53 | Make Your Own Way

183 19 1
                                        

Raquel tidak meninggalkan jejak apapun.

Satu fakta itu telah berhasil membuat Troy melampaui batas kemampuannya untuk tetap berpikir dengan tenang setelah ia mendatangi kembali apartment Raquel untuk mencari petunjuk apapun yang mungkin ada. Tapi nihil, semua itu tidak membuahkan hasil apa-apa. Maka tak ada lagi yang bisa Troy lakukan selain mengendarai motornya kembali ke pugh untuk mendapatkan bantuan. Sekalipun itu sangat mungkin membuatnya harus memohon kepada Luca.

Nyaris menunjukkan pukul 4 pagi, deruman motor Troy sudah mengaum buas memenuhi jalanan setapak ditengah-tengah hutan yang rindang. Jauh di belakngnya, menyusul deruman motor-motor para anggota phoenix yang juga baru pulang dari villa Blade tadi. Keenam pengendara berjaket logo Phoenix itu saling berbaris membentuk koloni. Lampu-lampu kendaraan mereka kontras menjadi satu-satunya penerangan yang membuncah dikegelapan hutan.

Begitu akhirnya sampai di pelataran Phlox Bar & Barley, Troy menghentikan motornya paling depan. Ia menatap teman-temannya yang menyusul di belakang, lalu beranjak masuk menuju pugh.

Sesuai dugaan, Luca dan Remus hanya sedang bersantai di sofa depan. Atau sebenarnya itu tidak termasuk dengan Luca yang terlihat sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya dan Troy tebak pria itu sedang mengurus transaksi peerdagangan bawah tanah milik phoenix.

"Kau kembali?" sinis Luca bahkan tanpa menoleh. "Aku tidak akan heran jika kali ini Phoenix kehilangan anggota lagi setelah kalian pergi begitu saja bahkan tanpa rencana yang matang." Luca mendongak dari layar laptopnya menatap Troy. Ia tau mereka diam-diam ke markas Blade, "Ouh—atau itu memang tanpa rencana sama sekali?"

Troy menghembuskan napas pelan dari mulutnya. "Connor membawa Raquel," ujarnya.

"What?"

"Dan markas mereka kosong, mereka sudah pindah."

"What?"

"Aku tidak menemukan jejak ap—"

Luca tertawa hambar. "Tidak, aku sama sekali tidak meminta penjelasanmu. I mean—what? What's wrong with that? Itu sudah tertebak sejak beberapa jam yang lalu kau tidak mendengarkanku dan bersikeras untuk memulangkannya!" bentak Luca dengan penekanan. Ia menunjuk-nunjuk Troy dengan geram. Luca menutup laptopnya kasar dan menghempas punggung ke sandaran sofa, tampak berang.

Di belakang, Gilder dan keempat hoplite baru memasuki pugh sembari menenteng masing-masing persenjataan yang telah mereka siapkan. Itu membuat Luca dan Remus semakin tidak biisa menahan dengusan gelinya. Mereka benar-benar berusaha keras. Hanya terdiri atas 6 orang dan mereka dengan gagahnya menyerbu ke kandang lawan. Itu benar-benar tak lebih dari melakukan aksi bunuh diri. Mereka hanya selalu mengedepankan nyali dan tidak memakai otaknya sama sekali.

"Jika keberadaanmu disini tidak mengancam keselamatannya, aku juga tidak akan berani mengambil langkah untuk memulangkannya, sialan."

     Keheningan di ruang bawah tanah itu membuat gertakan kecil Troy terdengar lebih lantang. Tapi itu memang tidak berniat disembunyikan.

Sukses, semua pasang mata menatap Troy bingung. Mereka jelas belum tau apa-apa karena Luca sengaja menunggu momen ini tiba; momen yang tepat untuk mengungkap semuanya sekaligus menjatuhkan Troy di hadapan anggota lain. Dan Troy sendirilah yang baru saja melepaskan amunisi itu.

Luca menyunggingkan senyum penuh kemenangan.

Gilder melangkah mendekat, langsung menarik bahu Troy agar berbalik menatapnya. "Apa maksudmu? Kenapa keberadaan Luca mengancam keselamatan Raquel?" tanyanya to the point.

The Way Time Made USWhere stories live. Discover now