5

4.1K 276 4
                                    

Detik demi detik yang Frinka rasakan bagaikan neraka. Tawa - tawa membahana yang memenuhi seisi kelas bahkan bagai api yang menyambar - nyambar di neraka. Saat ini jam pelajaran kosong karena guru yang mengajar ada tugas keluar kota sehingga kelas Frinka hanya ditinggalkan selembar kertas berisi soal yang harus dikumpulkan hari ini.

Namun kata dikumpulkan hari ini seperti angin lalu bagi teman - teman Frinka, sehingga mereka memutuskan untuk bercanda bahkan juga tidur. Siswa yang tidur memang tidak mengganggu Frinka, malahan Frinka sangat bersyukur. Tetapi, segudang bebek yang berceloteh di bangku belakangnya ini yang sangat menganggu.

Sebenarnya ini sudah sering terjadi dan Frinka bisa mengatasinya dengan menyumpal telinganya dengan headset tercintanya. Tapi sialnya dia hari ini karena lupa meletakkan benda berharga itu di dalam tas.

Frinka menghela nafas mendengar gerombolan di belakangnya mulai tertawa lagi.

Pasrah akan nasibnya, Frinka menelengkupkan kepalanya beralaskan tangan yang dilipat di atas meja.

"Eh, itu dia, tadi pagi ribut bareng Gavin sama Azkan."

Satu suara masuk ke dalam indera pendengaran Frinka. Dan Frinka yakin yang dimaksud dia dalam percakapan itu adalah dirinya.

"Serius lo? Gavin dan Azkan bersamaan?"

"Iya, coba lo tanya deh Ta, ada apaan."

"Lah kok gue? males banget."

"Lo kan yang duduk sebangku."

Setelah melontarkan itu sautan menyetujui terdengar sangat heboh.

Tak lama setelahnya, Frinka mendengar bangku sebelah berdecit bersamaan dengan tarikan nafas yang diikuti tepukan takut - takut di pundaknya.

Frinka bangkit dari posisi telengkupnya menjadi duduk tegak dan memandang Tata si teman sebangkunya. Dengan menaikkan sebelah alisnya sebagai perwakilan bertanya.

Tata melirik sekilas ke arah bangku belakang sebelum menatap Frinka ragu.

"Umm ... itu ... lo tadi pagi berantem?" ucap Tata akhirnya.

"Apa?" jawab Frinka malas - malasan.

"Lo, Gavin, dan Azkan, kalian berantem?" Tanya Tata.

Frinka kembali manaikkan sebelah alisnya. Dan Tata kembali melirik teman - temannya yang memandang penasaran.

"Maksud gue, kok lo tumben berantem sekaligus sama keduanya?"

Dengan sebelah alis yang masih naik Frinka menjawab pertanyaan Tata dengan songong. "Bukan urusan lo." Lalu dia bangkit berdiri dan berjalan keluar kelas.

Sebelum benar - benar keluar dari kelas, Frinka masih dapat mendengar cemohan tentang betapa songong dirinya dan betapa menyebalkannya seorang Frinka.

Daripada repot - repot berbalik dan memarahi orang - orang kepo itu, Frinka lebih memilih ke kamar mandi.

Cermin yang terpajang di salah satu diding menyambut Frinka saat memasuki toilet. Beberapa bilik terbuka dan sebagian masih tertutup walau hanya satu dua yang digunakan.

Frinka memilih measuki bilik yang pintunya terbuka di pojok toilet.

Suara pintu bilik lain yang terbuka bersamaan dengan suara Frinka menutup pintu.

Perempuan dengan rambut sepinggang yang baru saja keluar itu membasuh kedua tangan dan berkaca setelahnya.

Membenahi tatanan rambutnya yang sudah rapi menjadi lebih rapi lagi.

RealNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ