"Ayo kita bermain petak umpet!".

Dan aku mengiyakan nya. Lalu aku yang berjaga dan Kakak yang bersembunyi. Aku menghitung 1 sampai 10, lalu aku mencari Kakak ku.

Aku terus dan terus mencari tapi, entah kenapa Kakak seperti menghilang dan aku yakin sekali aku sudah mencari sangat lama tapi, tidak pernah ketemu.

Sekarang awan terlihat mendung dan akan turun hujan nanti. Aku tidak peduli aku kehujanan atau tidak tapi, tujuan ku disini hanyalah mencari Kakak ku.

Tanpa terasa rintik hujan turun tapi, aku masih belum menyerah untuk mencari Kakak. Sampai....

Aku melihat cahaya merah yang terlihat sangat asing bagi ku.

Cahaya itu terlihat ingin meminta ku untuk mengikutinya. Tanpa pikir panjang aku memutuskan mengikutinya.

Entah kemana cahaya itu pergi, aku terus mengikutinya sampai aku melihat ada sebuah terlihat portal. Maksud ku portal seperti cerita dongeng.

Cahaya itu masuk ke dalam portal itu. Aku yang sangat penasaran dengan portal itu mulai mendekati portal itu. Ada rasa sedikit takut pada diriku tapi, ada rasa penasaran yang besar di dalam diriku.

Lalu aku mulai menyentuh portal itu dengan jari ku. Tapi, sebelum aku menyentuhnya portal itu telah menghilang di depan mataku.

Aku benar-benar sangat terkejut dengan portal yang tertutup tapi, rasa terkejut ku di gantikan dengan aku berada di luar hutan. Lalu aku memutuskan untuk turun bukit karena, hujan semakin deras. Dan aku akan mencari Kakak setelah hujan telah reda.

Saat aku sampai rumah. Lampu di dalam mau pun diluar terlihat mati. Itu tandanya tidak ada penghuni di dalamnya. Lalu aku melihat sekitar kalau lampu para tetangga masih menyala. Itu tandanya tidak ada yang mati lampu.

Dan aku berpikir apa Ayah lupa untuk membayar tagihan listrik tapi, biasanya tidak pernah. Aku terus berpikir sambil memegang daguku.

'Apa mereka sedang keluar dan meninggalkan ku?'. Pikir ku

Lalu aku melihat salah satu tetangga yang keluar menggunakan payung hitam dan pergi sambil tergesa-gesa. Aku tanpa pikir panjang mulai mengikuti tetangga ku.

Entah kenapa hati ku terasa tidak enak. Seperti ada sesuatu yang terjadi terutama Ibuku.

Lalu tetangga ku berbelok ke arah tempat dimana hanya ada tanah dan batu yang tertancap dengan beberapa nama yang tidak ku kenali.

Lalu tanpa pikir panjang aku juga ikut berbelok ke tempat itu. Lalu aku melihat seluruh Ayah, Kakek dan Kakak...

Jadi, dari tadi Kakak disini. Ada rasa kecewa pada diriku tapi, itu aku urungkan karena, aku melihat Kakakku menangisi sebuah batu. Ayah dan Kakek juga terlihat menangisi batu itu.

Dan aku melihat orang-orang yang hanya diam dan terlihat sedih. Aku benar-benar sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

Tapi, aku merasa ada seseorang yang melihat ku. Aku dan orang itu saling eye contact tapi, tatapan terlihat sedih dan kasihan dengan ku.

Aku benar-benar sama sekali tidak mengerti. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi menjauh. Entah kenapa aku merasa takut saat aku berada disana. Seperti aku merasa kehilangan sesuatu.

Lalu aku memutuskan untuk berteduh dibawah pohon sambil menunggu reda hujan. Tanpa sadar aku mulai tertidur karena, lelah mencari Kakakku.

Tanpa sadar ada seseorang yang menggendongku dan membawaku ke pergi.

Lalu aku bangun di kamar ku sendiri. Aku awalnya bingung kenapa aku berada di kamar ku sendiri. Lalu aku melihat juga baju telah di gantikan. Tapi, aku berpikir bahwa aku digendong oleh seseorang dan di bawa pulang. Lalu aku memegang kening kepala ku yang di kompres.

Lalu pintu terbuka dan terlihat seorang anak laki-laki. Ternyata itu Kakakku.

Kakakku terlihat sangat terkejut melihat ku yang bangun. Lalu tanpa pikir panjang Kakakku langsung menerjang ku dan memeluk sangat erat sambil menangis dan terus meminta maaf pada ku.

"Ma-maaf hiks, Maaf kan Kakak hiks, K-karena hiks, meninggalkan adek... Hiks".

Aku hanya diam dalam pelukan Kakakku dan aku berusaha untuk menenangkan Kakak ku untuk berhenti menangis.

Lalu Ayah dan Kakekku datang karena, mendengar keributan di kamar ku. Ayah juga terlihat ingin menangis sedangkan Kakek terlihat senang dengan keadaan ku sekarang.

Ya... Aku juga senang. Tapi....

"Dimana ibu?".

Dan dengan pertanyaan ku langsung membuat suasana hening. Mereka semua terlihat sangat sedih. Tapi, mereka menjawabnya.

Jawabannya sama seperti keadaan Nenek. Dan aku benar-benar muak. Tapi, mengingat keadaan saat ini aku hanya mengiyakan saja. Lebih baik aku mengalah pada rasa penasaranku dan amarah ku dari pada akan menjadi perdebatan yang panjang.

Beberapa hari kemudian. Kakek memutuskan untuk pindah ke tempat yang jauh. Dan aku yakin tempat nya itu berada di Pulau Rintis.

Sebenarnya aku belum tau apa alasan Kakek pindah tapi, Ayahku juga setuju. Lalu kami membantu Kakek untuk membereskan barang-barangnya dan mengantarkan Kakek menuju ke Pulau Rintis menggunakan mobil.

Saat sampai disana. Ternyata suasananya sangat tenang dan bahkan aku yakin sekali Kakek akan tenang tinggal disini.

Lalu kami membantu Kakek menaruh barang-barangnya dan setelah itu meninggalkan Kakek sendirian dan kembali menuju ke Kota Hilir.

Lalu seminggu kemudian. Ayah mengatakan pada kami kalau Ayah harus pergi dan tidak tau kapan akan kembali. Lalu kami sebisa mungkin membantu Ayah untuk bersiap-siap. Ternyata Ayah pergi dengan Paman Mechabot.

Sebenarnya aku sangat penasaran kenapa Paman Mechabot itu robot. Tapi, aku senang bermain dengan Paman Mechabot. Jadi, aku rasa aku tidak mempermasalahkannya.

Lalu kami berpamitan pada Ayah dan ayah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak pernah di ucapkan anak yang di usianya masih mudah.

"Jaga diri kalian ya, jangan nakal. Kalian harus jadi anak yang BERDIKARI".

Entah kenapa aku agak jengkel mendengar kata itu. Maksud ku, ayolah ayah harus sadar... Ayah meninggalkan kita sendiri di rumah tanpa orang dewasa, yang benar saja kita harus berusaha untuk berdikari.

Ya... Tapi, yang di katakan ayah juga benar. Saat ini hanya aku dan Kakak ku yang tinggal dirumah. Jadi, kami harus bisa berdikari.

Lalu Ayah pergi meninggalkan kita berdua. Lalu Kakak mengajakku untuk pulang karena, sebentar lagi makan malam

Lalu siapa yang masak?

Tentu saja aku!

Walau cuman telur saja sih. Lalu nasinya?

Untung ada sisa nasi di rice cooker jadi, hari ini masih bisa makan.

Kalau besok....

Entah lah...

Kita lihat saja besok aku dan Kakakku makan apa.

Untuk masalah uang, untung saja ayah memberikan kami yang yang sangat banyak dan katanya Ayah akan mengirim kan kita uang untuk kebutuhan bulanan kita.

Dan inilah kisah perjalananku.

Bersama Kakakku....

Mungkin....?

Atau hanya aku....?

.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

I'm sorry for everything [Boboiboy x readers] S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang