Raquel telah bertunangan.
Dia tidak butuh cinta, dia butuh menyelamatkan hidupnya. Sejak ibunya dibunuh, semua yang menyentuhnya terasa seperti peringatan.
Satu-satunya cara bertahan adalah masuk ke tempat paling tidak aman. Tempat di mana para pemb...
Troy bergeming, mengepalkan tangannya di bawah. Berdiri tegap dilingkupi kemarahan beku.
Luca berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat. "Lanjutkan, Troy. Kami semua ingin mendengar pengakuan dosamu."
Kening Gilder semakin berkerut menatap Luca bertanya-tanya. Sementaara Troy tidak menunjukkan tanda ia akan membuka suara.
"Siber... Raquel adalah putrinya." Mendapati Luca menatapnya, Silas akhirnya terpaksa mengeluarkan pernyataan itu dan Gilder mendapati dirinya tiba-tiba limbung ke belakang dan menabrak kaki sofa. Sontak, semua orang ditempat itu tercengang dengan fakta yang entah datang dari mana dan dalam sekejap saja sukses memecah-belah kewarasan mereka.
"No way."
"Fuck."
"WHAT?!"
"You must be joking."
Mata mereka terbelalak lebar dan itu diselingi oleh tepukan meriah dari Luca. Sejak chip file itu dibobol, Luca sengaja hanya menyimpan fakta itu sementara bersama Silas untuk sukses menciptakan momen ini. Momen dimana keterkejutan mereka membuncah hebat dan itu diselingi dengan api amarah dari luka lama yang belum kering.
"Dan kalian tau apa yang lebih buruk dari ini?" lanjut Luca mulai mengambil alih. Ia menunjuk-nunjuk Troy seolah menegaskan tersangka utamanya karena memang inilah saat-saat yang tepat untuk memberi makan ego-ego mereka yang terluka. "Dia tau fakta itu sejak awal dan memilih untuk bungkam! Dan keputusannya memulangkan Raquel semalam adalah bukti paling konkrit kalau si brengsek ini berusaha melindungi pengkhianat itu! Karena dia tau aku sudah tau kebenaran itu, dan dia takut aku bisa kapan saja diam-diam menyelinap ke kamar wanitanya dan menebas kepalanya tanpa ragu." Senyum Luca bengis.
"Raquel. Bukan. Pengkhianat!" geram Troy dengan nada rendah.
"See?" pungkas Luca seolah perkataan Troy itu telah membenarkan semua perkataannya.
Hening sesaat. Mereka semua tampak masih syok dan tidak percaya dengan semua yang baru saja ia dengar.
Raquel Whitney, datang menemui mereka hari itu tanpa sedikitpun menimbulkan kecurigaan apa-apa. Ia datang membawa nama Axton Ruffalo dan disaat yang bersamaan, Luca menerima perintah yang sama dari Mikael's. Tak ada yang patut dicurigai, sampai akhirnya Blade secara terang-terangan mulai menunjukkan ketertarikannya pada Raquel Whitney. Dan akhirnya kecurigaan Luca sejak itu terbukti sekarang. Inilah korelasi antara Blade dan Raquel. Mereka serumpun. Mereka satu darah!
Ditengah-tengah keterdiaman itu, semua orang tampak masih berusaha mencerna. Dan dalam sekejap saja, Troy jelas telah ditatap begitu rendahnya.
Remus tiba-tiba bangkit dari duduknya. Langkahnya tenang dan mantap menghampiri Troy, sampai itu berakhir dengan gedebuk suara pukulan dan Troy terjatuh menghantam meja kaca dibelakangnya yang langsung pecah merebak saat itu juga.
Tak ada yang menahan Remus atau berusaha membantu Troy berdiri.
Troy menyeka kasar sudut bibirnya, hendak bangkit, namun Remus langsung menginjak dadanya. Dengan amarah yang meledak-ledak, Remus langsung mengangkat kursi kayu di sampingnya untuk dilemparkan pada Troy dibawahnya, tapi dengan gesit Troy menarik kaki Remus lepas dari dadanya dan secepat itu ia membalik keadaan hingga kini Remus tertelungkup dibawahnya.
Troy menekan keras-keras lututnya diatas punggung pria berkulit gelap itu, sementara tangannya kuat menjepit leher Remus hingga pria itu bernapas putus-putus dan mulai menggunakan mulutnya meraup udara sebisanya.
Tahan dan terus ia tahan di posisi itu, Troy tampak kesetanan dan ia benar-benar nyaris membunuh Remus dengan tangannya sendiri kalau saja ia tidak segera sadar dan melepas kunciannya.
Remus terkapar lemas dan napasnya berhamburan.
Troy berdiri dengan amarah yang membuncah, menyeka kasar darah di sudut bibirnya.
"KU KATAKAN PADA KALIAN SEMUA! RAQUEL, BUKAN, PENGKHIANAT!" bentaknya keras. Kali ini ia seakan mendapatkan kekuatan untuk berbicara lantang. "Lahir dari darah pejuang bukan berarti kau suci! Dia tidak melakukan apa-apa selain memiliki darah Siber ditubuhnya! Dan apa itu membuatmu merasa lebih bersih? Kita, semuanya disini? Dia bahkan hanya gadis kota yang tidak tau apa-apa! Tidak sebanding dengan kau, kau, dan kalian semua yang telah berjalan ditengah-tengah banyaknya kepala yang berjatuhan bahkan tanpa malu mengangkat dagu angkuh!"
"WATCH YOUR FUCKING MOUTH! Kau tidak bisa membandingkannya dengan cara seperti itu!" balas Luca sengit. Ia menunjuk-nunjuk ke arah luar sembari berkata, "Raquel Whitney adalah putri Siber dan itu mutlak! Siber dan pengikutnya telah membunuh banyak orang; termasuk ayah ibumu, orang tuaku, ibu Gilder—orang tua mereka... dan bahkan kali ini Hoper! Dan apa itu tidak membuatmu sedikit saja merasa perlu untuk membalas dendam?!"
"YA! Itu yang ku usahakan selama ini. Tapi Raquel sama sekali tidak bisa kau masukkan dalam hal ini!"
Lagi-lagi perkataan Troy itu membuat Luca merebakkan tawa menggelegar. "Raquel, adalah satu-satunya hal terakhir tentang Siber yang Blade miliki! Tentu itu membuat nilainya samgat berharga. Jadi jika kau ingin balas dendam atas Blade, maka Raquel adalah sasaran yang pas. Itu pikirku, tapi malam ini ada brengsek sialan yang telah menghancurkannya dan membuat Raquel akhirnya berada tepat di sangkar emasnya." Terlindungi dan tanpa celah untuk merebutnya kembali. "Sekarang, jika kesepakatan kita melepaskan Raquel adalah untuk tujuan balas dendam, maka aku akan setuju dan kita akan langsung menyusun strategi pembebasannya," lanjut Luca. Ia maju selangkah, berhenti sejengkal di depan wajah Troy. "Tapi, jika bukan itu tujuanmu, go ahead... make your own way, Traitor." Luca menepuk-nepuk pipi Troy keras-keras, lalu beranjak pergi dari sana.
Gilder menghela napas kasar, kemudian menyusul pergi. Derek beranjak membawa tas persenjataannya, sementara Quill dan Sander membantu Remus berdiri dan memapahnya ke kamarnya. Jelas sekali, mereka sengaja menghindari Troy. Berpikir pria itu mungkin sudah gila lebih memilih seorang wanita yang bahkan baru ditemuinya ketimbang keluarganya sendiri—phoenix.
Troy putus asa, ia berbalik badan hendak pergi begitu saja, tapi keberadaan Silas yang masih berdiri ditempatnya membuat Troy langsung terpaku.
Sialan. Tidak mungkin pria itu masih mau bicara dengannya.
"Silas..."
Silas mengangguk menenangkan. "Aku percaya setiap tindakanmu selalu punya alasan dibaliknya," katanya. Kemudian mengangkat tab nya memperlihatkan apa yang baru saja ia dapatkan. "Begitupun aku selalu punya alasan berdiri di belakangmu."
Kedua bahu Troy langsung melemas. Ia menelengkan kepala menatap Silas tidak percaya.
⏳
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Thx for always being there for my Troy, Silas. You deserve world☀️ .