Part 4 - Menyentuh Kisahnya ?

Começar do início
                                    

"Astagfirullah..ighfilrly yaa rabb" sambil menghela nafas lalu menundukkan pandangannya.


***


Pagi-pagi sekali seperti biasa Jihan sibuk menyiapkan sarapan dan segala keperluan suaminya, semua istri pasti melakukan ini, demi mendapat gelar istri sholeha, karna Jihan meyakini kunci surga ada pada Adam.

"Selamat pagi Ummu Yumna" Adam memeluk istrinya dari belakang, Jihan yang sedang asyik dengan peralatan dapurnya langsung menoleh.

"Pagi juga Abi Riyaz" sambil tersenyum manis hingga matanya menyipit, membuat Adam geli dan mencubit pipi Jihan.

"So' imut..inget umur, Ji"

"Istrimu ini awet muda Kak Adam, bahkan aku masih cocok disandingkan dengan Riyaz, hehe"

"Oh tidaaak"

Adam menepuk jidatnya sambil terkekeh geli lalu tawa pun memenuhi dapur.

"Oh iya Ji, semalam Riyaz pergi kemana sampai pulang tengah malam ?"

"Apa kak ? Tengah malam ?? Setahuku Riyaz pergi membeli Sup Durian untuk Yumna, tapi aku tidak tau dia pulang tengah malam Kak, kemana dulu ya dia semalam ?"

"Kita tanya nanti Ji, mmm apa dia sedang ada masalah ?"

"Dia baru saja putus dengan Raena Kak, padahal dia sudah siap menemui keluarganya, itu pasti membuatnya terpukul"

"Iya..aku sempat mendengar ceritanya dari Yumna, tapi yang kulihat semalam bukan ekspresi orang yang patah hati, keningnya berkerut dan dari matanya aku bisa tau dia sedang berpikir keras dan--" Jihan memberi kode agar Adam berhenti berbicara.

Rupanya si putra sulung baru saja turun dari kamarnya dengan ekspresi yang sebelumnya dijelaskan oleh Adam.

"Kak Iyaz !!" Riyaz langsung meringis mendengar teriakan adiknya.

"Apa De ?"

"Kakak jahat ih..Yumna nunggu Kakak sampe jam 11 malem, Kakaknya gak nongol-nongol sampe Yumna ketiduran, dan sekarang mana coba Sup Duriannya ?" Riyaz menggaruk tengkuknya merasa bersalah pada adiknya.

"Maafin Kak Riyaz De, semalem Kakak udah beli kok tapi Kakak harus nolongin orang dan lupa sama pesenan kamu terus pulang"

"Nolongin siapa ? Terus emangnya orang itu kenapa ?"

"Ceritanya panjang De, pokoknya nanti pulang kerja Kakak beliin deh sebanyak yang kamu mau"

"Nggak, udah nggak pengen"

"Ciee marah, jelek ih, mau Kakak fotoin terus kirimin ke Arfan ?" Yumna langsung melotot saat nama Arfan-gebetannya- disebut.

"Ih apaan sih Kak jadi bawa-bawa si Arfan"

"Diih marah, berarti ada rasa"

"Yaudah kalo gitu Yumna bakal kasih tau Kak Rae kalo Kakak belom bisa move on !!"

"Putra putri Umi lagi ngomongin apa sih ? Kok gayanya kayak Pengacara sama Jaksa yang lagi debat gini ?"

Jihan datang dan sontak menghentikan pembicaraan dua anak Adam ini. Dan keduanya langsung ber-hehe-ria.

"Nggak Mi.." si cerewet Yumna merespon.

Jihan hanya menggerling geli lalu menata makanan layaknya waitress, berbagai profesi harus dikuasainya jika ingin menjadi ibu dan istri terbaik.

"Yaz pasien transplantasi yang kamu tangani apa sudah mendapat donor ?"

"Belum Abi, kemarin tim Riyaz melakukan operasi hanya untuk membuat jantungnya bertahan hingga mendapatkan donor"

"Mm begitu, mengenai dokter cabang, dia sudah menemuimu ?" Pikiranya kembali melayang mengarah pada Caesha.

"Sudah Bi"

"Semoga dia bisa membantumu, kudengar dia salah satu dokter hebat" Riyaz mengangguk tanda meng'iya'kan.

Selama sarapan pikiran Riyaz penuh dengan kejadian semalam, beberapa pertanyaan terus membuntuti otaknya, kenapa Caesha seperti itu ? Ada apa dengan Ayah Bunda nya ? Dan siapa orang-orang yang menemuinya semalam ?
Semua pertanyaan itu tak kunjung mendapat jawaban, melihat Caesha yang hidup sendiri tanpa ada keluarga menemani dan pribadinya yang dingin Riyaz hanya bisa menyimpulkan bahwa Caesha haus kasih sayang orangtua. Darinya dia bisa belajar lebih bersyukur telah terlahir dari keluarga yang harmonis, agamis dan penuh kasih sayang.

"Ya rabbi...ampuni hamba yang tak pandai bersyukur atas nikmatMu" lirihnya dalam hati.

Melihat kening Riyaz yang sedari tadi berkerut, Jihan langsung menyentuh punggung tangan anaknya, Riyaz menoleh dan menatap mata Uminya, tatapan Jihan seolah berkata 'ada apa ?', Riyaz yang paham akan itu langsung tersenyum lembut menandakan bahwa Uminya tak perlu khawatir karna tidak terjadi apa-apa. Kepekaan yang dimiliki keduanya bisa memudahkan mereka dalam mehami satu sama lain.


***


Caesha sedang duduk sendiri di kantin Rumah Sakit, sendiri, dia tampak tidak butuh teman. Sejak bagun tadi pagi Caesha dibuat bingung karna dia tidak ingat kenapa dia bisa tertidur di sofa, karna seingatnya tadi malam dia menangis di halaman rumah, dan seelah itu dia tidak ingat apapun.

"Dokter Caesha boleh saya duduk disini ?" Caesha tidak menyahut, dia masih hanyut dalam lamunannya.

"Dokter Caesha ?" Saat menyadari sesorang berbicara padanya dia langsung mendongak lalu menatap datar.

"Boleh saya duduk disini ?"

"Hmm"

Raena pun langsung duduk berhadapan dengan Caesha.

"Dokter Caesha begitu hebat di ruang operasi tadi, kemampuan anda hampir bisa mengimbangi Dokter Riyaz"

"Kau siapa ?"

"Kau tidak ingat saya ? Saya rekan tim anda"

"Ahli anestesi ?"

"Ya, benar"

"Maaf aku lupa"

"Tidak masalah, aku mengerti, kau masih dalam tahap adaptasi, pasti sulit mengenali seseorang"

Sejujurnya Caesha tidak terbiasa makan ditemani seseorang, menurutnya suara nafas orang di depannya begitu mengganggu, jadi saat ini bisa dibilang Caesha merasa...risih.

"Jika kau kesulitan dan membutuhkan bantuan, jangan segan untuk menemuiku"

"Ya"

"Mari makan, Dok"

Sejak awal percakapan mereka, jawaban Caesha memang terkesan begitu singkat, menggambarkan bahwa dia malas berbicara dengan Raena, walau begitu, Raena tetap mengumbar senyum ramahnya. Gadis berjilbab ini memang tipe orang yang menyenangkan dan hangat, pantas saja bisa membuat Riyaz yang sedari tadi menatapnya itu begitu tergila-gila. Namun tunggu, tatapan itu bukan ditujukan pada Raena melainkan gadis yang di depan Raena.
'Bolehkah aku menyentuh kisahnya ? Berbagi kesakitan yang dia rasakan dan menjadi tempatnya berpegang saat dia tak lagi mampu menopang beban dihidupnya, ini bukan berarti aku sudah berpaling dari Raena, aku hanya...merasa iba' batin Riyaz berbicara.

Voment yaa ^^

Past MistakesOnde histórias criam vida. Descubra agora