Chapter 4

333 43 31
                                    

Malam apa ini? Yap, malam cerita Death Puzzle update again, haha...

Dah nggak sabar dong ya mau dengerin penjelasannya si Sup Sup terkait hilangnya si lampu senter:v

jangan lupa vote serta komen untuk meramaikan cerita ini, happy reading readersnya akuuuu. Yg mau join grup harap pc saja, soalnya link wanya eror nggak tau kenapa. Aku pun puyeng sendiri jdnya. Oke, kita kembali ke cerita yaww. Jangan lupa sedia air minum 3 gelas untuk mencerna penjelasannya....

****

Dua hari sebelumnya...

Seperti hari-hari biasa pada umumnya, Supra melaksanakan aktivitas keseharian di kampus. Kebetulan hari ini, dia memegang beberapa kegiatan dan bertugas menjadi panitia penyelenggara acara. Dalam beberapa kegiatan kampus, Supra memang turut berpartisipasi di dalamnya. Sering kali dia mendapatkan amanah untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut. 

Seperti hari ini. Dikarenakan dia mengikuti kegiatan kepanitiaan, pada akhirnya Supra pun harus merelakan kelasnya. Dia memang telah mendapatkan izin dari dosen pengampu kelas, maka dari itulah Supra tidak akan menerima masalah walau membolos. Toh, kegiatannya ini juga sangat didukung oleh pihak kampus. 

Kegiatan kepanitiaan itu berakhir di jam lima petang. Hhh, seharian penuh Supra berada di dalam aula kampus. Cukup melelahkan bahkan untuk seukuran seorang Supra sekalipun. Dia memutuskan untuk duduk sejenak seraya melepas penat. Membuang napas lelah sembari memperhatikan panitia lain yang tengah sibuk membereskan aula. 

"Eh Sup, ada temen lo tuh di luar." Seseorang mendatangi Supra, memberi sebuah kabar kalau dia sedang ditunggu oleh orang lain.

Baru saja Supra beristirahat sudah ada orang yang mengganggu. Kening serta alisnya berkerut selintas, bertanya melalui raut wajah saja. Supra tak memiliki banyak energi untuk mengeluarkan suara bahkan sepatah kata pun.

"Temen kelas lo, gue nggak tau namanya. Nungguin lo dari tadi sih sebenarnya, mending sekarang lo temuin deh. Kasihan, kayaknya sih ada hal yang penting banget sampe maksain buat ketemu sama lo." 

Supra termenung, mencoba berpikir dan mengira-ngira. Teman kelas dan dia sangat memaksa untuk bertemu dengannya? Ah iya, sepertinya Supra bisa menebaknya sekarang. 

Mengangguk dan bergegas bangkit dari posisi duduk, tanpa basa-basi Supra pun berjalan keluar menemui orang itu. Ketika orang itu melihat Supra berangsur keluar dari ruang aula, terlihat sekali ekspresi wajah lega dicampur kesal darinya. 

"Akhirnya lo keluar juga, lama banget sih, Sup. Ayo sini, gue mau ngomong sama lo tentang sesuatu hal yang penting pake begete." Ucapnya yang kemudian menarik paksa lengan Supra secara sepihak, membawa Supra agar sedikit menjauh dari pintu aula. 

Orang itu membawa Supra menuju taman depan aula, mempersilakan duduk di sampingnya. Memandangi lawan bicaranya yang bersikap aneh, hal itu sudah cukup menimbulkan berbagai pertanyaan dari pihak Supra. 

"Lo kenapa dah, Lar?" tanya Supra di menit berikutnya, sedikit mengernyit serta melontarkan tatapan heran. 

"Lar, Ler, Lar, Ler," Lawan bicara Supra pun sensi, dia paling anti dengan namanya yang disingkat-singkat begitu. Dasar tidak mengaca, padahal Solar yang memulai lebih dulu.

"Yaudah, Sol. Ada apaan, Sol?" 

"Ini lagi malah Sal, Sol, Sal, Sol. Lo kira, nama gue apaan bisa disingkat seenak jidat?"

DEATH PUZZLEWhere stories live. Discover now