Bagian 25

3.6K 371 10
                                    

ALAM GAIB BAG. B

---

Sunoo terus menatap Haruto yang masih memejamkan mata di pembaringannya. Tak tahu sampai kapan lelaki itu berada di alam bawah sadarnya sendiri. Yang jelas, Sunoo sangat rindu dengan sosok di hadapannya.

“Sudah tiga hari aku berusaha menyadarkan Haruto. Tetapi tubuhnya menolak.”

“Haruto baik-baik saja. Jiwa serigalanya hanya butuh penyesuaian dengan tubuhnya.”

“Untuk sementara, biarkan Haruto seperti ini. Kaum ku siap untuk menampung Haruto sampai kawanan dia mencari Alphanya.”

“Haruto adalah Alpha Klan Serigala. Aku tahu dari symbol serigala hitam di bahunya. Kemungkinan werewolf yang mengigit dia tahu, kalau Haruto akan memimpin pack mereka. Kita hanya perlu menunggu kawanan itu sadar di mana Alpha mereka.”

Begitulah sekilas cuplikan perkataan Sunghoon tadi. Ah hebat, baru menjadi werewolf, lelaki itu sudah dinobatkan menjadi Alpha. Namun, Sunoo merasa prihatin juga bingung. Jika lelaki itu tersadar, apa persahabatan mereka akan terus terjalin? Apa persahabatan mereka akan seperti sebelumnya? Atau justru semua berubah?

“Tidak ada yang berubah, Sunoo.”

Sunoo menoleh saat mendengar suara yang amat dikenalinya. Sosok itu berdiri di daun pintu dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Ah, Sunoo sadar. Lelaki itu kini memakai baju ‘kebesarannya’, membuatnya terlihat begitu tampan juga gagah. Belum lagi rambut lelaki itu yang biasa menutupi dahi kini terangkat. Istilahnya hair up.

Ah, bolehkan Sunoo pingsan sebentar?

Sunghoon nampak terkekeh sebentar menyadari pikiran konyol Lelaki manis itu, lalu mulai berjalan mendekat. “Ingin jalan-jalan?”

Sunoo mengerjap sesaat kemudian mengangguk.

“Ingat, jangan sampai terluka,” pesan Sunghoon.

“Kenapa?”

“Karena jika kau terluka, ramuan penyamar auramu akan hilang.”

“Ramuan?” Otak Sunoo langsung bekerja cepat dan mendapati tabung yang tadi Sunghoon kasih.

“Iya, ramuan penyamar aura. Jadi, Klan alam gaib tak akan sadar jika kau bukanlah bagian dari kami. Singkatnya, ramuan itu menghapus aura manusiamu selagi kamu tak terluka atau mengeluarkan darah.”

Sunoo mengangguk mengerti. “Menyeramkan.”

“Kau tak perlu khawatir. Ada aku yang akan menjagamu. Tenanglah.”

⸙⸙⸙

Bisa dikatakan kegiatan penduduk di alam gaib dengan alam manusia tak jauh berbeda. Di sini ada peternakan, perkebunan, dan masih banyak lagi seperti dunia manusia pada umumnya. Namun, betapa kagetnya Sunoo saat Sunghoon mengajaknya jalan-jalan ke pasar alam gaib karena banyak makhluk-makhluk aneh di sana.

“Alam gaib bukan hanya tempat para vampir maupun werewolf. Karena yang namanya alam gaib itu diisi dengan makhluk-makhluk immortal. Ada Klan raksasa, siluman, wizzard, dan masih banyak lagi,” jelas Sunghoon.

“Lihatlah, makhluk-makhluk itu wujud asli mereka. Dan mereka juga dapat berubah seperti kita. Jadi manusia,” tambahnya.

Sunoo mengangguk, lalu mulai berjalan mengikuti Sunghoon meninggalkan pasar menuju tempat sepi seperti tanah lapang yang di depannya terdapat hutan yang begitu rimbun.

“Ini hutan terlarang. Siapa pun dilarang keras masuk ke hutan ini tanpa izin juga pengawasan. Masuk, sama saja mencari mati. Walaupun hutan ini banyak menghasilkan tumbuhan obat yang berguna untuk Klan alam gaib. Namun, tak sembarangan orang boleh masuk. Di sana banyak Klan monster dan iblis, mereka buas dan tak segan-segan membunuh siapa pun dan dari Klan mana pun.”

Sunoo bergidik ngeri. Lagi-lagi ia hanya mengangguk menanggapi Sunghoon yang hari ini lebih banyak mengeluarkan suara di banding dirinya.

“Sunghoon,” panggil Sunoo.

“Hm?”

“Bagaimana rasanya jadi menjadi vampir?”

Sunghoon menoleh menatap Sunoo dengan sorot mata yang, entahlah, Sunoo tak bisa menebaknya.

“Kita cari tempat lain.”

Di sinilah mereka sekarang. Taman kastil yang indah karena banyak bunga-bunga yang Sunoo kagumi. Namun lagi-lagi, ada saja yang membuat Lelaki manis itu ngeri. Di tengah-tengah taman ada air mancur di mana air tersebut berwarna merah seperti darah. Ah, bukan seperti, nampaknya itu memang darah asli. Sunoo meringis takut, kemudian mendudukan dirinya di rerumputan hijau tepat di hadapan Sunghoon.

“Kau suka?” tanya Sunghoon. Pasalnya selama beratus tahun Sunghoon tinggal di sini, dia kerap kali tak menghiraukan bunga-bunga yang tumbuh di taman kastil. Menurutnya tak menarik. Namun, entah mengapa kini berbeda.

Sunoo mengangguk sambil tersenyum. Dirasa cukup mengagumi bunga-bunga tersebut, dia beralih menatap Sunghoon. “Bagaimana rasanya menjadi vampir?”

“Tak buruk. Apa pun yang kau inginkan, pasti bisa kau dapatkan,” jawab Sunghoon, “Kecuali ... kebahagiaan.”

Sunoo mengerjap sesaat, merasakan pandangan Sunghoon yang kian meredup. Kebahagiaan? Lelaki itu tak pernah merasakannya?

“Benar. Selama ini belum ada rasa bahagia yang benar-benar ‘bahagia’ menurutku.” Sunghoon terkekeh sebagai jeda dalam kalimatnya. “Yang satu itu, akuu bingung ke mana mencarinya.”

“Sunghoon.” panggil Sunoo parau. Tak urung bibir Lelaki manis itu melengkung membuat senyuman kecil yang begitu menenangkan sosok yang melihat senyumnya.

“Pulang!” ucap Sunghoon yang langsung diangguki oleh Sunoo. Sunghoon hendak berdiri. Namun, entah karena apa lelaki itu malah terjatuh sehingga tubuhnya menubruk Sunoo. Jadilah mereka terjatuh dengan posisi yang, errr, memalukan.

Sunoo mengerjap. Tubuhnya memanas menyadari posisi mereka yang tidak wajar. Kini tubuh Sunghoon berada di atasnya dengan kepala lelaki itu yang berada di perpotongan leher milik Sunoo.

Sunoo terdiam sesaat, tubuhnya membatu, seakan tak menolak perlakuan Sunghoon. Namun di sisi lain Lelaki manis itu panik, takut jikalau Sunghoon hilang kendali dan menggigit lehernya tanpa aba-aba.

Sunoo berdehem sambil menggerak-gerakkan tubuhnya, bermaksud mengusir lelaki yang ada di atasnya. “Sunghoon.”

“Hm?” gumam lelaki itu tanpa menggeser tubuhnya barang sesenti pun. “Sunoo—”

“Iya?”

“Rambutmu wangi,” bisik Sunghoon tepat di telinganya, membuat Sunoo harus menahan geli yang kian menggelitik.

Untuk sesaat, Sunoo kehilangan orientasinya. Dadanya bergemuruh cepat, tubuhnya seketika memanas, dan darahnya berdesir hebat. Ah, segini parahkah reaksi tubuhnya terhadap kalimat Sunghoon barusan?

Sunghoon menarik tubuhnya lalu berdiri. Menatap kaki jenjang milik Sunoo sekilas, lalu menyerahkan tangannya. “Bangunlah, kau masih ingin pulang, kan?”

Tanpa babibu Sunoo mengangguk, lalu mengambil uluran tangan Sunghoon untuk berdiri. Selanjutnya lelaki itu menjentikan jari lalu muncul portal seperti sebelumnya. “Masuk!”

“Iya.” Sunoo memandang sekilas ke arah taman, lalu bergantian memandang kastil. Entah mengapa rasanya berat meninggalkan tempat ini, belum lagi ada Haruto di sini. Ah, padahal Sunoo baru sebentar bermain-main di sini dan Sunghoon sudah terburu-buru membawanya kembali ke dunia asalnya. Huh, tak adil!

“Kau bisa ke sini lagi kapan pun kau ingin.” Sunoo menoleh ke arah Sunghoon yang tengah memandang ke arah lain, lalu tersenyum tulus dan maju beberapa langkah untuk mengikis jarak mereka.

“Terima kasih, Sunghoon,” ucap Sunoo sambil menarik kedua pipi lelaki itu, mencubitnya gemas. Sementara Sunghoon hanya bisa terdiam sambil menatap Sunoo.

Sunoo menarik tangannya sambil terus memamerkan deretan gigi putihnya yang entah mengapa malah membuat Sunghoon kehilangan kendali. Lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya dengan pipi yang terasa panas, enggan untuk memandang Sunoo.

Ah, lelaki itu benar-benar menggemaskan.

[END] TRAPPED BY YOUWhere stories live. Discover now