"Kurang ngajar kamu Galen!" Kemudian Abigas menghajar anaknya itu, tetapi Galen tidak membalasnya. "Saya sudah membiayi sekolah kamu mahal-mahal dan kamu malah sering bolos, mau jadi anak apa kamu, haaa?!"
"Terus aja pukul gue terus aja terus ...." kata Galen saat Abigas tak henti-hentiknya menghajar dirinya.
Bugh!
"Jangan memalukan nama keluarga!"
Bugh!
"Kamu terlahir dari keluarga terpandang Galen! Jangan malu-maluin saya!"
Bugh!
"Anak nggak tau diri!"
Bugh!
"Mau jadi apa kamu besar nanti haaa?! Mau jadi gembel?!"
"JAWAB! MAU JADI GEMBEL?!"
Bugh!
Satu pukulan kembali melayang tepat di sudut bibir Galen hingga berdarah.
"Pa stop! Udah pa udah kasian anak kita!" ucap Monita----istrinya Abigas yang sedari tadi melihat perkelahian mereka. Kemudian Abigas berhenti menghajar Galen, napasnya memburu karena emosi pada anaknya itu.
"Kenapa berhenti haa?! Ayo pukul gue lagi sampe Anda puas! Ayo pukul gue lagi!" sembur Galen menatap Abigas dengan tatapan permusuhan.
Abigas semakin emosi, satu tangannya terangkat untuk menampar anaknya itu, tetapi sebelum itu terjadi Monita langsung menahan tangan Abigas.
"Udah pa jangan main tangan sama anak kita!" teriak Monita. "Inget pa Galen itu darah daging kamu!" Monita mengeluarkan air matanya karena Abigas dan anaknya tidak akur.
Galen memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, dia berdecih.
'Ratu drama' batin Galen.
Monita mengelus punggung Abigas untuk menenangkan suaminya itu. "Udah pa jangan pukul anak kita kasian Galen baru pulang sekolah," ujar Monita.
Kemudian Monita menatap Galen.
"Yaampun sayang itu bibir kamu berdarah, sini mama obatin ya, emang papa kamu itu tega banget sama anaknya sendiri."
Monita menghampiri Galen dan saat dia akan menyentuh anaknya itu dengan cepat Galen bersuara. "Jangan sentuh gue, gue nggak sudi disentuh sama Anda!" ketus Galen lalu dia pergi menaiki anak tangga.
Sedangkan Abigas yang melihat sikap Galen barusan langsung mengepalkan tangannya karena anak itu tidak ada sopan-sopannnya sama sekali pada orangtua.
"Galen Eltair Saskara kalau kamu bolos lagi saya tidak akan segan-segan untuk mengambil fasilitas kamu!" pungkas Abigas dengan nada yang tinggi.
🌧️•🤍•🌨️
Gisa memboseh sepedanya di pinggir jalan yang terlihat ramai. Hari ini ia akan berjualan kue keliling, karena selain suka membantu kakeknya berjualan cendol Gisa juga berdagang kue milik mbok Jumay. Dari pagi sampai jam 2 ia membantu kakeknya berjualan cendol, dilanjut jam 3 sorenya ia berdagang kue keliling.
"Kue, kue," ucap Gisa sambil memboseh sepedanya dengan pelan.
"Ayo Bu, Pak, kuenya enak loh."
"Kue, kue."
Walaupun belum ada yang terjual satu pun tetapi Gisa tidak menyerah, ia tetap semangat untuk berdagang kue keliling.
Kini ia mengayun sepedanya di jalan yang sepi, hanya ada beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang.
Terik matahari yang begitu panas membuat tubuh Gisa berkeringat. Gisa menyeka keringatnya yang bercucuran di pelipisnya.
Tiba-tiba saja ia merasakan pusing
di kepalanya, pandangannya
mendadak menjadi buram. Gisa mengerjap-ngerjapkan matanya tapi tetap saja pandangannya masih buram hingga----
VOUS LISEZ
NAGISA DAN TAKDIRNYA
Roman pour Adolescents"Gimana ya rasanya pakai baju putih abu-abu?" "Gimana ya rasanya bisa punya banyak teman?" "Gimana ya rasanya masa-masa SMA?" "Gimana ya rasanya, Tuhan?" "Tuhan, mimpi Gisa cuma sederhana." "Gisa pengen sekolah dan merasakan masa-masa putih abu-abu...
5. PEMBULLYAN GISA
Depuis le début