H : 2

61 5 0
                                    


Saat ini Gempa sedang bersantai di halaman belakang rumahnya. Ia benar-benar merasa sangat bosan sekarang, tidak ada yang dapat ia kerjakan kali ini. Tidak seperti sebelumnya, di masa depan ia selalu di sibuki oleh beberapa pekerjaan yang membuatnya begitu lupa dengan keadaan diri sendiri hingga kondisi di sekitarnya.

Sehingga saat ia ingin melakukan sesuatu, pasti selalu teringat akan perilakunya di kemudian hari. Mau tak mau, ia harus menahan segala kegiatan yang selalu membuat dirinya sibuk. Hal itu juga sesuai dengan syarat yang di berikan oleh Dewi-sama kepada nya.

Oh Tuhan! ia benar-benar sangat bosan sekarang. Apa yang harus ia lakukan agar rasa bosan ini hilang dari dirinya. Gempa adalah orang yang konsisten serta kerja keras, maka dari itulah ia benar-benar muak dengan rasa bosan. Sejak dulu kosakata bosan di dalam dirinya tidak pernah muncul, kata yang sering muncul hanya, bekerja, bekerja, dan terus bekerja.

Kali ini Gempa benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain memandangi awan-awan hitam berkeliaran ke sana kemari di atas langit. Cuaca kali ini sangat mendung, sesuai pengalamannya, musim kali ini benar-benar akan berhenti sebelum musim semi tiba.

Melihat itu membuat Taufan memandangi Gempa sebentar dari kejauhan sebelum ia bergegas pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu.

Di dapur, Taufan pun mulai mengambil toples kaca dengan ukuran sedang yang di penuhi oleh beberapa biskuit dan cookies coklat. Selain itu, Taufan juga mengambil dua buah kaleng minuman dingin dari dalam lemari pendingin, lalu membawa nya pergi dari dapur menuju halaman belakang rumahnya.

"Gem!" Sorak Taufan sambil membawa makanan ringan di kedua tangannya.

Yang di panggil pun segera menoleh ke arah Taufan. Ia melihat kakaknya, Taufan, berjalan dengan santai menuju ke arahnya.

"Kak Taufan?" Gumam Gempa.

"Kenapa melamun? apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu?" Sahut Taufan sembari meletakkan toples dan minuman kaleng yang di bawa nya tadi.

"Ah, tidak," Ucap Gempa sembari menggaruk tengkuknya gatal.

"Kau yakin?" Balas Taufan kali ini sambil membuka minuman kaleng miliknya.

"Munkin,"

Itulah balasan dari Gempa. Ia kembali memandangi langit mendung itu dengan teduh. Entah kenapa kali ini ia benar-benar seperti orang yang habis ditinggali oleh perempuan nya, tidak ada kah yang lain ia kerjakan selain menatap langit mendung tanpa sedikit cahaya mentari itu? ia benar-benar sangat muak kali ini.

Taufan memandangi wajah Gempa terus menerus sambil meminum minuman kaleng miliknya.

Taufan merasa heran. Ada apa dengan adiknya kali ini? tidak seperti biasanya, Gempa akan selalu keluar rumah setiap harinya. Bahkan halaman belakang rumah pun sangat jarang ia kunjungi.

Terakhir Gempa berkunjung pun ialah saat party barbeque tahun lalu yang di adakan disini. Dan saat itu juga, ia mengindari kerumunan sembari sibuk menatap layar ponsel genggam miliknya.

Namun kali ini, Gempa sangat berbeda dari pandangannya. Justru ia lebih senang melihat Gempa selalu betah di rumah dan mengkhawatirkan kondisi di sekitarnya dengan baik.

Dengan itu juga, kami, sebagai keluarga nya yang tersisa pun menjadi lebih mudah untuk melihat kondisi kesehatan serta perkembangan Gempa tanpa harus melewati alat pelacak lokasi yang selalu kami tempelkan di kerah baju miliknya.

"Ah iya, aku membuat berbagai macam biskuit kemarin, kamu mau mencicipinya tidak?" Sahut Taufan memecah keheningan di antara mereka.

Taufan membuka toples kaca itu lalu menyodorkan nya di hadapan Gempa. Hal itu mampu mengalihkan pandangan Gempa ke berbagai macam biskuit coklat di dalam toples.

" Restart."  - H i a t u s -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang