6. Inferior

575 119 6
                                    

Meski baru terhitung tiga hari semenjak salju turun menghujani bumi, seluruh warga Winterfall sudah mulai bergegas dan bersiap-siap untuk menghadapi badai salju yang akan segera tiba.

Tidak ada yang tahu pasti kapan tepatnya badai akan terjadi. Tetapi ada satu hal yang sudah pasti, itu akan selalu datang secara berkala seperti tahun-tahun sebelumnya.

Iklim dingin berkepanjangan dan badai salju belasan bahkan puluhan kali yang selalu menerjang tanah Winterfall di sepanjang musim dingin sudah menjadi hal biasa. Itu normal terjadi.

Magnus tengah membelah tiap-tiap gelondongan kayu untuk menjadikannya sebagai pasokan kayu bakar. Ia tidak sendiri, ada beberapa laki-laki remaja—para murid Joseph yang mempelajari ilmu pedang darinya—yang ikut membantu, mengikuti perintah sang guru namun tanpa kehadiran pria itu.

Sebagian dari mereka mengayun kapak seperti Magnus, dan sebagian yang lain mengumpulkan dan mengangkut potongan kayu tersebut ke dalam gudang.

Peluh keringat membasahi sekujur tubuh Magnus. Namun itu dengan cepat menguap dan kulitnya kembali kering karena suhu rendah yang menyelimuti atmosfer.

"Yang Mulia, apa benar seperti ini? Apakah hasil potongan saya terlalu kecil?" tanya seorang remaja laki-laki.

"Iya, tapi tidak apa-apa."

Setelah menjawab, Magnus kemudian mengajari laki-laki lima belas tahun itu bagaimana cara memotong kayu dengan benar agar hasilnya sesuai.

"Berhati-hatilah," sambung Magnus lagi setelahnya.

"Iya, Yang Mulia!"

Magnus kembali mengeratkan genggaman pada pegangan kapak dan bersiap untuk mengangkat dan mengayunkannya lagi. Namun, ia segera mengurung niatnya ketika tanpa sengaja melihat dua sosok yang dikenalnya tengah berjalan dan berbincang di bawah derai salju.

Magnus segera meletakkan kapaknya kemudian berjalan menghampiri sepasang muda-mudi itu.

"Leon, kenapa kau membawa Nona Sophia ke luar kastel? Sekarang sedang turun salju, dan kau juga tahu jika Nona Sophia baru terkena radang dingin beberapa hari lalu."

Magnus berujar sembari melepas mantel panjang miliknya kemudian memakaikannya ke tubuh gadis itu. Kini tubuh Magnus hanya dilapisi oleh dua lapis baju hangat berkerah tinggi hingga menutup leher.

"Saya yang memintanya, Yang Mulia." Kata Sophia cepat. "Mantel anda ... saya baik-baik saja," imbuhnya sungkan, hendak melepaskannya.

"Pakai saja, sekarang dingin."

"Tapi, anda—"

"Ini bukan apa-apa. Aku sudah terbiasa."

Sophia terenyak sejenak.

"... Terima kasih."

"Ya."

Itu hanya kesombongan tanpa arti. Karena pada nyatanya, Magnus segera merasakan suhu dingin yang masuk melalui pori-porinya, menusuk hingga ke dalam tulang.

Meski sudah enam tahun, Magnus belum sepenuhnya terbiasa. Ia lahir dan tumbuh di ibu kota kekaisaran yang beriklim lebih hangat. Kebiasaannya selama dua puluh tahun hidup belum bisa diganti dengan waktu enam tahun tinggal di Archduchy.

Walaupun kini ia sudah bisa menahannya, lebih banyak dibandingkan saat pertama kali ia menginjakkan kaki di Winterfall, tubuhnya masih belum kebal dingin.

"Kenapa kau meminta Leon untuk menemanimu keluar? Apa di dalam kastel membosankan?" tanya Magnus. "Itu pasti sih. Kastelku tidak punya apa-apa," sambungnya lagi, menjawab pertanyaannya sendiri—mendadak malu dan inferior.

Limited TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang