Sebelas

248 37 7
                                    

Arsen menatap wajah samping Chika yang terkena cahaya matahari senja. Wajah Chika dan golden hours, adalah dua perpaduan yang sangat indah.

"Kedip, Sen."

Ucapan Chika memecah kekhusyukan Arsen, lelaki lebih muda itu cengengesan dan enggan mengalihkan pandangannya. Masih betah menikmati keindahan ciptaan Tuhan sambil dalam hati terus mengucap syukur karena bisa memiliki Chika sebagai pacarnya.

"Stop ngeliatin aku kayak gitu." Chika mendorong wajah Arsen dengan tangan kanannya.

Bukannya menuruti kata Chika, Arsen justru menatap Chika lebih intens, ia menarik tangan Chika untuk ia genggam dengan kedua tangan.

"Andai aku bisa, aku mau ngebuat semua orang ngeliat kamu pake mata aku." Ibu jarinya mengelus tangan Chika yang terkepal. "Mereka harus tau gimana cantiknya kamu di mata aku." Arsen kemudian menunduk, mendaratkan sebuah kecupan di tangan Chika.

Tidak peduli seberapa sering kalimat-kalimat manis keluar dari mulut Arsen semenjak mereka berpacaran, Chika masih saja salah tingkah jika mendengarnya. Karena tidak ingin menjadi bahan olok-olokan seperti yang sudah-sudah, akhirnya yang keluar dari mulutnya justru pertanyaan menyebalkan, membuat Arsen berdesis tak suka.

"Cantikan aku atau Bunda?"

"Kamu bisa gak sih gak ngerusak suasana." Protesnya, ia melepas tangan Chika.

"Maaf maaf maaf." Chika terkekeh, ia mengelus pipi Arsen dengan tangan kanannya. "Jadi siapa lebih cantik?"

"Kamu sama Bunda itu beda. Bunda sama Christy udah mutlak ada di urutan paling atas. Gak ada yang bisa menggeser kedudukan mereka." Walaupun enggan, Arsen tetap menjawab pertanyaan Chika. "Kamu ada di urutan paling atas setelah mereka berdua. Bahkan Tybil ada di bawah kamu." Arsen kembali meraih tangan Chika.

"Ashel?"

Arsen berdecak, "Pake nanya lagi."

"Yaudah sih, jawab aja. Aku butuh validasi. Buruan jawab!" Chika menggerak-gerakkan tangannya yang masih setia digenggam Arsen.

"Di bawah kamu lah."

"Berarti cantikan aku kan?"

"Iya."

Senyuman Chika makin lebar, "Makasih, ya. Gak papa deh aku urutan ketiga, yang penting aku lebih cantik dari Ashel."

"Ya." Arsen memutar bola matanya malas. "Dasar manusia haus validasi."

"Tapi kamu sayang kan?"

Arsen mengangguk, "Sayang banget. Kita nikah aja yuk kak."

Chika yang sedang menyesap minumannya hampir menyemburkannya, ia menarik tisu dan mengelap bibirnya yang sedikit basah. Baru setelahnya ia memukul bahu Arsen dengan sedikit kencang.

"Nikah nikah nikah. Sekolah yang bener, dek."

Arsen terkekeh, "Soalnya aku mau kamu cuma jadi punya aku. Gak ada yang boleh liat keindahan ciptaan Tuhan yang ini selain aku." Arsen menangkup wajah Chika dengan kedua tangannya. Mengamatinya lamat-lamat. "Ya Tuhan. Kamu cantik banget sih kak."

"Lah, tadi katanya mau semua orang liat. Kok sekarang berubah?"

"Gak jadi. Gak boleh. Aku gak mau punya saingan karena kamu cuma punya aku."

"Dih, dasar manusia labil. Untung aku sayang."









He

He

He



Jadi mau update dikit kaya litel pis gini atau panjang kayak hiling? Kecepatan update part selanjutnya tergantung pilihan kalian. Jadi ayo komen.



Mozaikحيث تعيش القصص. اكتشف الآن