Lima Belas

173 29 14
                                    

"Lagi-lagi kakak gak bilang kalau Darel akan datang juga." Ujar Arsen,

Malam ini ia memang menemani Chika ke pesta perayaan ulang tahun salah satu rekan sesama modelnya. Dan mood-nya hancur begitu saja saat melihat Ashel memasuki ruangan sambil menggandeng Darel.

"Aku mana tau kalau Ashel bakalan dateng sama Darel. Kenapa kamu gak nanya ke sahabat kamu aja, dia bawa pacarnya atau enggak. Lagian ini pesta ulang tahun Hazel, aku mana bisa ngatur siapa yang boleh dan gak boleh dateng." Jawab Chika sedikit kesal.

Ayolah, sebenarnya Chika juga merasa tidak nyaman jika harus berada di dalam ruangan dimana ada Darel dan juga Arsen, karena menyatukan keduanya adalah ide yang benar-benar buruk. Chika tahu setiap kalimat yang terlontar dari mulut Darel adalah kalimat provokatif yang selalu memancing emosi Arsen. Tapi mendengar ucapan Arsen yang seakan-akan menyalahkannya membuatnya kesal.

Arsen diam, ia menatap Chika yang sudah memasang wajah betenya. Ia menggapai tangan gadis itu dan mengenggamnya, "Maaf."

"Lupain." Chika menghembuskan nafasnya, karena tidak ingin memperpanjang masalah. "Apa kita pulang aja?"

"Kita pindah aja." Arsen menarik Chika berdiri, satu tangannya mengambil gelas minumannya.

"Kenapa gak pulang aja?" Tanya Chika begitu mereka menemukan tempat yang sedikit sepi.

"Gak enak sama Hazel." Arsen menyesap jusnya. "Aku juga mau ngabisin waktu lebih lama sama kamu."

Chika mendengus, ia ikut menyesap minumannya, sedikit meringis ketika minuman beralkohol itu melewati tenggorokannya. Arsen yang duduk di sampingnya tanpa sadar ikut meringis lalu menggeleng kecil. Dia sudah mencoba minuman itu sekali bersama babahnya malam di mana usianya resmi memasuki usia 17 tahun, dan ia tak pernah tahu kenapa orang-orang suka meminum minuman seperti itu karena menurutnya minuman itu tidak ada enaknya sama sekali.

"Kok kamu gak ngelarang aku minum? Biasanya bawel." Ujar Chika.

"Karna perginya sama aku. Jadi gak papa."

Chika tersenyum mendengar jawaban Arsen, ia mencubit kedua pipi lelaki itu karena gemas. "Lucunya pacarku."

"Jangan banyak-banyak tapi. Kalau kamu mabuk dan nyusahin, aku tinggal."

Chika berdecak. "Iya bawel. Lagian kalau aku mabuk, aku anteng kok."

"Anteng darimana?" Arsen memincing tak setuju akan ucapan Chika. "Terakhir kamu mabuk, kamu nelpon aku sambil nangis meraung-raung karena kasihan sama permen karet yang kalau udah gak manis dibu,-hmmppph."

Chika menutup mulut Arsen dengan telapak tangannya. "Diam!"

Arsen mengangguk lalu menarik tangan Chika dari mulutnya untuk ia genggam. "Malam ini gak boleh mabuk, ya."

Chika hanya mengangguk, ia lalu menyenderkan tubuhnya pada Arsen. Pandangannya keduanya ke tengah ruangan, di mana beberapa tamu mulai  menari-nari mengikuti irama musik yang bergema di ruang tengah rumah Hazel yang sudah diubah menyerupai club malam. Salah satu alasan kenapa Arsen ikut menemani Chika karena pesta itu dirayakan di rumah. Selain karena umurnya yang tidak memungkinkan, ia juga tidak suka tempat sumpek penuh bau alkohol dan asap rokok seperti club.

Kenapa ia bisa tahu? Sssstt, ini rahasia. Ia pernah nekat datang menjemput Chika di salah satu club malam karena gadis itu mabuk berat dan meracau memintanya untuk datang. Dan tentang bagaimana ia bisa masuk saat itu tentu saja semua sudah tahu jawabannya. Selama kamu punya benda bernama uang, kamu bisa melakukan apapun di negara ini.

Chika yang tadi bersandar dengan nyaman pada Arsen menegakkan duduknya ketika menyadari Darel mendekati mejanya, genggamannya pada tangan Arsen mengerat. Di dalam hati tak henti-henti dirinya mengumpat. Diantara banyaknya meja kosong, kenapa lelaki itu malah mendatangi mejanya.

MozaikWhere stories live. Discover now