"Enggak," elak Tarendra walau tubuh itu bereaksi sebaliknya. Selain pening yang menyerang Tarendra juga terusik dengan rasa nyeri pada setiap persendiannya. Jika sudah begini, biasanya dia akan terserang demam.

"Nggak usah bohong, Pak." Ellie mencebik, padahal jelas sekali bahwa Tarendra hanya menyangkal.

Selain itu, Ellie juga tahu bahwa hari yang dijalani Bosnya tidak pernah mudah. Terlebih hari ini, setelah Nico berhasil ditangkap dan dibawa ke kantor. Ellie bisa membaca sebesar apa kecewa yang Tarendra pendam setelah dua kali dikhianati oleh orang yang pernah ia percaya selayaknya keluarga.

Namun ia tak akan mengungkit hal itu, tentu Tarendra butuh waktu untuk meredakan emosinya sendiri. Maka dari itu Ellie berniat segera pergi tapi sebuah map yang tergeletak di atas meja malah menarik perhatiannya.

"Bapak udah ngurus surat-suratnya Jesher?"

Tarendra ikut memandang pada map yang teronggok di sana. "Iya."

Ellie hanya mengangguk dan tak lagi bertanya, segera ia beranjak saat Tarendra terlihat semakin muram. Sebisa mungkin ia harus menjaga suasana hati lelaki itu untuk sementara, sebab dia akan jauh lebih sensitif saat sedang tidak sehat.

Suara pintu yang tertutup rapat menjadi akhir dari kepura-puraan seorang Tarendra. Setelah atensi sang asisten tak lagi tertangkap mata ia langsung mengembuskan napas panjang. Memijat pelipis dan bahunya kemudian.

Lalu tangannya terjulur mengambil map tersebut, membukanya lantas membaca satu nama asing yang berada di bawah baris namanya dalam sebuah kartu identitas keluarga.

Alby Zaid Ranajaya.

Alih-alih memasukkan nama Jesher, Tarendra justru memasukkan nama yang lebih ia sukai untuk anak itu. Sebuah nama yang berarti kebaikan hati yang terus bertumbuh. Tarendra harap putranya menjadi sosok yang akan terus menyebarkan kebaikan dan menyayangi orang-orang disekitarnya.

Karena Jesher tak memiliki surat identitas apapun, Tarendra juga harus membuatkan akta kelahiran baru untuknya, tentu dengan nama yang sama dengan yang ia masukkan dalam kartu keluarga.

Setelah menyelesaikan semua itu, ia jadi memikirkan bagaimana dengan jenjang pendidikan Jesher yang bahkan tidak lulus sekolah dasar?

Diam-diam Tarendra mulai mimikirkan berbagai cara licik guna membuat keterangan palsu untuk Jesher. Tapi pikiran buruk itu segera ia tepis jauh-jauh, mengingat Jesher yang juga masih belum membutuhkannya untuk saat ini.

Setidaknya anak itu tidak buta huruf, dia bisa menghitung dan membaca juga sudah cukup.

— — —  S T R A N G E R — — —

"Kak Ellie, itu buat siapa?" Suara Jesher yang berasal dari meja makan menyatu dengan suara dentingan sendok milik Rival juga derap langkah kaki Ellie yang melewati mereka.

"Buat Pak Rendra. Nggak ikut sarapan soalnya lagi demam."

"Sini biar aku aja," ujar Jesher setelah melahap suapan nasi goreng terakhirnya. Dengan cepat ia bangkit mengambil alih nampan yang Ellie bawa dengan dua tangan.

"Hati-hati ya. Pak Rendra kalo lagi sakit gampang ngamuk kayak singa, rawrr!"

Anak itu hanya terkekeh merespon peringatan yang Ellie beri. Dengan langkah pasti ia menaiki undakan tangga menuju kamar Tarendra. Sudah terbayang dalam otaknya akan kondisi sang Ayah yang mungkin tidak berdaya untuk sekedar memegang sendok, lalu ia dengan senang hati akan membantu menyuapi dan mengurusinya selayaknya keluarga.

Skenario itu membuat Jesher tanpa sadar mengulum tersenyum, hatinya jadi berdegup lebih kencang memikirkan ia akan kembali berinteraksi dengan Tarendra.

Namun senyum manis itu rupanya tak bertahan lama. Luntur saat memasuki kamar dan melihat Ayahnya sedang duduk bersandar pada bantal sembari memangku laptop, nampak mengerjakan sesuatu yang sangat mendesak.

"Apa?!"

Sepertinya yang dikatakan Ellie memang benar. Jesher bahkan belum melakukan apapun tapi Tarendra sudah terlihat mulai emosi. Terbukti saat tatapan lelaki itu yang menukik tajam saat kedua netranya menangkap kehadiran Jesher.

"Kak Ellie nyuruh nganterin sarapan." Tanpa membalas tatapan sang Ayah, Jesher mendekat lantas meletakkan nampan itu di atas nakas tepat di samping tempat tidur Tarendra.

"Kak Ellie lagi ngurus sesuatu jadi aku bantuin," sahut Jesher cepat saat melihat Tarendra hendak protes. "Aku simpan di sini aja atau—"

"Taruh aja di situ," potong Tarendra dengan ketus.

Jesher meneguk liurnya keras, entah kenapa menghadapi Tarendra terasa semakin sulit tiap harinya.

"Keluar."

Jesher sempat terhenyak sebelum akhirnya bersuara kembali menolak perintah Ayahnya.

"Ellie nyuruh aku nungguin sampe sarapannya abis, sama obatnya juga harus diminum." Jesher sadar mungkin ini sedikit berlebihan karena ia bahkan berbohong membawa nama Ellie di sana. Tapi ia tak bisa membohongi hatinya bahwa ia masih tetap ingin berdiri di sisi Tarendra lebih lama.

"Nggak usah. Pergi sana."

Anak itu tersenyum hambar, menerima penolakan yang lagi-lagi Tarendra beri.

"Tapi nanti Kak Ellie—"

"Keluar!" Tarendra melayangkan tatapan tajam pada putranya. "Punya kuping nggak sih? Sekarang saya lagi sibuk, nggak mau di–"

"Ayah," potong Jesher tak mau mendengar omelan Tarendra lebih jauh. Tapi siapa sangka, panggilan sederhana itu rupanya mampu membungkam seorang Tarendra dan amarahnya.

Ada desiran aneh yang menyusup dalam hatinya saat mendengar Jesher memanggilnya dengan sebutan Ayah. Lalu tatapan putus asa yang anak itu berikan padanya telah memggoyahkan hati yang coba Tarendra pertahankan.

"Aku cuma mau mastiin Ayah bener-bener makan terus minum obatnya."

"Keluar." Hanya itu kata yang berhasil lolos dari mulut Tarendra, diucapkan dengan jelas dan tegas.

Jesher akhirnya paham, memaksa Tarendra untuk menerima kehadirannya mungkin bukan strategi yang baik. Senyum kecil ia paksakan sebelum kembali berucap. "Ya udah."

Diakhirinya percakapan itu dengan senyum samar. Kemudian ia beranjak keluar, meninggalkan Tarendra yang terlihat diam, walau sebenarnya kepala lelaki itu telah dipenuhi dengan segala hal tentang putranya.

Terutama panggilan yang baru kali ini Tarendra dengar keluar dari mulut anak itu. Sangat aneh tapi justru meninggalkan bekas yang cukup dalam pada lelaki yang telah hidup melajang selama ini.

.

.

.

To Be Continued

—————————————————

Makasi banget buat yang udah ramein komentar. Seru juga liatnya pada nebak-nebak🤣👍

Tapi di part ini santai-santai dulu yaa👀

STRANGERजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें