⊹ 15| Piano Concerto No. 17 in C Minor: I - Moderato ⊹

14 6 10
                                    

⊹ 15 ⊹Piano Concerto No

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

15
Piano Concerto No. 17 in C Minor: I - Moderato
Cœur des ténèbres
Heart of Darkness

✦ ✦ ✦

"Maaf, Lady Altairre ...." Kembali, sudah berapa kali Daina mendengarnya dari balik jeruji itu. Tanpa membuka pintu kembar, mudah mengetahui siapa pemilik suara tersebut, tidak lain adalah Marden juga Cloire. Namun, kalimatnya berlalu begitu saja tanpa menetap di kepala sang gadis.

Siapa yang menyangka bahwa ini adalah hari-hari wajar yang dilalui istana ini. Bahwa raja yang mensucikan tanah ini sebenarnya terperangkap dalam kegilaan. Bukan kegilaan seperti mereka yang ada di Bumi, tetapi serupa monster yang haus akan darah. Sekali emosi itu diusik, kematian adalah bayarannya, yang bagi istana ini serupa kecalakaan kecil di tempat kerja. Setiap nyawa yang pergi itu dianggap sebagai pengorbanan yang diperlukan demi Calderion yang bebas dari makhluk kotor suatu saat nanti.

Gila, dunia ini beserta isinya adalah bentuk sebuah kegilaan.

Siapa yang menyangka pula pertolongan yang dulu mereka minta ternyata demi menenangkan Vyzar, bukan untuk membasmi monster. Sebab, dari segala yang mereka coba tidak ada satu pun yang dapat menarik sang raja keluar dari kegilaan itu. Hanya dengan membiarkan waktu berlalu atau berdoa kepada Dewa saja kesadaran itu dapat sedikit kembali. Namun, bila kesadaran tidak kunjung kembali, maka dua pasukan terbaik Calderion akan membawa raja mereka ke sarang monster. Membiarkan kegilaan serupa monster itu berhadapan dengan monster sebenarnya. Bahkan terlalu banyak malam-malam Calderion yang lebih pekat dibanding Masa Kegelapan dulu.

Hingga seorang gadis datang dengan keajaibannya, bersama senandung lembut yang memberi keteduhan bagi jiwa yang terjebak di ujung kewarasan.

Kegilaan itu datang tidak lain dari terkurasnya seluruh energi Dewa yang ada dalam tubuh raja, hasil mencusikan tanah Calderion. Akan berlangsung pada setiap ketururan keluarga kerajaan yang mewarisi kekuasaan. Menjadi alasan pula mengapa perpindahan kekuasaan terjadi saat pewaris dapat membunuh pendahulunya. Sebab, pendahulunya itu sudah terlalu jauh dari kata manusia.

Banyak yang memaklumi itu, sebab pengorbanan itu dilakukan demi kepentingan kerajaan ini. Lalu apakah Daina—Briar harus bersimpati pada kisah itu, adalah tatapan yang ingin sekali gadis itu balas kepada orang-orang di balik pintu.

Kemungkinan terperangkap di sini selamanya, hingga raja terlepas dari kegilaan yang entah berapa lama itu akan berlangsung, adalah pikiran menakutkan. Bagaimana dengan jalan pulang, bagaimana dengan pekerjaan yang ia sukai itu, bagaimana pula dengan jejak Briar yang tertinggal di Bumi. Berada di sini hanya akan menghapus nama Briar selamanya dari muka Bumi dan melebur menjadi Daina. Pikiran yang berhasil mencekik Briar hingga sulit bernapas.

Daina—bukan, Briar tidak berhenti menangis bagai seorang bocah. Terisak-isak hingga lupa untuk bernapas. Wajah penuh kalkulasi itu untuk pertama kali hancur. Guncangan mental yang Vyzar berikan membuka lebar luka masa lampau. Memerangkap Briar, juga hebatnya, Daina dalam labirin penyesalan, trauma, juga takut, tanpa tahu arah keluar.

That Bird Who Yearn the SkyWhere stories live. Discover now