✓  [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora