Bagian 32

3.1K 247 12
                                    

Sudah hampir dua minggu ini Sunoo giat berlatih untuk memantapkan dirinya menjadi seorang vampir. Ia sudah bisa menguasai pertarungan baik berkelompok maupun one by one. Beruntung sekali Sunoo dianugerahi Double Blood sehingga ia belajar menguasai diri dengan cepat.

Namun, untuk urusan tenaga dalam, nampaknya lelaki manis itu mesti belajar lagi. Karena Sunoo masih sulit mengontrol emosinya. Bisa-bisa kastil Klan Moroi hancur lebur jika tidak ada Sunghoon yang bertindak sebagai pawang.

"Fokus, Sunoo!" perintah Sunghoon yang tengah berdiri di ujung gelanggang.

Ya, sekarang Sunoo tengah berlatih dengan lelaki itu. Susah payah Sunoo melawan Sunghoon yang dengan mudahnya menghalau semua serangan Sunoo yang bertubi-tubi.

Hush!

Sunghoon mulai menyerangnya. Namun, dengan cekatan Sunoo menghindar.

Melihat itu Sunghoon tersenyum. "Bagus! Terus fokus dan lawan aku."

Sunoo yang dipuji seperti itu kembali bersemangat. Ia mulai mengeluarkan kekuatan spiritualnya lalu mengarahkannya ke Sunghoon yang tiba-tiba sudah menghilang dari tempat terakhirnya berdiri.

Lelaki itu berlari. Tanpa aba-aba Sunoo kembali mengarahkan serangannya ke Sunghoon secara bertubi-tubi, mengikuti ke mana arah lelaki itu berlari untuk menghindari semua serangannya. Astaga, Sunoo kewalahan berlatih dengan Sunghoon. Kekuatan berlari lelaki itu sangat cepat dan perhitungannya selalu tepat.

Ah, kalau seperti ini siapa yang tidak kasmaran melihat sosok Sunghoon?

Kekuatannya oke, penampilannya tidak perlu diragukan lagi, otak cerdas, berkarisma, dan ditambah memiliki jiwa pemimpin yang kuat. Oh, Good! Sunghoon benar-benar definisi lelaki idaman yang sesungguhnya.

"Fokus!"

Teriakan tersebut membuat Sunoo mengerjap. Dirinya menolehkan pandangan mencari keberadaan Sunghoon yang hilang dari tempat terakhirnya berdiri. Namun nihil, Sunghoon tidak ada.

Ah, Sunooa... Kenapa harus berpikir macam-macam di saat seperti ini?

"Sudah ku bilang untuk fokus, Sunoo."

Bisikkan lembut dari arah belakang diikuti dengan tangan kekar yang melingkar dipinggang Sunoo membuat lelaki manis itu langsung kehilangan orientasinya. Mata Sunoo yang sedari tadi berwarna biru laut—menandakan lelaki manis itu tengah dipengaruhi oleh kekuatannya— perlahan mulai memudar dan digantikan dengan iris hitam. Lelaki manis itu lalu menatap tangan Sunghoon yang masih melingkar di perutnya sambil tersenyum.

"Waktunya istirahat." Sunghoon berucap sambil meletakkan kepalanya di bahu Sunoo. Menghirup dalam-dalam aroma lelaki manis itu yang entah sejak kapan menjadi candu baginya.

Sunoo terkekeh. "Sunghoon, bagaimana aku bisa istirahat kalau kau terus memelukku, hm?" Sunghoon refleks membuka matanya dan melepaskan tangannya. Sungguh, Sunghoon merasa sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri jika berdekatan dengan Sunoo.

Sunghoon menggaruk tengkuknya lalu berdeham jaim. "Sana makan! Kau masih memerlukan asupan."

Sunoo mengangguk geli, matanya tak lepas menatap Sunghoon yang kini tengah salah tingkah. Aw, lucunyaaa...

"Kalau begitu aku duluan," pamit Sunoo.

"Aku temani," ucap Sunghoon yang langsung dibalas anggukan oleh Sunoo.

Baru saja membalikkan badan, mereka melihat Jay, Jake, Heeseung, Nicholas, Seon, dan Yeonjun yang berdiri menjajar di belakang mereka.

"Alpha, kami butuh bicara," ucap Yeonjun yang membuat Sunoo dan Sunghoon saling berpandangan sesaat.

"Baik, aku akan mengantar Sunoo terlebih dahulu."

Dengan cepat Sunoo menggelengkan kepalanya membuat Sunghoon menatapnya tak suka. "Aku bisa sendiri."

"Nona Sunoo bisa diantar Seon dan Nicholas," ucap Yeonjun lagi.

Belum sempat Sunghoon protes, Sunoo langsung mengiyakan usul sang Beta, lalu bergegas pergi meninggalkan kawanan Sunghoon disusul Seon dan Nicholas yang berperan sebagai pengawal.

"Ada apa?" tanya Sunghoon to the point.

"Tuan Desung datang. Dia menunggumu."

Dan ucapan Jay barusan mampu menyentak Sunghoon.

Ah, mau apa bajingan itu mendatangiku?

⸙⸙⸙

"Mana lelaki manis Double Blood itu?"

Gotcha!

Setelah sekian lama Sunghoon dan yang lain mendengarkan ocehan tak berfaedah orang di depannya, akhirnya ketahuan tujuan lelaki itu. Yaa... mencari Sunoo.

"Siapa yang kau maksud?" Sunghoon berucap tanpa sopan santun dengan orang yang lebih tua darinya. Hei, siapa juga yang mau bersikap seperti itu dengan seorang bajingan ini?

Desung menertawakan Sunghoon yang masih saja menutup-nutupi lelaki manis itu. "Hei, Nak! Kau tidak bisa membohongiku. Serahkan lelaki manis itu atau kau akan tahu akibatnya."

Ya, kucing yang sudah lama bersembunyi kini muncul dengan taringnya.

Sunghoon terkekeh. "Kau tidak pantas berada di sini. Pergilah! Aku tak membutuhkan tamu tak tahu diri sepertimu," ucap Sunghoon lantang.

Setelah mengatakan itu, Sunghoon bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan besar yang disiapkan untuk menjamu tamu yang datang. Tapi bukan tamu seperti Klan Strigoi yang dia harapkan.

"Alpha Sunghoon!" Suara Tuan Desung menggelegar mengisi ruangan, membuat Sunghoon dengan refleks menghentikan langkahnya. "Seminggu lagi, ku tunggu kau di hutan terlarang." Tuan Desung memberi jeda pada ucapannya, membuat Sunghoon langsung membalikkan badannya guna berhadapan langsung dengan sang lawan.

"Silakan pilih. Kau lebih melindungi lelaki manis itu atau Klan-mu."

Sunghoon mengangkat bahu acuh, mencoba menampakkan sisi bahwa ia tidak takut dengan segala ancaman pria tua bangka di hadapannya. Sunghoon tahu betul makna dari ucapan pria itu. Kaum lawan sudah mengibarkan bendera perang, siap untuk melawan. Dan kesempatan itu amat sangat tak ingin Sunghoon lewatkan. Walau ada sebersit perasaan khawatir perlahan hinggap di tubuhnya.

"Menarik." ucapan Sunghoon terasa ringan. Berbanding terbalik dengan empat orang yang sedari tadi duduk hanya mendengarkan obrolan keduanya. "Aku terima tantanganmu."

Sunghoon memasang senyum remeh lalu membalikan tubuhnya dan kembali berjalan. Namun, langkahnya kembali terhenti kala ia merasa telah melupakan sesuatu.

"Ah... jangan lupa, bawa anak bejat kau itu."

Setelah mengatakan itu, Sunghoon benar-benar pergi. Bahkan ia tidak mengetahui ada seseorang yang sedari tadi bersembunyi di balik pilar untuk mendengarkan obrolan mereka.

Orang itu kemudian termenung.

Haruskah ia membiarkan semua ini terjadi?

Atau malah menyerahkan diri?

.
.
.

TBC

[END] TRAPPED BY YOUWhere stories live. Discover now