Bab 8

17 11 38
                                    

Cein menautkan alisnya bingung ketika melihat kedatangan Sahla di kantornya.

"Sahla? Ada apa tiba-tiba kesini?" tanya Cein yang kemudian berdiri dari kursi kerjanya.

Sahla sendiri tersenyum dan berjalan cepat ke arah Cein. Sahla lalu bergelayut manja ke lengan Cein.

"Aku, ada kerjaan di Bandung. Kebetulan lewat sini dan sekretaris mu bilang kamu ada di tempat. Jadi, aku mutusin untuk masuk," terang Sahla.

Cein terlihat sedikit risih dengan sikap Sahla. Cein lalu melepas tangan Sahla dengan perlahan.

"Iya, aku paham, tapi bisa gak jangan kayak gini? Ini kantor dan kamu juga tahu aku ini udah punya istri," ucap Cein dengan sopan.

Sahla terdiam dan memandang Cein dengan wajah sedikit tidak senang. Sejurus kemudian Sahla mendengus kesal.

"Perempuan seperti Orlyn yang gak bisa jaga omongan itu, yang kamu bangga-banggain sebagai istri?" tukas Sahla.

"Sahla! Apa hakmu mengomentari sifat Orlyn?" Cein mulai meninggikan suaranya.

Sahla terkejut karena Cein marah hanya karena kalimat Sahla tadi.

"Cein, kenapa jadi marah?"

Wajah Sahla mendadak terlihat sedih, kalau sudah seperti itu Cein yang akan jadi merasa bersalah. Cein lalu menghela napas dalam dan menarik tangan Sahla. Dia membawa gadis yang sudah bersahabat dengan dirinya sejak kecil itu ke sofa.

"Duduk! Aku, ambilkan minum buat kamu dulu," ucap Cein.

"Gak, aku gak haus. Aku, mau langsung pulang aja. Percuma aku disini, sahabat aku sudah bukan sahabat aku lagi. Sepertinya kamu udah lupa janji kamu sama mendiang Endo," ucap Sahla yang kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan Cein.

Cein terbelalak mendengar nama Endo kembali Sahla sebut. Endo itu sahabat Cein juga, kakak kandung Sahla. Dulu mereka sering main bertiga dan sebelum Endo meninggal, dia menitipkan Sahla pada Cein. Itulah kenapa Sahla manja dan seperti perangko kalau sudah di dekat Cein.

***

"Ini bisa kamu masukin disini, terus ini kesini."

Kozie sedang mengajari Orlyn secara langsung tentang pembuatan laporan keuangan cafe. Orlyn yang memang bukan anak yang bodoh mengangguk-angguk mengerti.

Sejurus kemudian Kozie lalu melihat ke arah Orlyn yang sekarang serius mulai menginput satu persatu laporan bulan ini. Kozie tersenyum tipis lalu kemudian mengacak surai Orlyn pelan.

"Cepet banget kamu belajarnya, Lyn. Dari dulu gak salah gue naksir lo," ucap Kozie.

Orlyn melebarkan matanya terkejut. Beberapa kali Orlyn berkedip sembari melihat ke arah Kozie.

"Apa-apaan sih, baru juga hari pertama kerja kenapa udah dapat serangan senja seperti ini," batin Orlyn yang detak jantungnya mendadak gak karuan sekarang.

Kozie lalu berdiri tegak dan menepuk pundak Orlyn lagi pelan.

"Seperti gue bilang, lo bisa 2 hari masuk, 2 hari WFH, tapi kalau mendadak ada meeting ataupun ada yang urgent. Lo harus siap datang kapanpun ke cafe," ucap Kozie mengulang ucapannya tadi.

Orlyn melihat ke arah Kozie dan menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kalau gitu, gue pergi dulu. Gue mau ke cafe yang dikelola Ben, disana sedang ada renovasi taman atap," ujar Kozie.

"Ok," singkat Orlyn mengiyakan.

Sepeninggal Kozie, Orlyn menghela napas dalam dan mengurut dadanya pelan.

My HomeWhere stories live. Discover now