Bagaimana Awalnya ?

355 16 0
                                    

***
Desember 2021

Seorang gadis berhijab putih lengkap dengan pakaian olahraga berwarna biru dengan perpaduan warna putih  yang sudah melekat di tubuh semampainya nampak tergesa memasukkan buku dan beberapa barangnya yang tergeletak diatas meja, di kelasnya. Kelas 10³ (10.C).

Bel pulang telah dibunyikan sejak 10 menit yang lalu dan perempuan itu masih belum selesai dengan urusannya.

Buru-buru Ia meraih tasnya dan melenggang keluar dari kelas, sesekali berlari.

"Yah...Aliyyah..." Seseorang memanggil nama perempuan tersebut.

Perempuan bernama Aliyyah tersebut menolehkan wajahnya kebelakang, menelisik sumber suara tersebut.

Abidzar. Ah, pria itu. Pria manis yang belakangan mengusik pikiran Aliyyah.

Lelaki itu akhirnya berhasil menyamai posisi Aliyyah. Berjalan disampingnya.

"Yah.. kenapa kamu gak pacaran sampai sekarang ?" Tanya Abidzar.

Aliyyah mengernyitkan keningnya. Tiba-tiba sekali pertanyaannya. Ada angin apa sih.

"Kenapa sih ? Tiba-tiba banget pertanyaannya" jawab Aliyyah sedikit ketus. Malas menanggapi.

"Yah..jawab dulu"
Abidzar masih bersikukuh, menahan lengan Aliyyah mengharap jawaban gadis tersebut.

"Ckk..karena gak ada yang suka. Puas" jawabnya, sambil menyentak tangan Abidzar yang memegang lengannya.

"Masak sih..gak percaya gue" Abidzar rupanya masih belum menyerah juga.

"Gue jawab tapi, toloong yah berhenti manggil dengan sebutan Yah yah yah..disangkanya nama gue Buaya apa Ayahmu gitu. Kesel banget gue dengarnya"

"Heheh..iya, diusahain. Yaudah jawab..kenapa gak pacaran sampai sekarang ?"

"Gue pernah janji sama diri gue sendiri untuk gak mau pacaran sebelum umur 17 tahun dan gue mau dekat sama cowok yang cowok itu harus jadi cowok pertama dan terakhir di hidup gue nanti" Jawab Aliyyah, gadis itu semakin mempercepat ayunan kakinya. Guru piket pulang hari itu sudah berdiri di hadapan para siswa yang sudah berbaris ditengah terik siang menjelang sore itu.

"Yah..gue juga, gue mau kayak Lo. Tungguin gue" teriak Abidzar yang masih dapat di dengar oleh Aliyyah.

Aliyyah sempat menoleh kebelakang mendapati laki-laki itu yang menatap tenang kearahnya.

"Dih..mau kayak gue. Lo aja belum putus sama pacar Lu."

"Gue serius Yah..tungguin gue"

"Berhenti panggil gue dengan sebutan itu. Nama gue Aliyyah"

"Iya Al..gue serius"

"Terserah.." jawab Aliyyah ketus namun, sempat menerbitkan senyum simpuhnya.

Ia berlari cepat dan masuk ke dalam barisan bergabung dengan teman-temanya yang sudah mengomel.

"Lama banget sih Al..hampir aja nama Lu kelewat sama anak OSIS" omel Nova.

"Heheh..gue lama dari toilet tadi".

Barisan berubah hening saat guru piket siang mulai memimpin rangkaian apel siang hari itu dimulai dari menyiapkan barisan, menghitung jumlah siswa, laporan kepada guru piket, pencatatan, sampai dengan penyampaian arahan dari guru piket siang itu.

Yah, di SMA Negeri 1 Permata Putih ini selain terdapat apel pagi disini juga ada apel siang. Apel siang dimaksudkan untuk menghitung dan memastikan seberapa banyak siswa yang taat dan tidak bolos sampai jam pulang tiba mengingat anak-anak SMA sangat sering bolos sekolah.

Aliyyah menengok kesamping kanan barisannya. Ia terkejut. Abidzar berdiri disampingnya.

"Al..gue serius sama apa yang gue omongin tadi" lirih Abidzar.

Aliyyah mendengus.

"Beresin noh hubungan Lo sama anak sebelah. Buaya banget Lo jadi cowok"

"Iyaa Al..tungguin gue yah"

Aliyyah hanya menggelengkan kepalanya. Sungguh, sejak bertemu, mengenal, dan bersahabat dengan Abidzar Ia tidak pernah bisa membedakan saat kapan pria itu berbicara serius dan bercanda. Image Abidzar yang sering melawak dan bercanda dengannya seperti menjadi sekat yang membuat Aliyyah sulit mempercayai omongan laki-laki gemini tersebut. Sulit ditembus, radarnya tak terbaca.

Begitulah kisah Abidzar dan Aliyyah bermula.

Harga Sebuah PercayaWhere stories live. Discover now