Bab 12

5 4 0
                                    

Nyatanya Cein memang tetap pergi ke Bogor, walaupun harus menempuh waktu lebih dari 1 jam. Nyatanya suami Orlyn itu memang tetap nekat pergi. Sekarang Sahla sudah ada di kamar rawatnya, Dokter bilang Sahla tidak apa-apa hanya saja asam lambungnya sedikit tinggi itu yang menyebabkan perut Sahla sakit tadi. Cein menghela napas lega dan duduk di kursi tepat di samping ranjang Sahla sekarang.

"Syukurlah, kamu gak apa-apa," ucap Cein sembari melihat ke arah Sahla.

"Iya, makasih ya udah mau jauh-jauh kesini," ucap Sahla sembari tersenyum ke arah Cein.

Cein juga ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Ya udah sekarang kamu istirahat! Aku, akan jaga kamu disini," titah Cein.

Sahla dengan girang menganggukkan kepala. Sahla lalu menarik tangan Cein paksa dan mendekapnya di dadanya.

"Aku, mau tidur seperti ini ya? Aku, takut kamu tinggal sendirian," ucap Sahla yang kemudian memejamkan matanya tanpa menunggu persetujuan Cein terlebih dahulu.

Cein menghela napas dalam melihat kelakuan Sahla, meskipun begitu Cein tetap membiarkan Sahla tidur dengan memeluk tangannya di dada.



Di Bandung, Orlyn justru sedang terus membalik-balikkan badannya karena tidak bisa tidur. Orlyn lalu menendang selimutnya kasar dan melihat ke arah pintu kamar.

"Ck, kenapa aku jadi gak bisa tidur, sih? Besok aku mesti berangkat pagi ke cafe," gerutu Orlyn yang kemudian memilih duduk.

Mata Orlyn lalu melihat ke arah meja dimana ponselnya tergeletak. Orlyn menghela napas dalam.

"Kak Cein bahkan gak ngabarin aku udah sampai apa belum, dia selalu ngelupain aku begitu saja kalau sudah ada Mbk Sahla di sampingnya," gumam Orlyn pelan.

***

Seharian ini Orlyn tidak bisa kerja dengan tenang, beberapa kali dia terus melihat ponselnya yang benar-benar sepi. Orlyn yang sedang menghadap laptop lalu mengerang frustasi. Orlyn lalu menyenggol ponselnya secara sengaja hingga jatuh ke lantai.

"Biarin aja sekalian aja biar rusak," ujar Orlyn kesal.

Orlyn lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menghiraukan lagi ponselnya yang ada di lantai sekarang. Orlyn baru berhenti melakukan pekerjaannya ketika jam makan siang sudah selesai, dari dalam ruangannya yang berbatasan dengan kaca yang tembus pandang dari dalam, tapi tidak terlihat dari luar bisa melihat kalau cafe sudah mulai sepi. Orlyn lalu melihat jam tangannya, ternyata sudah jam 2 siang.

"Pantas saja mulai sepi, ini giliran aku makan siang," ucap Orlyn yang kemudian menutup laptopnya dan akan berjalan keluar, tapi kakinya justru menendang ponselnya sendiri hingga terlempar jauh membentur dinding dekat pintu.

"Yah,,,rusak beneran deh tu hp," ucap Orlyn yang kemudian dengan cepat berlari untuk mengambil ponselnya.


Orlyn sesekali masih mengusap-usap pelan layar ponselnya yang hancur. Orlyn menghela napas menyesali semua kelakuannya sendiri, Orlyn lalu memasukkan sesuap makanan ke mulutnya sambil terus memperhatikan ponselnya.

"Hei! Makan kok sambil mandangin hp. Nanti hpnya meledak baru tahu rasa!"

Suara Kozie sukses membuat Orlyn terkejut. Orlyn lalu melihat ke arah Kozie dan menghela napas lagi.

"Gak meledak sih, tapi rusak," ucap Orlyn sembari memperlihatkan ponselnya yang layar lcdnya retak tidak beraturan.

"Lah, kok bisa?" tanya Kozie yang kemudian duduk di depan Orlyn.

My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang