06 : Dilemma 🔞

3.2K 281 4
                                    

Malam mulai menjemput, apartemen sederhana yang ditinggali oleh Renjun saat ini diisi oleh suara-suara desahan milik sang alpha bertubuh mungil yang tengah duduk di atas pangkuan alpha lainnya yang memiliki tubuh jauh lebih besar darinya.

Setelah menerima pesan dari Renjun satu jam yang lalu, Jeno pun segera memacu mobilnya ke arah apartemen sang sepupu dan pemandangan yang pertama kali menyambutnya adalah Renjun yang tengah terletang di atas kasurnya tanpa menggunakan sehelai kain apapun.

"Ughhh" leguh Renjun saat Jeno menghisap kuat tonjolan merah muda miliknya. Tangan kekar milik Jeno melingkar sempurna di pinggang ramping Renjun yang kini sedang bergerak ke kanan, kiri, naik dan turun.

Jeno yang tengah fokus menyusu pun seketika menghentikan kegiatannya dan menatap wajah berkeringat Renjun yang tengah menatap kosong ke arah luar jendela kamarnya.

"Kau terlihat tidak fokus?" Tanya Jeno yang kemudian mendaratkan beberapa kecupan di dada sang sepupu.

"Mmnhhhh, fokus saja denganhh lubangku Lee Jeno!" Sahut Renjun dengan nada kesalnya yang kemudian menggigit kuat bibirnya, kukunya menancap sempurna di bahu tegap milik Jeno saat si pemuda Lee dengan sengaja menekan titik nikmatnya.

Jeno yang mendapati wajah galak Renjun pun terkekeh dan mengecup singkat rahang milik Renjun. Rahasia kotornya dengan Renjun hanya diketahui oleh keduanya, entah apa yang akan terjadi kalau semisal kedua orangtua Jeno mengetahui perbuatan keduanya saat ini.

"Aku menemukan dokter lain, dari yang aku baca dia psikiater terbaik di Jerman. Mau mencobanya?" Tanya Jeno sembari mengusap sensual pinggang Renjun, membuat sang lawan bicara pun menghentikan gerakan pinggulnya dan menatap datar alpha di hadapannya.

Tanpa membuka suaranya, Renjun pun melepaskan milik Jeno dari lubangnya yang mengundang ringisan kecil dari bibirnya. Dengan segera si pemuda Huang berjalan ke arah nakasnya untuk mengambil sebatang rokok milik Jeno dan berjalan ke arah balkon, meninggalkan Jeno yang tengah menghembuskan nafasnya pelan.

Untuk beberapa saat Renjun berdiam diri di atas balkonnya tanpa memperdulikan dirinya yang tengah telanjang bulat saat ini, ia menyalakan rokok di bibirnya dan menghisap kuat batang tembakau tersebut.

"Aku tidak bermaksud membuat moodmu jelek." Ujar Jeno yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang tubuh Renjun sembari memeluk erat perut si pemuda Huang, sesekali mendaratkan kecupan di punggung dan bahu Renjun.

"Kalau kau sudah bosan membantuku atau sudah menemukan omegamu tinggal katakan Jen. Sudah aku bilang aku malas berurusan dengan psikiater yang membuatku semakin gila!" Ujar Renjun dengan nada dingin dan tajamnya yang membuat Jeno menghembuskan nafasnya lagi.

Tanpa membuka suaranya, Jeno mengambil rokok yang berada di antara bibir Renjun dan mematikkannya lalu membuangya secara asal.

"Ya ya, maaf. Tapi kau tidak bisa terus-terusan seperti ini Renjun." Jeno berujar dengan suara beratnya yang terdengar lembut.

"Bagaimana kalau aku dan Jaemin sudah tidak bisa membantumu? Kau akan mencari orang lain begitu? Kau harus menemukan omegamu Renjunie. Harus ada keinginan di dalam dirimu untuk sembuh." Lembut Jeno sembari mengusap lembut perut Renjun, membuat Renjun yang terpancing emosinya pun meninju kuat pembatas balkon di depannya. Membuat Jeno yang melihatnya pun membulatkan matanya dan dengan segera memutar tubuh Renjun untuk menghadap dirinya.

"Yak! Kau benar-benar sudah gila!" Panik Jeno saat mendapati buku tangan Renjun memerah dihiasi dengan bercak kebiruan.

Renjun yang mulai menyadari perbuatannya pun membulatkan matanya dan menatap tangannya yang mulai sedikit memar.

Waves Of The OceanWhere stories live. Discover now