'Semoga saja ia bisa lolos, entah apa tujuan mereka... Aku berharap tidak akan tertangkap lagi.' Ujar batin Elena berdoa, satu harapan Elena, semoga saja surat yang ia tulis bisa sampai dengan cepat kepada Navarez.

Sayup-sayup Elena mendengar seseorang berbicara, Elena menaruh tangannya menggenggam kalung di lehernya, memejamkan matanya ketakutan.

"Maaf tuan, pemilik kamar ini sepertinya pergi ke geladak, karena saya sempat melihat pemilik kamar ini keluar tadi." Ujar pria paruh baya itu, memang setengah jam yang lalu ia melihatnya pergi ke geladak, wajar saja karena banyak orang yang belum melakukan perjalanan merasa pusing di awal jika terlalu lama tinggal di dalam kapal.

Kallias melirik sekilas, mengangguk kecil, pergi ke pintu sampingnya.

Diana menahan debaran jantungnya, semoga saja si cantik ini tidak akan tertangkap lagi. Beberapa hari yang lalu, Diana sudah melihat seberapa besar kakaknya marah saat itu. Dan dugaan Diana menjadi semakin kuat, Kakaknya benar-benar menyukai si cantik!

Entahlah, Diana awalnya berpikir tidak apa-apa kakaknya bersama si cantik. Hanya ketika bersama si cantik kakaknya tidak merasakan panas terbakar ketika menyentuh seorang wanita. Tetapi semuanya harus berakhir, apa pun yang terjadi.

Di dalam tubuh si cantik ada dua janin yang harus kembali, masih ada suami dan keluarga dari si cantik yang menanti kepulangan mereka.

"Ini pintu terakhir, jika ini bukan dia berarti masih ada satu kapal lagi yang tersisa keberangkatan di malam hari." Ujar Mathew.

Diana segera tersadar, menegakkan tubuhnya, melihat orang yang keluar bukan si cantik Diana menghela nafas lega.

Tangan Kallias mengepal kencang, menahan amarah. Jika bukan karena Diana adikknya, sudah Kallias hukum adiknya saat itu juga. Tetapi melihat tatapan lega Diana barusan, Kallias semakin marah.

"Kita akan mencari lagi, gadis itu dikeberangkatan nanti malam." Ujar Kallias tajam, melangkah keluar dari kapal.

...

Elena menghela nafas lega, ketika seseorang berkata melihatnya keluar tadi. Elena memang keluar karena merasa tidak nyaman, apalagi rasa kantuk dan mual secara bersamaan terus terjadi setiap hari, membuatnya kehabisan tenaga.

Elena merangkak keluar dari bawah ranjang, menatap keluar jendela punggung lebar kokoh seorang pria yang perlahan berjalan menjauh.

Telinga Elena mendengar bunyi Ship Whistle, mengingatkan orang-orang di pantai bahwa kapal akan berangkat.

Tak lama, kapal perlahan mulai berangkat berjalan menjauh dari pelabuhan. Elena akhirnya bisa benar-benar tenang saat ini, meski pun rasa takutnya masih ada. Elena tidak sabar menunggu keesokkan harinya tiba di Kekaisaran Selatan.

Akhirnya Elena memilih untuk membuka tasnya, melihat beberapa makanan kesukaannya Elena tanpa sadar memakan semua makanan itu hingga habis.

Membuat Elena membulatkan mata lucu, berkedip-kedip.

"Sepertinya saat ini aku terlihat seperti seorang tunawisma yang kelaparan..." Ujar Elena, tangannya tanpa sadar mengelus perutnya sedikit mengembang. Elena ingin menangis tanpa air mata, apakah sudah saatnya untuk menurunkan berat badan?

Elena memukul perutnya pelan, "Huh, aku akan membakar kalian semua para lemak jahat!" wajah Elena sedikit murung dan sedih.

Setelah setengah jam duduk menatap jendela, Elena memilih ber-istirahat, membaringkan tubuhnya terlentang di atas ranjang. Mulai memejamkan matanya dan menghitung domba melompat. Anehnya Elena baru saja menghitung lompatan domba ke empat langsung tertidur dengan nyenyak.

Oh I Got You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang