16: Selamat Pak Prabu

Start from the beginning
                                    

"Masih gak nyaman perutnya?" tanya Laurenza dengan satu tangan membelai pipi serta rahang suaminya yang ditumbuhi jambang tipis membuat telapak tangannya terasa geli.

Mata sayunya terbuka menatap Laurenza. "Sudah mendingan, gak kaya tadi," jawab Sultan sembari satu tangannya mengusap perutnya yang tertutup kaos yang ia pakai.

"Kita gak jadi liburan aja mas."

Alis tebal Sultan menekuk mendengar ucapan istrinya. "Kenapa? Kamu gak suka sama villa-nya? Kalau iya mas bisa—

"Aku suka mas, tapi kondisi kamu lagi gak sehat. Kalau sampai villa sakit kamu makin parah gimana? Disana kan dingin."

"Kamunya gak apa-apa?"

Laurenza menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Gak apa-apa mas, liburan kan bisa kapan aja."

"Maaf ya."

"Iya mas gak masalah."

Sultan tersenyum dia harus banyak bersyukur karena diberikan istri seperti Laurenza yang tidak mementingkan dirinya sendiri tetapi dia juga selalu mementingkan suaminya. Dulu Sultan kira Laurenza tidak akan mengabdikan dirinya kepada suami, dan lebih mementingkan kesenangannya sendiri tetapi ekspetasinya tidak benar dengan realita.

Laurenza ikut tersenyum saat Sultan menatapnya dengan penuh cinta dan senyuman manis, Laurenza mendekatkan kepalanya lalu menggesekan hidungnya yang menempel dengan hidung bangir Sultan. Mendapatkan perlakuan manis dari sang istri Sultan tidak bisa menahan salah tingkahnya, kedua pipinya memanas Sultan membenamkan kepalanya di perut Laurenza untuk menutupinya.

🦋

Sore hari tiba seharusnya di sore hari ini Sultan dan Laurenza pergi ke villa yang ada dikota Solo untuk liburan, tetapi karena Sultan sedang tidak enak badan jadi terpaksa membatalkannya. Pasangan suami-istri itu kini sedang dalam perjalanan pulang kembali ke Jakarta, Sultan dan Laurenza duduk di kursi mobil belakang sedangkan Jagat duduk sendiri sembari menyetir didepan.

Laurenza melirik dengan tatapan aneh setelah mendapat pesan dari adik iparnya. "Kamu gak kasih tau Ayah, Ibu sama adik-adik kamu kalau kita ke Solo mas?"

Sultan yang sedang memandang jalanan pun seketika menoleh dengan tatapan terkejut, dia melupakannya.

"Eh iya, mas lupa."

"Kok bisa lupa? Kamu gak buka handphone mas?"

"Mas sudah dua hari gak buka handphone pribadi" katanya seraya mengambil handphone pribadi pada tas berukuran sedang disampingnya.

Dahi Sultan mengerut ketika handphone tersebut tak kunjung menyala, mungkin batrainya habis mengingat saat terakhir digunakan logo batrainya sudah berwarna merah.

"Batrainya habis." Gumam Sultan kembali menyimpan handphone-nya.

"Siapa yang bilang ke kamu?" Tanya Sultan.

"Basyira, dia ada dirumah kita sama Ayah Ibu."

Sultan meringis. "Bilang ke Basyira kalau mas lupa ngabarin, terus bilang kalau hari ini kita lagi perjalanan pulang ke rumah."

Laurenza menganggukkan kepalanya. "Udah."

Laurenza mematikan handphone-nya dan menoleh pada Sultan yang sedang bersandar pada kursi mobil dengan mata terpejam.

Hadirnya Kamu | TamatWhere stories live. Discover now