Bab 14

4 4 0
                                    

Pagi ini tidak seperti biasanya, Orlyn bangun sedikit kesiangan dan tidak sarapan bersama Cein. Olryn keluar dari kamarnya sudah rapi dan siap pergi bekerja, sedangkan Cein sendiri sedang duduk di ruang tengah dan menatap kosong ke arah televisi yang dia biarkan menyala sedari tadi.

"Aku, pergi kerja dulu," pamit Orlyn tanpa menghampiri Cein.

"Iya," singkat Cein mengiyakan.

Orlyn yang masih merasa marah pada Cein tidak lagi berbicara apa-apa. Orlyn berjalan keluar rumah tanpa melihat ke arah Cein lagi. Cein sendiri baru menoleh saat mendengar suara pintu yang Orlyn tutup. Cein menghela napas berat dan mengusap wajahnya pelan.

"Aku harus pergi kerja juga," ucap Cein bermonolog dan kemudian berdiri dari posisi duduknya.

Tidak lama Cein sudah siap berangkat bekerja, tapi langkah kakinya terhenti karena ponselnya berbunyi. Cein melihat ke layar ponselnya dan tertera nama Sahla. Cein terlihat enggan mengangkat panggilan itu, hanya saja Cein memang tidak bisa mengabaikan Sahla begitu saja. Cein menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponselnya ke telinga.

"Ada apa, Sahla?" tanya Cein.

"Oh,,,kamu sudah sehat? Baiklah, kita bertemu di kantor," ucap Cein kemudian menutup panggilan itu.

Cein kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku, Cein lalu berjalan meninggalkan rumahnya dan Orlyn untuk pergi bekerja.

***

Di cafe, Orlyn benar-benar tidak fokus. Beberapa kali dia salah melakukan pekerjaannya, Orlyn mengerang frustasi dan mengacak rambutnya asal.

"Kenapa rasanya hatiku jadi gak nyaman gini sih? Bukannya aku juga dulu gak mau Kak Cein jadi suamiku, lalu kenapa sekarang aku jadi cemburu kalau Kak Cein terlalu mengkhawatirkan Mbak Sahla?"

Orlyn bermonolog dan bertanya-tanya sendiri sekarang. Orlyn lalu mengambil botol minumnya dan meneguk air putih miliknya hingga tinggal setengah. Orlyn lalu melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja dan layarnya tetap hitam sejak pagi tadi.

"Aku jadi pengen telpon Kak Cein sekarang, apa aku terlalu kasar ya sama dia? Tapi bukannya dia jadi senang kalau misalkan pisah sama aku? Dia bisa leluasa mengurus Mbak Sahla yang selalu manja luar biasa itu," gumam Orlyn masih terus bermonolog.

Orlyn lalu menghela napas lagi dan mengedikkan bahunya.

"Peduli amat deh, gak mau mikirin itu. Palingan juga Kak Cein lagi sibuk kerja," ujar Orlyn lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

Diluar pemikiran Orlyn, Cein sekarang sedang berbaring di ranjang kamar Orlyn. Bukannya pergi ke kantor, ternyata Cein justru datang ke rumah mertuanya. Cein tidak memiliki energi untuk pergi bekerja hari ini, Cein memilih untuk berbaring dan hanya memandang langit-langit kamar Orlyn dengan tatapan kosong.

Tidak lama Cein lalu mengambil posisi duduk karena suara ketukan di pintu kamarnya.

"Sebentar," ucap Cein lalu turun dari ranjang dan berjalan untuk membuka pintu.

Cein sedikit terkejut melihat ada ayah mertuanya di depan pintu.

"Papa," sapa Cein sopan.

"Kamu tidur?" tanya Papa Orlyn.

"Gak, Pa."

Cein menggelengkan kepalanya perlahan.

"Bagus kalau begitu, boleh Papa masuk?" tanya Papa Orlyn lagi.

Cein tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya pelan. 

Keduanya lalu sama-sama duduk di kursi sofa yang memang ada di kamar Orlyn. Papa Orlyn terlihat melihat ke arah Cein sekilas lalu kemudian tersenyum tipis.

My HomeWhere stories live. Discover now